Friday 29 June 2012

Rindu-Mu* (Indah)

Aku rindu
huruf-hurufmu
kudekatkan
telinga pada tanah
mendengar derapmu
terasa hening
perigi buta.

Kudekatkan
telinga pada laut
terasa kegelapan
tak terbaca.

Lalu kudekatkan
telinga pada langit
terasa kertas kosong
tanpa catatan.

Aku rindu
telinga mendengar
pada lidah
yang jujur
dan perbuatan
yang akur.

Aku rindu pada-Mu
yang mendengar
dan menjawab.

Canberra
30 Jun 2012

**Antologi Puisi "Zikir Cenderawasih" oleh Haji Bung Johar, Sabahuddin Senin dan Haji Domeng, Borneo Top Publishing House, 2014.





Wednesday 27 June 2012

Keretapi dan Pa Musa (Malaysia)

Siang pun bergenang
keretapi bergerak perlahan
dalam irama teratur
melaju ke depan.

Bunyi gerabak
seperti tolak-menolak
lagu latar pada sebuah siang.

Di depan
tak ada penumpang
aku sendiri menatap
pada hutan kecil terbongkar
bukit yang rata
sungai yang keruh
desa yang terseret
jerebu di matamu.

Di sebuah stesyen sepi
aku seperti melihatmu
dari perang terakhir
seseorang dari masa silam
tubuhnya berdarah
seakan ia mengangkat tangan kanan
dan memberi salam.
Kudekati pintu gerabak
tapi, Pa Musa
kau telah hilang.

Canberra
26 Jun 2012


**Antologi Puisi "Zikir Cenderawasih, oleh Haji Bung Johar, Sabahuddin Senin dan Haji Domeng, Borneo Top Publishing House, 2014.







Tuesday 26 June 2012

Dua Pasang Burung Bayan (Hewan)

Dua pasang burung bayan
hingga di ranting pohon luruh
mendung sarat.

Di kamar ini
hawa dingin bertembung
hawa panas.
Pohon Eukliptus
bergerak-gerak kecil
ditiup angin lembah.

Kabus telah menipis
sepasang kasut
derap-derap di lembah sunyi
ada gema
suara yang diterbangkan
dari hutan jati
dari lautmu
keserakahan mereka
masih tak terkurung.

Kata yang benar
akan bertahan
dalam segala musim.

Kataku bagai burung
bayan hinggap di
gendang telingamu
lalu meninggalkan
warnanya di bola matamu
Ketika kau membuka
mulutmu
bayanku telah terbang
dan masuk bersarang
di dahan jantungmu.

Kau tanya tentang diriku
seperti iklim Khatulistiwa
lembab dan panas
sesekali laut bergelora
tengkujuh membawa resah
selebihnya keindahan
seorang
kekasih.

Canberra
27 Jun 2012

Monday 25 June 2012

Penyu Geochelone Abigdoni Pulau Galapagos (Hewan)


Bagaimana aku memberitakan
kepulanganmu
beritamu bukan sorak-sorai
kemenangan
pembentukan kerajaan baru
atau pengayangan sebuah negara
dan pengulingan sebuah rejim.

Di Pulau Galapagos
'Lonesome George'
sendiri menghisap
jembul udara lautan pasifik
moyang menghisab
hari mendatang
tanpa turunan.

'Lonesome George'
tenang Ahad nafasmu kendur
hubunganmu pada dunia terputus.
lalu kehilanganmu bukan
seperti bangkai hanyut
di air kabut
yang berhenti mengalir
tak mengandung berita.

Atau
seperti memilih
lagu jiwang di youtube
malam rindu-rinduan
lalu mengesat air mata
kerana jiwa pun tertekan
dan menjadi emosi.

'Lonesome George'
Pulau Galapagos
kepulanganmu
adalah berita kehilangan
berita pupus
Penyu Geochelone Abigdoni.

Canberra
25 Jun, 2012

*Lonesome George, Penyu Raksasa meninggal dunia pada 24 Jun, 2012, berusia kurang lebih 100 tahun.

Pulau Mantanani (Lanskap)

Mantanani,
kegilaan di malam tofan
semangatmu
menembusi langit kejora.

Mantanani,
terasa nadi nafasmu
bagai malaikat turun
mengelus kening matamu.

