Saturday 6 August 2016

Firasat Di Musim Gelombang (Kumpulan Puisi Indah Antologi Menata Zaman)*

Barangkali firasatmu tak setajam mata pisau
menghiris sampai ke tulang belakang
ketika datang keputusan kau terima
kepala menunduk ujian musim gelombang.

Kesabaran adalah kekuatan menjadikan
bumimu pohon berpaut dan berlindung
di lubuk hatimu, kau cari kedamaian
seperti kembara menemukan arah dan tuju.

Kau mengagihkan kasih sayang samawi
tanpa menghiraukan resah lautan dan
gempa-gempa di bawah telapak kaki
langkahmu tetap dan tak gusar.

Kekayaan firasat mengalir turun
gunung bertahan dan tak berubah
di musim gelombang kau kembali
meraih kekuatan dalam Zikirullah.

Nilai
2016
* Terbit Antologi Puisi Hari Sastera ke 17, "Menata Zaman" diselenggarakan oleh Jasni Matlani dan Rusdi Awang.

Bertahan, Lembah Kesayangan (Kumpulan Puisi Indah)*

Kedamaian hutan jati telah terganggu
tanah dibongkar dan jerebu di muka bumi
burung-burung meninggalkanmu
sepi di pedalaman dan mimpinya hanggus.

Bertahan, lembah kesayangan
rimbunan hijau tanah leluhur
langit kemarau pasti berlalu
gunungmu tetap anggun.

Lalu kau akan rasakan
langit biru tersingkap dan
cahaya menari-nari di permukaan
danau kalbumu.

Seribu doa-doa yang terucap
dan menjadi pelindung pada
malam-malam lara dan menjadi
tembuk sempadan yang tak tergugat.

Suara Yang Mencari Sandaran (Kumpulan Puisi Indah)*

Beritamu tentang hujan turun tak
berhenti, bumi basah kuyup sampai
ke hulu hati.

Semalam air sungai turun dengan
kekuatan yang bukan alang-kepalang
tiap selokan tanah-tanah tebing telah
runtuh ke dalam sungai.

Kau belum dapat membaca alam
ketika datang perubahan kita hanya
dapat bersabar dan berdoa
kau tunggu cahaya siang datang
malam berbintang membawa berita
dan harapan.

Kau melihat dari jendela terbuka
kepala air menyerbu ke muara
dan suara-suara yang mencari
sandaran, tenggelam digulung air.

Laut Yang Menyimpan Rahsia (Kumpulan Puisi Indah)*

Kau mencari pantai benua baru
gelombang laut telah membawamu
jauh dari pelabuhan leluhur
dan kau lupa menghitung lamanya
pelayaran ini.

Ketika malam mimpi-mimpi silam
seperti diputarkan kembali
datang menghendap dalam
mata tuamu
matahari menyaksikan kembara ini.

Kau ingin menyudahkan keinginanmu
sekalipun kau akan terdampar
di bumi mana
yang kau harapkan purnama tak akan
disingkirkan dalam hidupmu.

Di pantai benua baru
kau menoleh laut yang
menyimpan rahsia kembaramu
dan suara-suara lampau masih
ingin mencuba mengharung lautan.

Menghirup Udara Empat Musim (Kumpulan Puisi Indah)*

Semakin hari, tiada jaminan keselamatan
kau didera di siang hari benderang
selama ini kau seperti  target tanpa
ampun dan pembelaan diri.

Luka-luka yang masih meninggalkan
bekas, tinggal di kulit dadamu sebagai
ingatan, pernah pintu keluarmu seperti
terkunci dan kau terhisap ke dalam kegelapan.

Kau telah melangkah ke benua baru
di sini persinggahan sementara mengejar
langit biru  dan halaman yang tenteram
menghirup udara empat musim.

Fotomu, purnama di atas kepalamu
tanpa mengucap sepatah kata,
kau merasa kemenangan yang tak akan
direbut daripadamu dalam takaran waktu.


Friday 5 August 2016

Kemenangan (Kumpulan Puisi Indah)*

Siang terpampang luas di depan mata
tak perlu pertanyaan kerana semuanya
tak ada rahsia dan tak perlu penerangan
kini ia telah nyata dan terbuka.

Tak perlu kata untuk menjelaskan
aku telah menghantar pesan dalam diam
firasat turun seperti hujan di siang hari
dapat dirasakan dan dimegerti.

Kekayaan batinmu membuka jalan
meraih puncak pada mimpi-mimpi benar
kau tetap melangkah dengan tawakal dan
tawajuh tanpa merasa tersiksa.

Aku tak memerlukan pertolonganmu
kerana samawi telah cukup membuka
pintu seluas-luas tanpa  menghadang
kemenangan itu dan ia tak dapat disangkal.

Nilai
Ogos 2016

Kesabaran (Kumpulan Puisi Indah)*

Kesabaran terus mengikatmu dengan tali samawi
bumi masih utuh tak akan menyerah sekalipun
gempa dan letusan gunung berapi datang silih-berganti
malam masih tetap memberikan harapan dan siang
tetap membuktikan pengorbanan itu adalah
janji kebenaran yang tak akan tercemar.

Gelombang nafasmu berisi dengan doa-doa
dan sedekahmu telah membuka pintu cinta abadi
gerhana berlalu membawa sekaligus kegelapan
matahari membawa siang yang gemilang
malam tawajuh mendekatkanmu pada samawi.

Kedamaian, sebuah pengucapan
sungai mengalir datangnya dari cinta bersemi
ketulusan dari jiwa yang sedar dan berani
kau tak akan berhenti pada satu selokan
sedang isyaratmu untuk melangkah telah
diberi dan kau usah berlengah lagi.

Nilai
2016

Wednesday 3 August 2016

Sungai Kinabatangan Dan Tanah Leluhur (Kumpulan Puisi Indah)*

Di dadamu, Sungai Kinabatangan
aku meletakkan telinga mendengar
kelembutan nafasmu yang mengirim
riak-riak ke tebing sebuah harapan runtuh.

Gema suara hutan jati telah lama
kehilangan lidah dan tanah-tanahnya
telah terbongkar, akar-akar telah menjadi
kering dan terdedah pada langit matahari

Hujan yang turun menyentuh wajahmu
seakan berkata penyesalanmu selama ini
melihat air lumpur yang menolak ke muara
tanah leluhurmu sunyi dan hewannya berpergian.

Kayu balak yang tenggelam di dalam sungai
suatu malam terapong seperti berkabung
hanyut dalam arus dari tebing ke tebing
mengirimkan peringatan dalam mimpimu.

Tuesday 2 August 2016

Benua Baru (Kumpulan Puisi Indah)*

Lautanmu diam taufan telah bergerak seperti ke daratan
malam kembali pada cerita yang belum selesai
ketenangan di dalamnya tersimpan doa-doa musafir
berubah menjadi kekuatan yang tak dapat dilawani.

Burung burung telah meninggalkan kapal
setelah singgah dalam perjalanan ke benua baru
bulan purnama membawa khabar gembira
kehebatan satu zaman telah mulai terbaca.

Tak ada ingin bersekutu pada api membakar
percakapan kita kembali pada air yang mengalir
kalau ada kerinduan dalam jiwa angin
kebenaran yang bertahan sampai kiamat.

Samawi tak akan berubah akan terus berseri
bumimu menjadi saksi kemenangan  itu
kekerasan hanya kekalahan yang berlarutan
tak ada yang ingin menjadi tembok pada kezaliman.