Thursday 31 December 2015

Menunggu Hujan Berhenti (Malaysia)*(HE)(Terbit)

Kau telah menghilang seperti deru angin
menjauh ke lautan teduh
kata-katamu  terheret seperti tin kosong
berbunyi keras lalu senyap.

Sebentar lagi pintu ini akan tertutup
aku tak mendengar kata-katamu terakhir
pecah hujan pertama di musim kemarau
tazkirah di pinggir malam.

Ketika sujud, aku mengumpul kata-kata
dalam bahasa ibunda
sederhana dan tulus
diadun  menjadi doa-doa kudus
di serambi malam tahajud.

Di bawah langit baru
dan bumi baru
berteduh di pohon sena
menunggu hujan berhenti.


*Tersiar Di Harian Express 17 Januari 2016





Wednesday 30 December 2015

Mengenangkanmu (Pasifik)

Aku akan melepaskan tanganmu
di pelabuhan sepi ini
memandang matamu gemerlapan
dan gemerencing  larian kakimu
aku menerima berita itu
hujan telah turun
di pulaumu.

Guadacanal, rindu pada
desir angin dan gerimis yang
menitis kening dan hujung rambutmu
gema suaramu merayau jauh
dalam kalbu seorang musafir
igau malam kau menyebut-nyebut
tentang negeri-negeri yang jauh
purnama tergantung pada samawi.
Kau semakin jauh.

Honiara
2012




Tuesday 29 December 2015

Bahasamu Tumbuh di Tanah Peribumi (TAMP)

Katamu, kedamaian kalbu telah
hilang
kau bingung melihat kekosongan ghairah
melangkah ke depan telah lama berhenti
kemampuanmu telah terpinggir
dan malam gerhana tergantung dalam diri.

Bahasamu bercelaru dan hanyut dibawa
pada keputusasaan diselubungi gerhana
kau telah berhenti mencari dan berfikir.

Lalu suara itu berbisik pada telingamu
berdoalah dalam bahasa leluhurmu
kata-kata Bahasa Melayu
yang tumbuh di tanah peribumi
kau tak akan pernah kecewa
kerana bahasamu hidup dan kaya.




Ghairah Bahasa Melayu (TAMP)

Aku baca alam leluhur
dan bumi jelapang raya
dalam bahasa ibunda.

Melangkah ke pelosok benua
dan gelora lautan
dalam doa-doa bahasa ibunda.

Aku menangis tersedu
di atas sajadah
merapatkan bumi dan langit-Mu
dalam kata-kalimat.

Aku menulis bait-bait puisi
dan menyatakan gema suara hati
dalam ghairah bahasa Melayu.

Bahasaku adalah bahasa ilmu
dan doa yang kulafazkan
siang malam
hingga kiamat.

Bahasa ini hidup selamanya
bahasa yang tak akan tenggelam
dalam arus zaman.

Tiap suku kata lahir dari
inspirasi bangsa yang beradab
ia bahasa doa yang berkembang
kebanggaan anak bangsa.

Bahasa Doa (TAMP)

Aku tenang dalam berdoa
bahasa Ibunda, lahir dari sukma
ketika aku sujud
kata-kata meluncur
seperti air terjun mengalir
tak dapat dibendung.

Engkau, Rabbiul Alamen
La ilaha Illallah Muhammad Rasulullah
kulafazkan dalam kerinduan
bahasa yang mengalir
dalam darah nadi
disempurnakan dalam
doa-doa malam Tahajud.

Kata-kata dari lidah yang fasih
dan terpilih
kubina kata demi kata
menjadi gunung yang gah
sampai pada pintu samawi.
Keindahan bahasa
yang puitis
firasat dan kasyaf
turun dalam bahasa bangsa.

Doa Bahasa Bunda (TAMP)

Kau telah mengajar
dalam tenang dan darurat
di malam fakir
dan siang kencana
panggil nama-Nya
dan himpunkan
duka-laramu dalam
doa-doa perantau.