Mantanani,
dicarimu dalam rembulan
bahasa yang terindah
tapi kehilangan melodi
dalam sebuah lagu.

Yang terdampar di pulaumu
akan ditemui duduk di beranda
yang hilang di remang malam
tertimbus di bawah telapak kaki
yang kalah dalam pergelutan waktu 
terbawa jauh ke pulau sepi.

Mantanani,
di wajah senja merah saga
goresan halus menekan
pantai yang bertahan
dari suara-suara terkandas.

Mantanani,
kembangkan pelapahmu
dalam tempias gerimis laut
kau telah dilepaskan.

Canberra
25 Jun 2012


Sunday 24 June 2012

Ia dan Urduga (Perempuan)

Siapakah pengecut yang terselindung
di dalam malam kelam
takut masuk ke dalam gelanggang
di bawah cahaya terang.

Di lorong-lorong malam gelap
rupanya ia asyik menjilat luka kakinya
bersyair tentang seorang penggoda
dan pergi sebagai raksasa dalam sukmanya.

Urduga, pacu, pacu kudamu, biar ia melihat
bagaimana lincahnya kau di lembah hijau
derap larimu menggegarkan rimba jati.
Ada lagi rahsiamu, bagaimana kau menghentikan
cengeng dan ketika kehujanan malam
ia mengigit kuku-kuku jarinya kedinginan.

Aduhai Urduga Ibn Batuta,
panahmu akan melukai raksasanya.
Hanya ia sering mengetuk-ngetuk
gigi bawah depan
dengan telunjuk sambil berkata,
"Aku tewas lagi dalam pertembungan dua hati."

Canberra
25 Jun 2012

*'Urduga, pandai menunggang kuda, memanah dan menulis Arab'...Ibn Batuta  1304 1369

Kekasih Sedang Bercinta* (Cinta)

Kepada kekasih
sedang bercinta
lamunanmu jauh
ke khutub Utara
pulang ke khutub selatan.

Pergunungan salji
diganti musim bunga
manis kalimatmu lebah madu
kemanjaan bersayap ke rembulan
lautan kekadang tenang dan gelisah.

Matamu kolam yang beriak
resahnya turun di malam gerhana
janji-janji itu loket di leher
bahagia itu burung bayan
terbang berpasangan.

Kata-kata harum melati
berhias dan memakai 'ter'
dan maaf-maafnya garis bulatan
dalam tiap bualan.

Canberra
24 Jun 2012




Saturday 23 June 2012

Alzheimer's (OZ)

Selangkah lagi
menyeberangi sempadan
pemburu itu telah berhenti
mengejar dan salji turun
di pergunungan.

Ia menafsirmu
terasa payah menoleh
wajah itu tak ada rupa
teka-teki tak terjawab.

Ia tak cinta padamu
kerana esok
kau tak pernah ada
seperti orang berdiri
menunggu lampu
isyarat bertukar.

Segalanya telah
terlepas dan menjauh
selamat tinggal.

Canberra
24 Jun 2012







Minus Tujuh Derajat Celcius (OZ)

Terkepung dalam
dingin tengah musim
nafas malam kendur
ke dalam kegelapan
ia mendengarkanmu
dan bertanya
"Siapa Kamu."

Sesudah mencintainya
kini ia tak mengenalmu
dan berkata,
"Selamat tinggal."

Ingatannya hanggus
seperti api menyala
lalu menjadi bara api
perlahan-lahan mengecil
dan akhirnya tinggal abu.

Malam itu
 terhapus.
"Ia telah tiada."

Canberra
23 Jun 2012





Friday 22 June 2012

Dalam Cahaya* (Indah)

Aku mencium
kembang harummu
dalam udara tersedut
lembut dan menyerap
ke saraf dan serambi naluri.

Ketika kau tersentuh cahaya

hadirmu tak dapat didustakan
bagai usapan malaikat di kerningmu
kata-kata bersulam warna.

Dalam terang aku melihat
keindahanmu, bunga ros
dari sebuah kalimat terucap
pasrah seorang kekasih
muncul dari riba malam.

Canberra
23 Jun 2012


**Antologi Puisi "Zikir Cenderawasih" oleh Haji Bung Johar, Sabahuddin Senin dan Haji Domeng, Borneo Top Publishing House, 2014.



