Tuesday 30 June 2015

Ramadan, Ramadan

Dari keramaian aku masuk ke dalam sunyi
ketenangan lembah gunung waktu pagi
bau rimba dalam udara khatulistiwa
samawi mengirim gerimis ke bumi leluhur.

Kini telah datang musim turun memetik
purnama di langit menghalau kegelapan
rindu tertebus salam bersambut
danau bergenang kemenangan sukma.

Aku telah masuk ke langit purnama
menghirup udara-Mu dan melafazkan zikir
kelangsungan hidup genapnya janji samawi
pelangi turun di taman kembang bunga.

Kata-kata bergema dalam doa berkepak
aku telah menyahut panggilan-Mu
hujan-Mu turun dengan kecukupan
tiada ditinggalkan demi meraih-Mu.




Takiding Ramadan*

Menjelang purnama Ramadan
memandang langit
seperti sehelai sutera
kasih-sayang-Mu
seperti air dingin turun
dari lembah gunung.

Geduk dipalu
muazin mengumadangkan azan
bagai cinta telah sempurna
lafaz seorang kekasih.

Berita musafir pulang
telah sampai
di halaman seorang ibu
telah lama menunggu
malam itu ia bersujud
Kau telah mengabulkan doa.

Kapal telah berlabuh
anak kapal menurunkan sauh
rindu tanah daratan
kembang kenanga
udara khatulistiwa.






Monday 29 June 2015

Ketenteramanmu Di Bulan Ramadan*

Mereka ingin mencemar langit Ramadan
kegelapan relung hatimu mengental
nur samawi ini terus bersinar penuh
menghalau awan mendung menebal.

Seperti gunung bergerak dalam senyap
grenade meletup ketika kau bersujud
udara jerebu menutupi ruang masjid
suara terperangkap maut bergelimpangan.

Darah membekas pada lantai dan tiang
tubuh-tubuh terdampar parah dan kaku
mengerang kemudian diam dan hening
sinar matamu redup kehilangan cahaya.

Malam perih turun ke dalam sukma
seperti siangmu yang luka dan binggung
tiap pertanyaan berkumpul tak terjawab
ketenteramanmu seperti gempa gunung.









Ramadan Menawan Sukma

Bulan mengembang di langit Ramadan
sajian seperti keramaian di suatu malam
berbuka selera makan berhidang
tiap malam jemputan buka bersama.

Di negeri kemelut jatuh korban
maut menyelinap dalam gelap
menconteng siang dan malam Ramadan
dengan darah saudara muslimin.

Kegilaan ribut taufan melanda ummah
kasih-sayang sirna dalam takaran waktu
amarahmu lingkaran syaitan tak berhujung
menuba udara dan langit di bulan suci.

Ramadan Al Mubarak samasekali tak ternoda
samawi akan terus melindungi bumi leluhur
telaganya tetap bergenang air yang cukup
musim semi di taman dan bahtera telah belayar.

Tunjang takwa tumbuh di tanah gembur
pohon sena subur dengan daunnya lebar
berteduhnya musafir sepanjang zaman
kebenaran samawi tak akan dapat dikalahkan.

Di lidah kau lafazkan cintamu
larut dalam doa dan Zikir Illahi
salat Tarawih dan Tahajud di malam berbarkat
Al Qur'an keindahanmu menawan sukma.



Friday 26 June 2015

Ruh Ramadan*


Kau perisai dari api menjulang
aku datang dengan cinta hakiki
Ramadan air bening dari samawi
menyejukkan tanah gersang tandus.

Kau dengar gema suara ini
dan menjawab qasidah hati
dalam peralihan malam siang
ada satu waktu doamu sempurna.

Akar takwa ini telah bertunjang
Pohon sena persinggahan musafir
air manis mengalir dari sungai-Mu
tak pernah kering sentiasa jernih.

Ramadan menyerap dalam sukma
sifat-Mu sattar menutupi kekurangan
Kau bisa menghapuskan memori
dosa melekat dalam jaringan waktu.

Salawat dan salam terucap jiwa tulus
lidahmu tak pernah bosan dan letih
beristighfar, memuji dan bertahlil
nafasmu Zikir-Illahi

Samawi mengirimkan cahaya Al Qur'an
kegelapan tak akan dapat menandingi
Nur Illahi kekuatan meraih kemenangan
jiwa tenteram sepanjang zaman.
















