Tuesday 15 January 2013

Di Anak Tangga Kita Bertemu (Malaysia)

Kali terakhir kita bertemu di anak tangga
tanpa acara resmi apa lagi makan malam
di restaurant terbaik di kotaraya.

Pertemuan dan perpisahan memang
wujud dalam kandungan waktu.
Kau dan aku datang dari sumber
yang sama. Bedanya ketika memutuskan
perkara. Aku ke kanan dan kau ke kiri.
Rumusannya satu, dan berwarna.

Hak dan martabat kepunyaan semua
pasaknya tegak di dataran merdeka dan keadilan.
Tapi tiap orang penafsir yang bebas.

Kemiskinan bukan waris yang turun
dari nenek moyang.
Mereka bilang negaramu membangun
tiap anak wajib sekolah dan meraih kejayaan
kedudukan terhormat dan bergaji besar.

Sekarang, bagaimana kamu yang
tersorok di pedalaman, tak ada surat beranak
dan tak sekolah, tapi memang kau pribumi
sepuluh jenerasi. Kemiskinan di tanah perkasa ini
bukan mimpi apalagi impian.

Bagaimana kau bisa jadi anak bangsa yang kalah
dalam perlumbaan hidup di tanah sendiri?
Terasing dan perlahan-lahan hilang di bumimu sendiri.
Lalu mereka sinis ketika melihatmu
di kotaraya. Kerana sebut katamu pun berbeda
membuat mereka ketawa terbahak-bahak
sampai terkencing.

Ayuh, kumpulkan suaramu, kalau kau
bisa lincah di hutan jati ketika memburu
di sini pun kau tetap lincah.
Mari kupegang tanganmu, biar kita membuang
malu ke tempatnya, ke dalam najis.

Kau adalah anak bangsa yang tidak akan
dikalahkan lagi. Suaramu adalah suara dari
rimba jati. Aku tak ingin kehilanganmu.

Kota Kinabalu
16 Januari 2013








No comments:

Post a Comment