Thursday 21 June 2012

Kata-Kata Viridian* (Indah)

Ketika terdorong ke pepenjuru
Kata-kata benteng tali berpaut
bertakta di lahan tinggi
sukmamu di hutan viridian.

Nafas kata-kata adalah nyawa
sebuah harapan dan mimpi
hadiah kemanusiaan sejagat
syair-syair tanpa sempadan.

Keindahan huruf dan kata
dari akar kata diterapkan
dalam kata-kata cinta
kitab ribuan kata tersirat.

Pinjamkan kepadaku
biar sesaat lidah seorang nabi
dan bayangan hatinya
lalu menjadi kata-kata dan doa.

Canberra
22 Jun 2012
*ITBM























Wednesday 20 June 2012

Kertak-Kertuk Dan hanggus (OZ)


Ia bertenda sendiri
langit berkelip-kelip
ia memulas-mulas tangan
kertak-kertuk bunyi
unggun api
lalu melihat langit
seperti tertebuk
ada suara berbisik
terbawa angin malam.
Malaikat turun
atau terompah silam
datang sebagai musuh
atau teman bermanja.

Siapakah merintih
melihat rembulan
matanya tersayat
memukul kepala
lalu mencabut-cabut rambut
kertak-kertuk jantungnya
hanggus di unggun api.
'Aku robot paling manis
kau boleh rata tubuhku
tapi kau kehilangan hatiku.
'Aku tak menderamu
tapi kata-kata berjatuhan
menjadi huruf-huruf 
kertak-kertuk hanggus.'

Ia 
melihat komet
hanggus
dirinya terasa
terseret ke pelapah malam.

Canberrs
21 Jun 2012

















Monday 18 June 2012

Balada Gadis Lebah Madu* (Cinta)

I

Gadis manis melihat
hutannya terbakar
tanah arang berdebu
bunga-bunga rimba
hanggus.

Malam bara api
rembulan tak berkedip
wajahnya kering
dan kata-kata menjadi jerebu
tanah sukmanya terpecah-pecah.

Di beranda anak tangga
ia terduduk mencium
jempul asap terbawa angin
terpegun memandang
kotak-kotak kayu
degung Pamasuon
syair-syair cintamu
terucap.

'Kubawamu ke hutan kecil
di sana ada bunga-bunga
kayu Acasia.'

Kesabaran itu adalah
pekat manis madu
dari rimbunan bunga
tumbuh dari jiwamu.

II

Kutanam benih
kayu Acasia
di tanah gemburmu
malam rembulan
siang genta Kenyalang.

Ke mana saja
degung Pamasuon
nyanyimu bergema
syair-syairmu
pada kayu Acasia
pohon-pohon pisang
kebun getah
peladangan sawit
gemanya terlalu manis.

Bagai kayu Acasia
di hutan kecil
yang kutaman
dalam seribu benih
memanggil-manggil
degung Pamasuon
untuk yang manis.

Canberra
19 Jun, 2012

*Pamasuon, sejenis lebah tempatan terdapat di Tenom dan sekitarnya, Sabah, Malaysia, mempunyai perut berbelang-belang kuning dan suka kepada cahaya lampu. Menyegat.



















Deja Vu* (Puisi) (Metamorposis)

Di lagun bergaram
memandang
ke dalam matamu
deja vu.

Puisi ini
huruf-huruf kukup lumpur
tergabung menjadi
sari kata dan kalimat
merah jambu dan
tarimu flamingo
alam termangu
dan tersentuh.

Kerana pernah
yang teramat
bagaimana kalau
aku tak berada
disampingmu.

Flamingo
jendela langit tersingkap
kembangkan kepak hitam
terbanglah, kaki tangkai bulu
ke tasik-tasik payau
yang cetek.

Canberra
18 Jun 2012





Sunday 17 June 2012

Bau Hujan Di Akhir Musim Kemarau* (Indah)

Musim kemarau
lembah kering
udara tipis
huruf konsonan
berdiri sendiri
tanpa huruf vokal
mendampingnya.

Di dataran itu
berserakan
lebah madu
tak kesampaian
pulang ke sarang.

Api telah menyala
dari semak ke
hutan jati
bahangnya
terbawa angin
jauh ke tanah
seberang
kabus jerebu
mengurung
sebuah niat.

