Wednesday 29 April 2015

Kaamatan dari Tanah Seberang*(UB) (Malaysia) (HE) (Terbit)

Kata-katamu telah menyeberangi tanah sempadan
mereka datang bukan bagai kerangga dalam ratusan
menyerbu mangsanya di halaman.

Kata-katamu kait-mengait terbang seperti burung
helang di langitmu.

Ketuk gong bergema di gunung
rimbamu kembali hidup seratus tahun
nafasmu harum seperti di musim semi.

Kata-katamu disulam dalam mimpi purnama
Kaamatan bagai seorang puteri Nabalu
menyambutmu di pintu gerbang.

Kasihmu kata-kata grafiti di dinding sukma
dari Merapok berakhir di gunung Ra Ra
Aku terkasima.

*Tersiar Di Daily Express 10 Mei 2015
*Tersiar Di Utusan Borneo 24 Mei 2015





Menjelang Kaamatan*(HE)(UB) (Malaysia)(Terbit)

Di langit lazuardi Kinabalu
alammu turut berhias
seperti lepa-lepa di musim pesta
belayar bebas di laut lepas.

Kau menambur benih kasih
buatmu grafiti seribu tahun
manis madu kata-katamu
tumpah di sukma yang pasrah.

Air terjunmu adalah denyut nadimu
mengalir terus di musim Kaamatan
dingin airmu pelepas dahaga musafir
yang datang membawa purnama.

Palu gong dan tiup seruling bambu
hirup nafasmu udara Pedalaman
melepaskannya di Pulau Lankayan
cintamu terpaut peniup sompoton.

Penari-penarimu telah siap
di pentas tanah peribumi ini
Kaamatan dalam sukmamu
tunjang persaudaraan sekurun.

*Tersiar Daily Express 17 Mei 2015
*Tersiar Di Utusan Borneo 24 Mei 2015





Kaamatan*(HE)(UB)(Malaysia)(Terbit)

Gema gong di awal bulan
gunungmu Kinabalu seperti
pahlawan yang berdastar
di langit biru Kaamatan.

Gerak kakimu teratur
sayap helangmu melayang
ke laut Pulau Mantanani
pulang ke Simpang Mengayau.

Sumandak peribumi turun
berdandan dan wajahnya
angin lembah Kundasang
sukmanya pelangi selepas hujan.

Rindu melangkar malam
sayang bercambah di bumi
nafasmu hutan Khatulistiwa
bola matamu cahaya purnama.

*Tersiar Di Daily Express 3 Mei 2015
*Tersiar Di Utusan Borneo 24 Mei 2015






Tuesday 21 April 2015

Angin Utara* (Ketuhanan)

Perubahan langit telah mengirim
angin utara membawa hujan semi
jauh di pedalaman sungai bergejolak
tidurmu mengundang mimpi samawi.

Kita telah jauh melangkah
di medan ini pertarungan telah
membongkar benih khianat bercambah
bualnya seperti igau di malam hari.

Penantianmu telah digenapi
kemenangan sukma yang tawajuh
Inayat-Mu telah merubah tanah gembur
taman kembang musim memetik.








Friday 17 April 2015

Tanjung Lipat* (Lanskap)

Tanjung Lipat
gemuruh laut
mengirim angin pulau
jauh ke gunung

Hujan panas
membasahi wajah kota
musafir
berangkat dengan
kapal terakhir.

Tanjung Lipat
pernah rel kehidupan
kotamu berhenti di sini
platform penantian itu
sepi dan ditinggalkan.


*dikirimkan ke Wadah 28 April 2015


Kutabur Kuntum Kata Ke Lautmu* (Suasana)

Di sini dulu sebuah kampung
ia tumbuh dari lautmu
bila malam tiba
lagenda dan mitos  bersayap
keluar dari mulut lautan
ke langitmu
tiap kelip bintang bercerita
dalam mimpimu.

Aku datang kepadamu
kerana keramaian suaramu
terbakar hanggus
lantai kedamaian sukmamu
telah menjadi debu.

Segalanya hening
hanya lagu debur ombak
berulang-ulang ke tanah daratan
puing-puing
seperti tombak-tombak terpacak
di dadamu.

Air telah surut
kini aku dapat melihat luka-luka
jeritan perihmu sampai ke pintu samawi
kau mencari dahan-dahan untuk berpaut
memanggil hujan pada malam durjana
tapi, suaramu tertahan di kerongkong waktu.

Aku tabur kuntum kata
ke laut dalam
foto-foto memori
hanggus terbakar
sejarahmu debu bertebaran.