Thursday 25 June 2015

Menadah Tangan Bulan Ramadan

Aku menadah tangan pada-Mu
dalam diam setenang lautan
aku melafazkan doa seperti
kapal yang setengah sarat
belayar menuju ke pulau damai.

Kalian pun berdoa dan berharap
mendekatkan diri pada samawi
debu-debu perang meliar
gema suara minta diselamatkan
tapi amarah dan kejahatan
masih menerkam di lorong sunyi
maut menerja siang malam
tanpa mempedulikan anak bulan
di pojok langit dan suara tilawat.

Kedamaian kalbumu terheret
angin sahara dari sempadan
pada malam-malam durjana
lalu pada purnama impian
dan doa-doamu menawan
lembah rawan, jauh dan gelisah.







Tazkirah Di Bulan Ramadan*


Aku pernah berjanji pada laut
gelombang samuderamu menghempas pantai kalbu.

Di rimbamu ada terpahat sepotong ayat
pada pohon tinggi menjulang samawi.

Pada anak bulan Ramadan terlukis harapan dan impian
mengapaimu sampai hari terakhir menjelang syawal.

Melihat kedua orang tua menyediakan juadah
waktu berdetak kupegang tanganmu sampai ke pelabuhan.

Lihatlah lebah madu berterbangan di kebun bunga
matari berada di puncak menara putih.

Amanat ini telah kaulepaskan terbang ke angkasa raya
tiap sukma mendambakan air dingin pelega musim kemarau.

Relakanlah pada sebuah kalimat sekalipun payah
dendam masa silam ikut pada komet terbakar hanggus.

Di jembatan ini kita meniti dan berlenggang mengikut rentak
bebaskan diri dari malam panjang dan kembali pada inayat-Mu.



Wednesday 24 June 2015

Tawajuh Ramadan Al Mubarak

Kalbu yang tawajuh akan mengingati-Mu
hujan turun menyirami lembah kemarau
tanah gembur bersemi gema telah berlalu
rindumu sempurna anak bulan di langit.

Malam Tahajud di negeri khatulistiwa
sukmamu pasrah kepakmu merata bumi
seribu malam tumbang kerana hadirmu
kelazatan bulan Ramadan Al Mubarak.

Kujalani siang perjuangan mengapai samawi
ketika malam datang kurebah di persada-Mu
aku adalah debu bertebaran di telapak kaki
mendekati-Mu dengan takwa dan Zikir-Illahi.

Dalam takaran waktu kehadiran-Mu cahaya siang
pada dingin malam Kau menemaniku bercanda
di sajadah ini kutundukkan kepala dengan airmata
kata-kata menjadi doa-doa mengalir ke laut-Mu.

Ya Rabbi, terima dan sempurnakan Ramadanku ini
hapuskanlah noda dosa yang bersarang dalam kalbu
sebulan aku meraih-Mu dan tak ingin melepaskan
setahun itu terlalu lama menunggu datangmu lagi.

Ramadan Al Mubarak, dua purnama telah berlalu
anak bulan di langit-Mu isyarat kemenangan rohani
lembah gunung yang bertahan dan bumi leluhurmu
tak pernah kalah pada angin amarah kegelapan malam.
















Tuesday 23 June 2015

Mengangkat Martabat Diri Di Bulan Ramadan

Aku telah menyiapkan taman kembang bunga
menunggu datang Ramadan yang dirindukan
kini tujuh Ramadan dilalui kekuatan gunung
pertarungan mengalahkan belenggu amarah.

Perjuangan mengikis noda-noda bersarang
melewatkan air dingin pergunungan mengalir
membuka jendela sukma supaya cahaya masuk
menghalau kegelapan dan malam panjang.

Apapun yang aku lakukan di malam pertarungan
tanpa inayat-Mu aku mungkin terpelanting binasa
seperti debu kehilangan landasan untuk berpaut
terperogok di bumi mana atau hilang tak dikesan.

Ya Rabbi, aku telah melangkahi ke dalam taman-Mu
seperti musafir pada esok menemukan lembah hijau
setelah tak terhitung lama berkelana di padang pasir
kemenangan ini mendekatkan samawi dalam sukma.

