Sunday 23 March 2014

Sendiri Di Lereng Bukit (Suasana)

Berdiri di beranda memandang
pohon cempedak berbuah lebat
lalu melihat rumah tua ini
telah lama kosong dan sepi
Cicak dan Dayang Siti Payung
lama berpindah ke hutan getah.

Ia sendiri di lereng bukit
dulu, ia pernah mendaki
menuruni lurah, memikul
susu getah di hujung malam.

20 April 2014













Tanah Gembur Kasih -Sayang*(ITBM)

Datanglah wahai kekasih-Mu
kehadiranmu melepaskan rindu
terbanglah melalui gerbang ini
indah melihatmu mengembangkan
kepakmu ke pelosok bumi.

Panggilah ia ke telapak tangan
dan berikan benih terbaik yang
kau kumpulkan sejak semalam.

Peganglah tangan ini
jangan kau lepaskan
Kau, dai' yang terpilih.

Kau adalah tanah kasih-sayang
di sini tak ada dendam kesumat
persaudaraan sejagat
kasih-sayangmu selalu lembut
dan penuh pengorbanan
kau tak pernah meminta
tapi, terus memberikan khidmatmu
seperti matari dan bulan
tak pernah bosan atau berpaling.

Aku mengenalmu dengan kasih-sayang
bualmu seperti air madu menitis di lidah
dan tiap nasihat, kau tak akan terasa
atau merasa.

Katamu, tak pernah kau melawan arus
atau melanggar peratoran alam
semua kita lakukan demi kebaikan
justru itu jangan tersinggung
kemajuan harus ditatah dengan
semangat pengorbanan dan jati diri.
Seribu malam tak akan bererti apa-apa
kalau hadirnya tanpa sukma dan ketulusan.

Kalau kasih-sayang telah menjadi
kacau dalam pembendaharaan fikir
kata-kata dan tindakan bercelaru
menjadi tofan dalam sukmamu.

24 March 2014

*ITBM Jun 2015




Air Gunung*(ITBM)

Aku, air dari pergunungan
mengalir perlahan turun ke lembah
sekalipun tak meluncur seperti air terjun
mengalir dan bernyanyi di sepanjang
perjalanan.

Kalaupun mengusik sukmamu
ia menyentuhmu dengan kasih-
sayang.

Biarkan selalu jernih.

Aku bukan orang asing
di bumi pribumi ini
aku biasa membaca bahasa
dan gerak-gerak pertukaran musim.

Bagaimana aku berlaku keras
itu bukan fitrat dan cara
lebih baik diam dan sekali-sekali
memutarkan haluan dan tebing tanah
jatuh ke dalam arus.

Teman terbaik menasihatkan
kalau terlalu banyak bicara
kau membuat banyak musuh akhirnya.

Biarlah aku air jernih
yang mengalir dari gunung
selalu jernih dan dingin.

Dan air mengalir jernih tetap
tak pernah derhaka di sepanjang
perjalanan.

24 March 2014

*ITBM Jun 2015



Thursday 20 March 2014

Malam Tajalli*((ITBM)

Masihkah kau ingat doa-doa
mengalir dari pintu sukmamu
tiap kata bergetar mengirim maksud
degup jantungmu berdenyut pasrah.

Kau mendaki ke puncak langit samawi
perlahan dan pasti, memandang ke depan.
tiap langkah telah disuratkan
dan tiap tersirat telah dizahirkan
aku tak akan berpatah.

Gazelku, selama ini kau
adalah kekasih rohani
yang perasa dan tetap perasa
dan kuda semberani,
kita masih bersama
derapmu adalah penyataan
hidup yang tak pernah kendur.

20 March 2014
*ITBM Jun 2015

Wednesday 19 March 2014

Memandang Langit Aurora*(ITBM)

Lama aku ingin menyatakan
suara-suara yang tersirat ini pada
suatu waktu kau 
melafazkannya kerana kita masih
belum terlambat.

Tari cahaya di langit Aurora
bukan kerana kemarahan atau
tipu muslihat 
di sini tak akan ada
yang terbunuh dan dibunuh
yang ada
keyakinan dan pengorbanan.

Samasekali aku tak ingin 
menipumu, sekali pun sekelumit
dendam lalu menderamu
kemudian berdalih-dalih di-
kelayakan ramai
bertopeng seorang pembela kebenaran.

Sekarang aku berani 
meredupkan mata
sebagai saksi pada
zamannya.

Menatapmu, bagai
Lembah yang terbongkar
kerana perang dan kekerasan
mata pedih dan suara yang
sakit, menghisap jembol udara jerebu.

Biarkan gema suara 
yang sampai padamu
bukan kata-kata amarah
tapi rasa syukur dan kasih sayang
menemukan jalan pulang,
jalan kemenangan.

Gazelku dan Kuda Semberani
dengarkanlah, Pesan Keamanan itu
sekalipun hanya terucapkan
oleh seekor burung Serindip
atau sekawan Merpati.

Ia datang menghidangkan
padamu, ikan tak bertulang
sederhana, dengan salam.

Kalau memang ada dalam
sukmamu kerinduan pada
keamanan, pintu itu selalu terbuka.

19 March 2014

*ITBM Jun 2015



Kata-kata, Rembulan Penuh dan Matari Selepas Fajar*(ITBM)

Kau telah melukaimu
bermakna kaulukai diri sendiri
tanpa kausedari kau menghiris-hiris
kulit kata-kata lalu kau diingatkan
jangan beralih derhaka.

Kau pernah berjanji
meletakkan mahkota di menara
dan tak akan mengambil hak
kata-kata lalu mempersendakan.