Wednesday 8 April 2015

Bukit Tinggi* (UB)(Landskap)(Terbit)

Udara dingin menyelenap
ke dalam maghrib
musafir baru menghela nafas
memasuki Bukit Tinggi
penjaja sibuk menawar harga
malam itu keramaian bintang
pudar ditelan jerebu
dari hutan terbakar.

Kau menjamu
durian dan pulut
sejadah untuk solat
pertemuan dua sungai
mengalir
menyatukan dua rohani.
gunungmu tetap bertahan
perbualan mereka masih
api yang membakar
tak akan berubah
kilau purnama di langitmu
kebenaran lafaz katamu
menggulangi kalimah.

Kedatanganmu di Bukit Tinggi
mempertemukan kasih
langit dan bumi
selamanya tak akan terpisah.

*Tersiar Di Utusan Borneo 26 April 2015



Tuesday 7 April 2015

Danau* (Suasana) (Wadah)(Terbit)

Remang senja
danaumu tenang
muazin memanggil tertib.

Para dai masih belum pulang
perjalanannya tanpa sempadan
makin jauh ke negeri gerhana.

Dalam mimpi masa silam
seperti hamparan kenangan
langkahmu masih tak berhenti.

Kerinduan itu
danau yang ditinggalkan
kebenaran cintamu
tak akan luntur
dalam pergolakkan waktu.

Kegelisahanmu sementara
kembang kenanga
di malam kenangan.

*Terbit Di Wadah DBP CS Disember 2015

Danau Singkarak* (UB)(Lanskap)(Terbit)

Kita berdua berdiri
membelakangi danau Singkarak
aku adalah tamu
kau, anak yang pulang.

Danaumu berombak
langit senja
di sini dipertemukan
musafir dan anak peribumi.

Kuucap salam persaudaraan
di depan permatangan padi
kerinduan  pada silam
keberkatan yang melimpah.

Danau Singkarak
Gerhana di langitmu.

*Tersiar di Utusan Borneo 26 April 2015

Gerhana Bulan* (Suasana)

Gerhana di langit-Mu
membawa pesan peringatan.

Gerhana bulan dan matahari
tanda dan kebenaran
akhir zaman.

Kau sepatutnya sedar
gerhana itu jalan
membuka pintu sukma.






Pohon Getah* (Suasana)

Aku melihat pohon getah
tumbang dan tercabut
dengan akarnya sekali.

Di tanah waris
getah tua adalah
cerita dari zaman silam.

Tiap pagi kau dilukai
grafiti sejarahmu masih
terguris di dinding sukmamu.






Padang Sumatera (UB)(Lanskap)(Terbit)


Tanah danau bukit tinggi
telah menyahut gema suara
turun dari samawi lalu
mengetuk pintu sukmamu
lembut dan menawan.
Di tanah adat membakar selera
budaya Minang akur dengan alamnya.

Debu kerikil dari zaman silam
mengelus dan menghadang musafir
desa-desamu bersulam cahaya
purnama menghalau kegelapan
kau pasrah pada suara memanggil
sukmamu.

Suara itu adalah
doa-doa bersayap
bukan kedatangannya itu
membawa celaka
atau malam membawa
gempa dan Tsunami.
Suara itu bergema dari menara
wajah tawajuh itu pernah berdoa
di bumimu.

Kau tak pernah berhenti
berdoa walaupun
pemuda-pemudamu masih berburu
sedang matari
telah condong ke langit maghrib.

*Tersiar Di Utusan Borneo 26 April 2015









Monday 6 April 2015

Catatan Gerhana Bulan (AMNS)

Pengkalan malam di hujung tanjung
menunggu datangnya gerhana
membawa berita samawi
rahsia sukmamu tersingkap 
peronda malam telah menjauh
Inayat-Mu tiba dengan kepak perkasa
kegelapan telah menyusut 
tiap isyarat tak akan berubah
di sini, aku masih memanggilmu
malam ini sayap gelombang meredah
Tapi, gerhana malam ini akan
mengumpul para mutaki tawajud.
nafas gurun di waktu malam
menyerap ayat-ayat-Mu
bukankah rukumu berganda
sujudmu dipanjangkan
langit saksi zaman tak akan
merubah takdir dan ketentuan malam
doa-doamu mengalir seperti air jernih
dari menara tinggi pulang ke lembah.










Kota Warisan*(Lanskap)

Di bumimu aku melihat
seribu warna pelangi
tiap halaman terbaca
keindahan sebuah kota
ketenangan langit
mencipta hening berdoa
ketulusan zikir dalam
sukma di Kota Warisan.
Aku berada di kotamu
ketika gerimis turun
menyentuh wajah bumimu
dan isyarat itu
memanggilmu tak berhenti
pertarungan dalam sukma.


*Dikirimkan ke Utusan Borneo pada 24 April 2015