Monday 22 June 2015

Mengenang Mereka Sempena Refugee Day (Boat People)




Ketika langit tersingkap dan bumi terkuak
rahsia tragik itu terbongkar tanpa selindung
rimba memberi kesaksian dan isyarat nyata
kejahatan pemerdagangan manusia ditangkap.

Kezaliman yang akhirnya mengorbankan
pendatang malam mencari suaka ke tanah asing
dunia melihat kejahatanmu di Wang Kelian
kerakusan dan tamak serakah menjerat diri sendiri.

Pulang kalian dalam satu liang lahad tanah Tualang
mangsa kejahatan pemerdagangan manusia 
dan kematianmu akan diingat sebagai peringatan
dunia tak akan dapat menerima konspirasi jahatmu.

Di bawah Pohon Sena kalian disemadikan
purnama di langit cahayanya di atas kuburan
pernah kalian ingin memburu pelangi impian
kemerdekaan dan jati dirimu dan hak sebuah bangsa.


Sunday 21 June 2015

Cucu Dan Nenek di Bulan Ramadan*

Doa mengalir bersama bertaut di muara
kasih-sayang melimpah dari dua sukma
tangan yang membelai jiwa menyerah
dianyam dengan takwa dan cinta Illahi.

Cucu yang tumbuh akarnya bersemi
di lahan tanah peribumi air dari samawi
mekar kembang bunga di musim semi
Ramadan Al Mubarak talian kasih.

Anak bulan muncul di langit Ramadan
pengalaman bersama hati yang pasrah
ilmu mengalir dari kalbu ke kalbu
Tazkirah di bulan suci penuh rahmat.

Nenek yang memberi tangan terbuka
cucu menerima duduk di riba kasih
kemenangan dua kalbu meraih kurnia-Nya
kelangsungan hidup menawan dan berberkat.

Anak Yang Pulang Di Bulan Ramadan

Waktu senyap mengalir jauh
mimpimu telah sempurna
kepulanganmu rindu terubat
sekalipun siang telah condong.

Bulan Ramadan menemukan
anak dan orang tua di tanah leluhur
tiada yang lebih bahagia dan gembira
duduk berbuka dan solat berjemaah.

Doa-doamu adalah senjata makbul
yang mustahil Kau perlihatkan
samawi tetap tak akan melupakan
ketulusan dan kenyakinanmu ini.

Anak yang pulang di bulan Ramadan
sebenarnya pengobat ibu dan bapa
kehadiranmu telah membawa cahaya
tak akan redup sepanjang takaran waktu.

Bual Ramadan*

Kau telah mengulum lidahmu
sekarang lebih banyak berdiam
bertasbih dan berzikir illahi
fikirmu terbang ke samawi.

Telah kau pilih gunung bertahan
dan lautan tenang di malam sepi
air dingin mengalir ke lubuk sukma
jernih dan manis sepanjang masa.

Musim meraih buah yang ranum
kebun tanah yang subur terpelihara
tiada yang dikecewakan dan hampa
kemenangan rohani telah dijanjikan.

Siang dan malam kau berlindung
dan menutupi kekurangan nyata
kedekatan pada-Nya bulan Ramadan
nikmat abadi sepanjang zaman.



Meraih Takwa Bulan Ramadan

Kau berjuang sejak hari pertama
meraih takwa dalam bulan Ramadan
kebahagian rohaniah amal sempurna
kerana-Mu puasa ini dikerjakan.

Dalam takaran waktu berjalan
kau ucap tahmid, tasbih dan tahlil
dan kau bina benteng kuat
yang tak roboh dimakan waktu.

Semua yang kau lakukan demi
Allah Empunya bumi dan langit
tiap kelalaian hadir dalam diri
akan dibenamkan didasar sukma.

Tiada kehormatan kepada mereka
membawahkanmu kerana kau berpuasa
Allah menjaga jemaat yang saleh
tak samakan dengan penentang kebenaran.

Saturday 20 June 2015

Nafas Ramadan Al Mubarak*

Degupmu tenang meliputi alam jagat
nafasmu kedamaian malam dan siang
kembali ke dalam diri mengenang-Mu
menyerapmu dan mengamalkan.

Samawi menurunkanmu dalam Ramadan
khazanah ilmu tak pernah tohor dan kering
baca dan resapkan air dingin melegakan
malammu jalani dengan doa-doa makbul.