Aku masih ingat
ketika kata-kata menjadi
bayang di layar perak
sukmamu telah terpedaya
kerana tipu helah Rawana.

Tapi kini kata-kata turun
sebagai tangan kasih-sayang
nafasmu adalah kedamaian
mindamu, burung keamanan
sukmamu, baiat yang dilafazkan.

Kata-kata telah mengalir
sebagai firasat yang tak pernah
kering, dan aku tak akan
pernah kelelahan dan sejak itu
aku dan kau tak pernah dikalahkan.

19 March 2014
*ITBM Jun 2015



Tuesday 18 March 2014

Tajalli-Mu Kembang Purnama*(ITBM)

Aku selalu yakin
pada langit
walaupun ada sewaktu-waktu
kau bertanya ke mana
sudah menghilang warna biru.

Kau tak menyangka
di tanah ini
memang perlu kesabaran
esok, entah membawamu
ke mana.

Kau pulang sambil
mengucap berulang kali
kata-kata baru kau pelajari.

Kini kau telah pandai bertanya.

Aku hanya dapat menyatakan
sabar dan bertenang
kau tumbuh di tanah gembur
di hutan jati.

Dari dulu kau telah dapat bertahan
hari mendatang khabar suka.

Jelas, antara kita
tak ada rahsia.
Masa silam bukan dogengan
tangis sezaman
menderamu telah berakhir.

Kau mencium bau tanah
kebenaran itu adalah
langit samawi
tajalli-Mu
kembang purnama
dalam sukmamu.

19 March 2014

*ITBM Jun 2015

Memeta Sebuah Harapan*(ITBM)

Kau semakin tajam
menusuk rongga dadamu
melayang di langit perak
lalu menolakmu ke bawah
mendamparmu tanpa tenaga.

Kau pun makin serakah
kembang peluh di kulitmu
tanda semangatmu.

Memeta sebuah harapan
lalu menghitung jauh ke depan.

Selama ini
rumahmu
tak beratap.
Mimpimu
melayang ke bintang kejora.                                                        

19 March 2014

*ITBM Jun 2015


Friday 14 March 2014

Tajalli-Mu*(UB)(Ketuhanan)(Terbit)

Seperti letusan gunung
yang memuntahkan lahar-lahar
ke dalam lautan mimpi
dan membakar hanggus
penumpangnya.

Sejak itu malam-malam
mendatang bagai hutan
yang terdera dan hanggus
dalam langit jerebu.

Langit telah bertukar mendung
gelombang laut telah
mengembangkan sayapnya
sekawan burung yang
berhijrah ke utara
memaksakan dirinya
sekalipun matanya pedih.

Bomoh angin
berjaket tali leher
menyebut lembaga asing
di negeri anta-beranta
tahyul dalam tiap bual
menabur ketololan
dari air liur.

Akhirnya, langit samawi
dan desir lautmu
pada siul burung
nafas gelombang
turun bagai hujan
gerimis menyempurnakan
doa-doa
adalah tajallli-Mu.

14 March 2014
*Tersiar Di Utusan Borneo 23 March 2014

Langit Sukma Jerebu*(ITBM)

Aku menjabat tanganmu kekasih
tanpa menyoalmu tentang kebenaran itu
malam gegabah telah jauh kau tinggalkan
bintang-bintang telah jauh mengabur.

Kapal telah berangkat
peganglah tangan ini
kita menitih bersama
berenang ke tanah seberang.

Selamat tinggal
tanah kasih-sayang
tiap perjalanan
ada ujian dan pengorbanan
dan aku merelakan.

Aku telah meninggalkanmu
kau pun tak melihat lambaian ini
suara ini semakin menjauh
tenggelam dalam gelora lautan
rangkaian doa dan salam
buatmu, tanah kasih-sayang.

14 March 2014


*ITBM Jun 2015





Penumpang*(UB)(Ketuhanan)(Terbit)

Di negeri malam 
penumpang
buru-buru ke pintu masuk
setelah berbual dan bersalaman
akhirnya dipaksakan perpisahan.

Ada doa dan pesanan 
yang terucap
berulang-ulang.
Ada sukma yang terhiris
melepaskan perpisahan
dengan jiwa yang berat.


Langit khatulistiwa 
di waktu malam
Laut China Selatan
jerebu di siang hari
Kuala Lumpur masih bertahan
Delta Mekong tenang
bertafakur memandang
laut dan berfirasat.


Seorang penumpang
adalah seorang Musafir
ingin menggenapkan
harapan dan mimpinya.

Ketika siang tak kesampaian
seperti komet yang meletus
dalam sukmamu
tiap mata seakan masih
mencarimu dalam gelombang hari
dan remang-remang malam.


15 March 2014

*Tersiar Di Utusan Borneo April 2014


Melafaz Doa Atas Nama-Mu*(APP)

Kau cari langit biru
ingin menemukan rahsia
yang belum terbongkar.

Kau berdiri
ke laut China Selatan
mengharapkan biar sesaat
lautan tenang
tiap mata mengerdip
dalam doa kudus
tiap sukma
merindukan penampakkan nyata.

Malam, benang yang kusut
seribu satu pertanyaan
mereka berkumpul
mencari serpihan harapan
kalau ada yang terdampar
di pantai harapan.

Di langit-Mu
di laut teduh
di lembah tenang
di sukmamu.

Kau memetik kuntum-kuntum doa
lalu melepaskan dalam sukmamu
tapi langit jerebu
matari, warna kunyit.

Di sini,
Anak Segala Bangsa
berkumpul melafaz
doa atas nama-Mu.

14 March 2014

Diterbitkan dalam Antologi Perwila, MH 370.