Friday 4 January 2013

Lagak Seorang Teman* (Puisi)(Metamorposis)

Aku mencatat dalam puisi pesan seorang teman
ketika kau kematian akal lalu masuk ke halaman
rumahnya dan mengetuk pintu. Lumrahnya langit
membuka dadanya membiarkan rembulan mendaki
sampai ke puncak. Sekarang ia berkata, ia tak akan
membuka pintu. Itu tak mengapa. Laut tak selalu
bergelora sepanjang tahun. Aku pun tak akan
menunggu sampai kokok ayam jantan. Kalau
kau melihatnya berdiri dari belakang langsir,
kerana mengganggunya di hujung minggu.
Terima kasih, aku akan beralih pergi diam-diam..
Alam sendiri ada juga budi bahasanya. Tapi
sekalipun kau telah mengenalku, selalu ada syarat.
Tanpa sampul, kau tak akan turun ke lapangan
bermain. Tangan yang memberi dari tabir
langit, memang indah tapi sekarang jarang
kau temui dalam gejolak waktu. Ia akan
memotong bualmu sebelum pun kau habis
bicara. Sekalipun ia seorang kawan lama.
"Pengerasnya." katanya lewat seorang kawan
lain. Kulihat ia selalu sendiri, teman-teman
menyimpang ke tempat lain ketika melihatnya
dari jauh.

Kota Kinabalu
5 Januari 2013

No comments:

Post a Comment