Ke mana saja kau mengali di bulan ini
dengan sukma yang tulus pasti kau raih
musim menuai telah tiba di pelosok bumi
usah ketinggalan sekarang masa berpergian.

Gema Ramadan dari menara putih
burung terbang membawa pesan
seribu malam tak ada bandingan
nafas Ramadan wangi samawi.

Kau baca Al Qur'an terang dan jelas
dari Al Fathiha sampai surah terakhir
suaramu bergema menawan sukma
Ramadan Al Mubarak dirindukan hadirnya.









Jalan Hidayah Ramadan*

Tamanmu mekar harum
himpunan kuntum-kuntum
berwarna-warni lembah kalbu
pelangi turun setelah hujan
samawi mengirimkan berita
lepas dari musim kemarau
dan belenggu malam panjang.

Dengarkanlah dengan telingamu
mata yang melihat kebenaran
tak akan melangkah dalam lumpur
penuh ranjau dan sembilu tajam
hadirnya nama-Mu dalam zikir Illahi
Muhammad Rasulullah kekasih-Mu
menyambut-Mu dalam kesyukuran.

Kini tiba waktunya membaca senja
bayangnya mulai meluas ke alam maya
kalau kau khadim biarlah kadim
siap untuk dikorbankan
seperti Ismail di tangan Ibrahim
pengorbanan tanpa balasan
kemenangan rohani gunung bertahan.

Ini jalan kau tak akan menoleh
lurus ke depan  pasti purnama
menyambutmu dengan kilauan
cahaya yang menghalau kegelapan
Jalan Hidayah Ramadan
adalah jalan Syafaat yang tak akan
membawamu ke dataran gurun kering.






Membaca Alam Di Bulan Ramadan*


Ramadan Al Mubarak telah
menginjak kakinya ke bumi
hujan lebat di desa permai
matari cerah di tanah seberang.

Sungai mulai mengalir jernih
air diteguk manis dan dingin
gunungmu anugerah turun-temurun
matari muncul sebagai sahabat.

Damailah sukma di bulan suci
kerinduanmu telah tumbuh mekar
pelangi di kanta matamu yang hitam
harapan sempurna dalam mimpi.

Kukikis noda hitam bertahun-tahun
lafaz doa istighfar lembut dan tulus
di sajadah malam Tahajud yang sepi
nama-Mu kupanggil berulang-ulang.

Bagaimana aku dapat menjauh dari-Mu
kerana aku debu dan bayangan kosong
tanpa-Mu aku hanyut dalam banjir lumpur
atau diterbangkan tanpa arah dan impian.




Tamu Di Bulan Ramadan*


Menjelang maghrib di desa melati
tamumu singgah mengucap salam
langit merah suara azan bergema
air dan sebiji kurma masa berbuka.

Mengambil wuduk mengerjakan solat
selepas maghrib makan bersama
nikmat Ramadan sepanjang bulan
solat Tarawih bangun Tahajud.

Rindu Ramadan setiap tahun
tamu rohani datang berbuka
pintu samawi terbuka luas
Kau dekat mendengarmu.

Anak bulan di langit Ramadan
tiap malam meningkat usia
jiwa yang tenang mengingati-Mu
mengucap istighafar dan memuji.


Friday 19 June 2015

Doa Bulan Ramadan Al Mubarak*

Aku mendekati-Mu dalam tenang Ramadan
Kau memanggil dan memberikan harapan
samawi mendengar doa tengah malammu
mengalir kalbu yang sedar dan pasrah.

Telah kulepaskan belenggu dunia
kerana jawabnya hanya ada pada-Mu
noda-noda yang bertukar malam
telah beralih meninggalkan langit siang.

Gempa di tanah sukmamu telah berlalu
janji kemenangan hanya mengenal-Mu
kekerasan adalah tindakan merugi ummah
biasakan lidahmu berzikir Illahi dan istighfar.




Menunggu Air Bertukar Warna* (Suasana)

Langit mendung di gunungmu
jalan berkunjung putus semalam
sungaimu mengalir lumpur
menghanyut batang kayu mati.

Desa-desa di sepanjang sungai
kosong sepi sejak banjir lumpur
gema suaramu memanggil
sampai dalam kalbu saudaramu.

Ketika panggilanmu makin lantang
meminta seteguk air minum
melepaskan dahaga mencekik
hasratmu masih dalam penantian.