Ucapkan suara hati
gemanya menjangkau
samawi
pilih kata-kata terindah
geloramu
terkabulnya doa
tiap kalimat tersusun
tiada riak dan kecaman
lahir dari kasih abadi.

Tak ada kebimbangan
dan nada putus asa
aku datang pada-Mu
dalam doa-doa
bahasa leluhur
bahasa Bunda.


Musafir Pulang (TAMP)

Kuhampar laut dan
membaca samawi
bercanda pada gelombang
menembusi malam renta
lepa-lepaku meluncur
melewati sempadan.

Doa-doa mengalir
pulau-pulau leluhur
jalan ke pedalaman
hujan turun di gunung
ghairah mendaki
syafaat, yang terucap.

Rahsia malam tersingkap
sebuah harapan terkabul
nazam kau lafazkan
membawa hujan semi
genapnya nubuwah
pengikatmu di malam
gerhana.

Musafir pulang
ke pelabuhan damai
tanyamu terjawab
penantian yang ditemukan
salam bersambut
langit baru dan
bumi baru.





Thursday 24 December 2015

Anak Mencari Ayah* (Syria) (Boat People)

Bagaimana aku akan menyampaikan berita ini
bom terus meletus di kota-kota Syria
jerebu perang masih belum berhenti
langitmu masih penuh dengan jet pengembom.

Ketika bom meletus di pinggir kota
kau baru saja meninggalkan rumah
suara ayah masih mengiyang supaya
kau lebih berhati-hati dan siap siaga.

Dalam kelam kabut bom itu meletup
tak jauh dari ayah dan gadis manis
runtuhan bangunan berhamburan
orang kota panik dan lari tak menentu.

Kau menjerit dan menangis semaumu
dalam jerebu tebal selepas bom
tiap orang bigung dan hilang akal
jelas ayah anak perempuan ini gugur.

Dalam  perjalanan menuju hospital
aku berusaha menenang dan membojokmu
dan ingin berkata ayahmu telah tiada
tapi, anak perempuan ini masih mencari ayah.

Perutusan Ala Netanhayu (Palestine)

Sedetik sebelum tengah malam
aku dengar ucapan selamatmu
wajahmu seperti bulan di persada
sambil menyembunyikan kukumu.

Gema suaramu ke seluruh pelosok dunia
menghibur telinga yang ingin mendengar
kejahatan yang menimpa satu kepercayaan
kezaliman di luar batas kemanusiaan sejagat.

Ketika kau selesai meluahkan
yang tersirat dalam sukmamu
aku melihatmu mencari sekutu
kedamaian kau mimpikan, memang tak ada.

Kata-kata terucap seperti serapang dua mata
jerebu perang dan penderaan akan terus
keadilan dan keamanan telah kau kubur
sebenarnya kau tak inginkan kedamaian abadi.



Tuesday 22 December 2015

Melangkah Sempadan (TAMP)

Kutinggalmu
perjalanan arah selatan
Kumeta siang
menuju kotaraya.

Hujan turun
menggurung niat musafir
berteduh menunggu
hujan berhenti.

Dalam bus bergerak
perlahan menuju
sempadan
aku lihat alammu
gelap dan rimas.

Malam yang resah
berakhir
ketika rindumu
dipertemukan.

Singapura
11 Disember 2015


Tamu Disember (Lanskap)

Musim hujan
aku singgah di halamanmu
kotaraya masih terjaga
membiarkan tamumu
datang dan pergi.

Di sini musim mangga
usia pohonnya
lebih dulu dari masjidmu
ia masih menghasilkan buah.

Tiap Disember
siang dan malam
buahnya jatuh ranum.
Hadiah buat
tamu-tamu Disember.

Singapura
12 Disember 2015

Wednesday 9 December 2015

Keretapi ke Stesyen Aotsuka*(Lanskap)(NST)(Terbit)

Nagoya, malam itu seperti mimpi
di bumimu aku tak pernah bimbang
tiap sudut dan pertanyaan membawa
ke halamanmu.

