Wednesday 9 January 2013

Penyairmu Selalu Di Barisan Depan (UB)(Puisi)(Metamorposis) (ITBM)

Aku berdiri di atas bukit masih rimbunan hijau
memandang laut arah matahari tenggelam
banjaran dan lenggang sungai, hujan tropik,
jalan-jalan aspal dan tanah merah ke desa-
desa pedalaman. Aku boleh menelan udara
puas di bumi sendiri. Bau hawa khatuliswa,
keringatku mengalir sampai jauh ke pulau.
Memandang langit luas dan bumi di telapak
kakiku, ini adalah anugerah Tuhan. Sekali
kita musnah warisan ini selamanya akan
hilang, lesap dan jadi rapuh dalam memori
anak bangsamu. Aku akan mencatat dan
menulis tentangmu sampai akhir zaman.
Usah menunggu sampai tanah ini terkopak
jadi padang pasir, kering dan kontang.
Lalu kita bertanya ke mana perginya
rimbunan hijau, gunung dan lautmu
yang jernih. Sayang apa yang ada dalam
genggaman. Lindungi yang masih dapat
diperjuangkan. Tidak ada namanya terlambat,
kerana semua itu masih boleh dirunding.
Sekarang aku bicara padamu, manisku,
tidak kau sayang pada langit, bumi hijau,
laut dan kepulauanmu? Bagaimana sederhana,
aku dapat menerangkan kepadamu. Aku
ingin melihat semua ini dengan cinta abadi.
Kerana Tuhan mau kau berbuat begitu.
Suatu hari aku jadi moyangmu, dan ingatlah
kata-kata ini biar ia lebur dalam sukmamu,
hidup selama alam mesta. Samasekali
usah menyerah pada ketamakan dan
kepentingan sendiri. Aku namakan tanah
ini tanah lembah kata-kata dan tanah
impian penyair. Tiap rimba, hutan jati,
tanah sungai, laut dan kepulauan diberi
nama dari sukma penyair. Kau tidak akan
menukar nama-nama indah itu kepada
yang artifisial, kosong pada makna dan
asing dari bumimu. Biarkan tiap nama
diturunkan memanggil keredahan Tuhan,
kesyukuran, ingatan dan kedekatan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, Yang Empunya
hidup dan mati. Kau adalah pribumi
yang punya citarasa yang tinggi dan
kehalusan budi, bahasa yang bermartabat,
penuh dengan keindahan dan berjiwa.
Ketika kau membuka sebuah desa,
pekan, bandar dan kotaraya, taman-taman
perumahan, jalan-jalan baru, lorong-lorong
baru namakan dari budaya bangsa, tokoh-
tokoh sastera dan budayamu. Usah kau
mengenepikan penyair-penyairmu.
Dalam perjuangan mengekalkan keindahanmu
penyairmu selalu di barisan depan.
Selama aku bersamamu, kata-kata ini
akan jadi saksi sampai bila-bila,
kemenangan pribumi adalah kemenangan bangsa
yang merdeka. Kalau kami adalah terbaik
dalam waktunya maka kalian adalah penerus
dan terbaik dalam waktu kalian.

Kota Kinabalu
10 Januari 2013

*ITBM
*Tersiar Utusan Borneo pada 1 September 2013

No comments:

Post a Comment