Kau menunggu hujan gunung
membawa banjir lumpur ke muara
kepala air datang dengan perkasa
peribumi pun mulai tekun berdoa.






Solat Tarawih*(Ramadan)

Kita berkumpul meraih samawi
malam penuh ganjaran dan berkat
mendirikan solat Tarawih bulan suci
Ramadan Al Mubarak setahun sekali.

Engkau dekat dan mendengar doa
Inayat-Mu datang dalam gemilang
pintu maghrifat-Mu terbuka luas
Zikir Illahi dengan jiwa takwa.

Tidurmu sedikit di malam Tahajud
istighfar diucap dari mulut yang bersih
menemukan malam Lailatul Qadar
tiap kalbu mendambakan kurnia-Mu.

Di mana pun engkau berada di rantau
kerjakan salat Tarawih dengan tekun
berdiri ummah dalam satu barisan
bahu membahu di belakang imam.









Thursday 18 June 2015

Penyair Khatulistiwa* (Puisi)(Metamorposis)

Penyairmu menafsirkan rahsia samawi
alam raya hidup dalam kata-kata
bintang dan cakrawala inspirasi sezaman
tiap gerak perubahan memberi makna.

Gempa siang itu telah mengejutkan
mimpi dan harapan di tanah peribumi
ketenangan sungaimu bertukar warna
menuruni lembah gunung bertahan.

Gema gunung telah memberi isyarat
kedamaian rimba khatulistiwa teruji
suara lautan mengirimkan gelombang
kepulauanmu untaian mutiara indah.

Malam-malam tafakur terucap doa
rangkaian kata-kata maghfiratmu
terkumpulnya dalam tazkirah diri
kasyaf mengalir menyejukkan mata.

Penyair Khatulistiwa membacakan tajalli
purnama di sukmamu pancaran matamu
inayat-Nya bagai pelangi tak pernah menjauh
kemenangan ini adalah nyata dan abadi.




Wednesday 17 June 2015

Kepala Air* (Suasana)

Air turun dengan seribu daya
menuruni lembah gunung
mendebarkan pemukim desa
igaunya masih datang tiap malam.

Kepala air datang dengan kejutan
sungaimu berubah warna lumpur
tanpa ampun menolak ke depan
jerit air sampai ke muara tak berhenti.

Hujan di gunung  membawa alamat
gemanya melangkau gelombang samudera
ketika ia bergerak dengan amarah
kau hanya memandang dan pasrah.

Seperti kau dalam mimpi manis
dari keindahan langitmu bertukar
dan tak menyangka kekuatan itu
malapertaka meragut mangsa tanpa bersedia.






Tuesday 16 June 2015

Banjir Lumpur* (suasana)(Ramadan)

Gempa di gunung
sepi di lembah
kabus turun d rimba jati
siang berkabung
laut selepas hujan
tebingmu teruji
mimpi gurun turun
pemukim desa
seperti terperangkap
ada kekuatan sedang
bergerak ke muara
pohon kayu mati
batu-batu di hilir
bergolek dan terheret
dalam arus lumpur.
Gema suaramu
terbawa angin
sukmamu remuk
matamu bercerita
musim yang tak redah
jalan di pergunungan
terputus dan musnah
kau kehilangan tali
dan jembatan roboh
jerit air turun
seperti memanggilmu
kepedihan yang tak tertahan.
Banjir lumpur
Sungai Liwogu
dan Tempasuk
lembah Ranau
dan desa-desamu
meraung seperti
hewan yang terluka.
Malam ini sukmamu
bagai anak yang terlelap
dalam kedinginan
angin gunung rintihan air
Anak bulan
di langit Ramadan
dan suara Hafiz
di solat Tarawih
doa-doa yang dikirim
tak akan melupakanmu
kerana kau dan aku
adalah satu
tak akan dapat dipisahkan
di tanah peribumi ini.




Sunday 14 June 2015

Munajat dan Ramadan

Ramadan Al Mubarak
semakin dekat
telinga ini
mendengarkan samawi
lidah meluncurkan
doa-doa dan zikir Illahi
dengarlah degup nadi
redah dan pasrah
kau datang
kembang harum bunga
di taman musim memetik.

Kau telah siap
turun menyambut
malam pertama
melihat kanvas langit
anak bulan di perseda
bermula perjuangan
dan genapnya penantian
kau mendakapnya
gelora cinta dan pengorbanan.