Selembar kertas dan catatan telah
memberi cahaya pada sebuah harapan
kau tak perlu gusar kerana aku tak akan
hilang dalam kegelapan malammu.

Keretapi meluncur membawa sukmamu
ke halaman kekasih. Kau papah rindu
melintasi lautan lalu menerobosi dingin
musim gugur.

Di perhentian terakhir sepi telah berendam
langit tanpa bintang seperti menjauh
tapi ketika aku memasuki halaman
kau menunggu sebagai tuan rumah yang tertib.

*Tersiar Di New Sabah Times 24 January 2016


Saturday 5 December 2015

Nagoya ke Tokyo(Lanskap)

Malam melangkah lembut dan menawan
langit Nagoya seperti menunggu kehadiranmu
alammu mesra dan lembahmu pasrah
akhir musim gugur gerimis di perjalanan
di sini penumpangmu sabar dalam berdoa
di dalam mimpi kau melihat purnama
turun di riba tanah peribumi.

Tiap detik tabir siang terselak
Tokyo, telah siap menyambut
nur samawi mengirimkan harapan
kegemilangan suatu zaman dan waktu
hari ini tidak ada yang dapat membendung
kau melihat sendiri burung-burung terbang
di langitmu dan kemenangan ini mutlak.

Gema suara ini telah sampai ke kepulauanmu
dan ia tak akan melukakanmu walaupun sedikit
panggilan ini tak akan berhenti di sini
Kau, bangsa yang beradab
ketika pintu sukmamu telah terbuka
kau akan meneruskan perjalanan ini.







Friday 4 December 2015

Tokyo* (UB)(Lanskap)(Terbit)

Aku meninggalkanmu di halaman
hujan turun dan musim dingin baru berkembang
kerinduanmu telah ditemukan
Tokyo, kau menerima tamu jauh
keyakinanmu seperti gunung
tak akan merubah pancang kebenaran
benih itu telah ditanam
di tanah leluhurmu.

Tidak ada keraguan
kau telah melihat sendiri ketenangan
dan kedamaian wajah seorang utusan
suara itu telah bergema
membawa khabar suka
pintu rumahmu telah kau buka
dan kau mulai menyukainya
kalau dulu kau melihatnya curiga
gerakmu seperti musuh
pertanyaanmu datang seperti ombak.

Kau telah melafazkan baiat
menjabat tangan ini dan kini
kita belayar memasuki wilayah jauh
sampai ke lubuk kalbu
di tamanmu bunga-bunga berkembang
hidup dan tahan dalam segala musim
di sini kita berpegang pada satu tali
berada dalam satu bahtera
belayar menuju pelabuhan damai.

Tiap kotamu menyimpan rahsianya sendiri
aku datang sebagai tamu
kau melayani dengan kasih-sayang
pada matamu keikhlasan seorang pelayan
jiwa yang insaf dan tenteram
Tokyo, aku akan mengenangkanmu
bukan dalam sehari
tapi, dalam kemampuan dan langkaran hayat.

*Tersiar di Utusan Borneo 27 Disember 2015









Thursday 3 December 2015

Nagoya*(UB)(Lanskap)(Terbit)

Aku tiba di pintu gerbangmu
langit musim gugur
kau tetap ramah, Nagoya
malam itu, aku tamu
yang merelakan tiap detik
membekas pada bumimu
suara kehadiranmu bergema
di setiap penjuru.

Kau adalah saksi melihat
sejarah telah tertulis
pesan terhadap bangsamu
kedamaian yang abadi
telah mengembangkan sayapnya
dan mata dan telingamu melihat
keagungan samawi telah
melihatkan kebenaran hakiki
Ini tak akan pernah dikalahkan .

Angin petang menerbangkan
daunan dari gagangnya jatuh di tepi jalan
kuning kemerahan berserakan
pohon-pohonnya merelakan
pasrah pada peralihan musim
gema suaramu mencari persahabatan
amanat ini harus disampaikan
Nagoya, mimpiku telah sempurna.

*Tersiar Di Utusan Borneo 27 Disember 2015