Sunday 20 January 2013

Suara Penyair* (Indah)


Aku mendengar suara hujan turun ke lembah
lalu aku menitipkan suaraku ke sana.

Ketika deru angin dan gelombang samudera bergolak
aku pun membawa pesan kedamaian bersamanya.

Tadi aku melihat sekawan burung terbang lalu hinggap di dahan
dalam nyanyian sekawan burung, aku turut mereka menyanyi.

Dari gunung ke Danun, Melinau, Long Pa Sia dan Tanah Malaysia
suara ini melekat pada tiap daun hijau di rimba jati dan sukma air.

Kepulauan yang bertaburan di dada lautan dan Simpang Mengayau
suara-suara ini jelas tak akan tertekan tapi ia akan terus bersuara.

Semakin ditekan ia jadi suara air yang turun dari pergunungan
jadi air terjun yang dingin, jadi, mata air yang tak pernah kering.

Mengapa kau tak melihat kami? Berpaling dan menjauh
Kami adalah suara-suara akar tunjang di tanah pribumi.

Suara kami bukan suara tukang ampuh atau tukang sulap
suara-suara itu adalah suara-suara terkumpul dari rimbunan hijau.

Ini suara-suara asal laut samudera, asal sungai yang mengalir,
hening air perigi dan desir angin pagi yang membuka langit siang

Suara-suara penyair, adalah suara-suara tercetus dan lahir dari sukma.
Dan suara-suara ini juga yang akan memberi peringatan dan amanat.

Suara-suara ini adalah suara malaikat yang datang ke dalam mimpimu
suara-suara yang membawamu ke impian langit dan bumi baru.

Kau tak akan dapat memenjarakan atau memadamkan suara-suara ini.
Sekalipun kau cuba menghapusnya, kau akan gagal baru mau melangkah.

Suara-suara ini adalah yang tak akan dikalahkan.
Dan suara-suara ini, suara yang dapat dimengerti.

Kota Kinabalu
21 Januari, 2013
*ITBM

No comments:

Post a Comment