Padamu
di negeri terkatung-katung
di lautan samudera
daerah gempa
dan tanah sempadan
kota-kota rawan dan
desa-desa lembah pergunungan
dan tanah peribumi
angin samawi
membawa berita gembira.

Ramadan Al Mubarak
telah datang menyempurnakan
harapan dan salam itu bersambut.








Saturday 13 June 2015

Exodus Rohingya (Boat People)(UB)*

Perlahan-lahan berkumpul Rohingya
mengalir dari kota dan tanah Arakan
menuju ke sempadan
dan lautan lepas.

Rohingya mencari kedamaian
pada langit dan berhanyut pada lautan
ketika malam turun
igau Rohingya ke tanah asing
menuruni lembah dan berlindung
di rimba raya.

Perjalanan ini jalan sehala
jalan pulang telah dihadang
salam terakhir pada tanah leluhur
berkurun-kurun Rohingya
memburu mimpi di bumi kelahiran.

Mereka telah menanggalkan
kehormatan dan hak Rohingya
gema suaramu melintasi langit Nusantara
dan negeri bumi bersahabat.

*Disiarkan oleh akhbar UB 27 November 2016



Friday 12 June 2015

Gunung Kinabalu Kesayangan Turun-Temurun* (DBP KL)

Di negeri Khatulistiwa ini
diam gunungmu suatu siang
berubah warna dan gerak
gempa itu merubah
keindahan dan ketenangan
alam dan lembahmu.

Kini wajahmu bertukar
selamanya.
gema suaramu melantun
sampai ke pintu samawi
malim gunung pulang
simbol perjuangan dan
pengorbanan.

Pemukim rimba raya
lembah dan sungai
bertafakur
laut dan pulau-pulaumu
seperti tenang dalam berdoa
gempa gunung ini
telah mengikat tali
persaudaraan dalam
suasana berkabung.

Memandang
Laban Rata yang sepi
kabus telah beralih
matari pada gunung
telinga keldai masih
seperti dua gading
yang bertahan.

Gunung Kinabalu
mendaki puncakmu
penyempurnaan tekad
dan harapan.
kau, adalah
kesayangan turun-temurun
tiap sukma peribumi
menyimpan kasih padamu.

*Dikirim kepada Projek Lina Md Lin 13 Jun 2015





Perubahan Langit dan Gempa Gunung* (DBP KL)

Gempa gunung malam itu
satu peringatan
dan alammu bergerak
korban berjatuhan
di tanah peribumi.

Keindahanmu telah tercabul
sukmamu
bagai tebing yang runtuh
air mata gunungmu mengalir
jauh ke laut Pulau Mantanani.

Kau melihat ikan-ikan mati
terbawa
arus lumpur
gunungmu diam tak bercanda.

Pemukim peribumi
mengisyaratkan sugit dan berkabung
desa-desa di lembah
di sepanjang sungai mengalir
melihat bencana turun.

Di jalan berliku-likumu
ke puncak
malim gunung
memberi harapan
sekalipun ia sendiri
korban
gempa siang itu.

Tiap perubahan langit
di situ ada peringatan
dan grafiti duka-lara
di bumimu ini adalah
monumen tak akan dilupakan.


#Dikirimkan kepada Projek Lina Md Lin 13 jun 2015







Thursday 11 June 2015

Datanglah Ramadan Al Mubarak*

Hujan khatulistiwa
merembes ke dalam sukma
jendela waktu terbuka
tanah peribumi basah
menjelang Ramadan Al Mubarak
angin samawi bergerak
ke arah halaman
keluarga berkumpul.

Penungguan datangnya
Ramadan Al Mubarak
makin dekat
rumpun bambu di desa purnama
berkasidah dan berzikir Illahi
di sini kita meraih samawi
cinta tawajuh dan tazkirah diri.

Anak bulan yang muncul
di tabir langit
lambang kedamaian
persaudaraan sejagat
kasih-sayang dan khabar suka
pada gunung yang bertahan
dan air terjun mengalir ke lembah
menyejukkan dan melepaskan
dahaga musafir.

Ramadan Al Mubarak
membebasmu dari belenggu
memanggilmu dengan harapan
dalam solat tarawih dan tahajud
layarmu berkembang
tangismu bergema
sampai ke bintang dan cakerawala.

Kasih-sayangmu
merangkum jauh
ke orbit baru
Ramadan Al Mubarak
meleburkan dendam kesumat
permusuhan berdarah
kezaliman sejagat.

Ramadan Al Mubarak
datanglah
seperti air salji pelepas
dahaga musim kemarau
di tanah peribumi
kami menunggumu.








Malim Gunung* (AP Malim Gunung)

Kata-kata ini adalah
sulaman fikir dan kalbu
dalam memori peribumi
di sepanjang zaman.

Dalam kesaksian suatu
siang
gerak bumi  pada
gunung bertahan
pendaki-pendaki  yang
ghairah
meraih dan menawan
keindahan.

Gempa gunung
kini di dindingmu
grafiti dan altar
di sini ditemui
para korban.

Doa kami terkumpul
dalam kata-kata
seperti jambangan bunga
di persadamu.

Malim gunung
dari masa silam
namamu telah tertera
hari ini dan esok
kalian hidup
dalam sukma peribumi.

*Disiarkan dalam antologi  puisi Malim Gunung diselenggarkaan oleh Jasni Matlani, Sitti Rahmah G. Ibrahim, Abd. Karim Gullam, Juri Durabi dan Nim Yorza, Iris Publishing & Distributors, 2015

Gempa Kinabalu* (Suasana)

Seperti igauan di siang hari
gunungku bergerak
seperti peribumi yang tidur
bertukar posisi.

Gempa hari itu
seperti memperingatkan
bencana alam datang
sedang kita tak menyangka.

Burung terbang
meninggalkan sarang
dan gema suaramu
hilang sirna.

Di tanah peribumi
rimbamu dalam suasana
berkabung
lautmu mengirimkan
ombak-ombak kecil
ke tebing.

Sukmamu bagaikan
terluka
tenteramlah Nabaluku
samawi telah
melepaskan merpati.








Ramadan Al Mubarak di Tanah Peribumi*

Aku menyambutmu,
Ramadan Al Mubarak
kasih-Mu mengalir
dari samawi
berkumpul kami
rahmat dan terkabulnya
doa.

Kerinduan anak yang pulang
mimpimu itu telah digenapkan
hadiah langit buat ibu tua
purnama berkaca di matamu
air danau mengalir dari sukma.

Apa lagi yang kau harapkan
pada malam pertama melihat
anak bulan di kaki langit
isyarat bermula
Ramadan Al Mubarak.

Sepanjang bulan
sahur dan berbuka
aku akan meneguk air
dan menelan nasi
dari tangan seorang ibu tua.

Ya Rabbi,
bagaimana mungkin aku
berdalih pulang dari rantau
Ramadan Al Mubarak
di tanah peribumi
penyempurnaan sebuah janji
seorang anak buat ibu tua.











Gunung Kinabalu Menawan*

Kinabalu,
khazanah turun-temurun
di tanah peribumi ini
keindahanmu
adalah kedamaian sukma
dari masa silam
kau penyejuk mata
dan inspirasi tak pernah kering.

Kau, gunung bertahan
hidup dalam tiap kenangan
mimpi dan impian.

Kau adalah lambang
melihatmu dari samudera lautan
kekuatan yang gah
tak terkalahkan.

Dari samawi seperti
tangan kasih-sayang mengusap
anak dibuaian.
Suara rimba memukau dan tunggal
pepohonan hijau menjulang langit.

Kau melihat pelangi
pada Aki Nabalu
kabus pagi bagai
pahlawan yang mengaburi
mata musuh.
Di dindingmu tersirat
grafiti
persaudaraan peribumi.

Dan kau, rohaniku, lihatlah
purnama timbul di Laban Rata
Nabaluku, di sini,
langit dan bumi bertemu.








Wednesday 10 June 2015

Damai Ramadan Al Mubarak*

Menjelang Ramadan Al Mubarak
dua kalbu telah ditemukan
langit merelakan dan lautanmu
damai.
akhirnya aku mendakapmu
bulan purnama
dalam doa-doa terkabul.

Ramadan Al Mubarak ini
kita berkumpul
dalam satu bahtera
belayar ke lautan luas
mendung langit telah beredar

Di malam tarawih
kau baca kalimat suci
kalbu yang tawajuh

Ya Hafiz, Ya Aziz
kau telah menanggalkan
pakaian kotor
kini kau datang pada-Nya
sebagai kadim siap diberi perintah.






Mubarak datangnya Ramadan*

Kusambutmu dengan zikir illahi
dalam tangis doa langkah padu
titis-titis masa dan gunung bertahan
langit yang tersingkap
dan rahsia zaman merekah
lalu membacanya tenang dan
menemukan makna-makna tersirat.

Ramadan Al Mubarak
kau datang dan menghulurkan
tanganmu
aku telah jauh berjalan
dan pulang ke riba-Mu
suara-suara itu mengiyang-ngiyang
sampai ke perdu kalbu
jalan pulang yang selamat.

Lepa-lepamu telah
belayar ke dalam sukma malam
dan kini memasuki sempadan
negeri kenanga
mubarak datangnya Ramadan
huruf-huruf dan kalimat-kalimat-Mu
hidup seperti cahaya purnama penuh
aku sirna dalam lautan maghfirat.












Rindu Ramadan Al Mubarak*

Dalam peralihan waktu
samawi mengirimkan air dingin
di lembah sukma
di tanah peribumi ini
rindu Ramadan Al Mubarak
menunggu anak bulan
di persada langit
bermula halaman perjuangan
meraih buah kemenangan.

Musim memetik tiba
buah-buah manis di pohon
dan kau tak pernah puas
langitmu telah memberi isyarat
tahun ini para musafir
telah menghulurkan tangan
kata-katanya lunak dan menawan
doa-doa yang terkabul
janji-janji yang sempurna.

Ramadan Al Mubarak
pintu samawi terbuka
malam-malam tahajud
doa-doamu seperti
taburan bintang gemerlapan
cintamu telah tertanam
akarnya menjunam dan
tak akan musnah dalam
seribu kurun.

Kau telah melihat
kebenaran itu adalah
taman-taman indah
terus dijagai sekalipun
dalam zaman gerhana
Ramadan Al Mubarak
sapuan kalbu
dengan air samawi
damai pada tiap malam
adalah perjuangan
pada tiap siang
meraih qurub-Nya.

Ramadan Al Mubarak
pada jiwa yang tenteram
wajah tawajuh
Inayat-Mu
tak pernah berhenti mengalir
iradah-Mu
purnama gemilang.











Monday 8 June 2015

Rohingya dan Tanah Lumpur*(Boat People)(UB)*

Suaramu tertimbus di perbatasan
lumpur khatulistiwa membalutmu
langkahmu telah terputus
dan menemui jalan mati.

Pepohonan rimba saksi
malam penderaan itu
kau tak mendengar ombak laut
angin telah menukar arah
menjauh dari hutan khatulistiwa.

Rohingya, jauh dari tanah Arakan
berpauh pada tanah curam
mereka telah menggelapkan matamu
lalu mencipta langit mimpi
tanjung harapan dalam tidurmu.

Kau tak mengira langkah kakimu
impianmu, kau akan melangkahi sempadan
dan selamat.
tapi suara perintah itu
telah meregut purnama di puncak gunung
menconteng pelangi bertukar mendung
pada sukmamu.

Di tanah lumpur ini
terkubur cerita Rohingya
suatu perjalanan yang tak kesampaian

*Disiarkan oleh UB 27 November 2016



Sunday 7 June 2015

Senja Sungai Kinabatangan* (Lanskap)


Nafasmu air mengalir turun ke muara
sukmamu senja tenggelam di horizon
suaramu gema angin lautan berlalu
mimpimu mahkota malam ditemui.

Senja telah berlabuh
sungai Kinabatangan, diammu
menyimpan halaman sejarah
yang tak runtuh sekalipun
hakisan waktu terus mengalir.

Malammu telah berlalu
pertempuran dan pukul gendang perang
telah berhenti dan kedua pihak
menyerah dan menurunkan lambangnya
dari berkibar di udara musim derhaka.

Sungai Kinabatangan
ketenangan arusmu telah membawa
berita gembira itu sampai ke muara
samawi menitiskan gerimis dan
pelangi di bumi peribumi.

Rimbamu masih riuh
sungai Kinabatangan
airmu yang kuminum
mengalir dari sukma
dingin dan menghidupkan
dan degupmu tak akan berhenti
di sepanjang zaman.

*dikirimkan ke Dewan Sastera 29 Julai 2015