Langit hamil
bau hujan di udara
masih kau
belum terlambat.

Canberra
18 Jun 2012


**Antologi Puisi "Zikir Cenderawasih" oleh Haji Bung Johar, Sabahuddin Senin dan Haji Domeng, Borneo Top Publishing House, 2014.










Gadis Di Pinggir Malam* (indah)

tengah musim bunga
kupu-kupu mabuk
dalam warna kuning
dan hijau.

ia  asyik dan
berhibur sendiri
dari luka-luka
siang tercuka.

udara terlucut
kata berpancang
langit. mimpi
pecah kristal.

di hujung musim
debu-debu telah
melekat pada
enam huruf vokal.
sejak itu ia senyap
dan diam.

17 Jun 2012


**Antologi Puisi "Zikir Cenderawasih" oleh Haji Bung Johar, Sabahuddin Senin dan Haji Domeng, Borneo Top Publishing House, 2014.


Pa Dan Mu* (Indah)

Sendiri
berdiri di tebing sungai
melihat terapung hanyut
ke kuala dan laut lepas.

Manis madu
sifat nama yang
terhimpun dan
mencium pa harum
kembang cempaka.

Langit tergerak
hujan menitis
doa yang sarat.

Kepadamu
aku

bukan pada kata nama
tapi, kata perbuatan.

Canberra
17 Jun 2012








Friday 15 June 2012

Cinta Dan Temu* (Cinta)

Ketika kau terucap kata
menjadi benteng di pantai
meriam kuno menghadap
ke laut siap menembak
kapal pertualang
berlabuh di telukmu.

Dari lidah,
benih itu tumbuh
di malam gusar dan
mimpi mekar kesiangan.

Cahaya itu
kilas-kilas warna
getaran yang meresap
ke dalam sukma
seperti berubah
cuaca dalam sesaat.

Kalimatmu,
burung hud-hud
kau lepaskan
dari sanggar cinta
terbang mencari bau air.

Antara kaca kristal
dan sungai mengalir
kau temui
cinta hakiki.

Canberra
16 Jun 2012

Puisi Rumah Sulap Buat Warga Emas (Malaysia)

Rumah sulap di pinggir hutan
atap rumbia berlantai bambu
tamu ditunggu tak pun datang
suara air yang kabut
siang kehujanan
malam kedinginan
rindu tak menetas.

Wajahmu lumpur di jalanan
tiangmu kaki bangau
mimpimu bulan kesiangan.
Dalam bual nombormu
paling akhir disebut.

Ke mana si burung merbah
kerudung malam menjeratmu
supaya diam menjadi sepi.
Tapi, pesanmu dari bumi
sampai ke langit bergayutan
ke bintang suria lalu dikirimkan
dalam cahaya pulang ke bumi.

Canberra
16 Jun, 2012







Burung Merbah Jambul Kunyit (Hewan)

Di sebuah hutan kecil
di belakang rumah
selalu didatangi
burung merbah jambul kunyit
bersiul-siul
sampai ke halaman
lincah
bergema
dan mengusik
aku membuka jendela
merasakan hadirnya.

Sebuah hutan kecil
sebuah halaman
seorang aku
dan seekor burung
saling terkait.

Suatu hari
burung merbah jambul kunyit
hilang selamanya
hutan pun senyap
lalu jendela pun
setengah tertutup
hanya desah angin
dan bunyi loceng-locengan
di beranda.

Canberra
18 Jun 2012





Thursday 14 June 2012

Senja Itu (OZ)

Senja mencair cepat
dalam kelip mataku
telah kusingkap siang
berterbangan menjadi debu pasir.

Tujuh anak panah
menusuk mata tak berdarah.
Aku tak merontah
tuangkan pekat madu
ke dalam api sukmaku.

Biar otot-otot ini
kejang dan perkasa
menerjang dan berpusing
seperti mata angin
dari pusar lautan.

Mengapa kau tak membaca
pada langit, ayuh!  dengarkan
aku melihatmu dari dinding kaca
dalam cahaya rembulan.
Kau melihatku
bagai seekor singa
sendiri di pinggir siang.

Aduhai musafir
kau telah tiba separuh jalan,
mentari menjadi salji
di pundakmu dalam
kandungan waktu.
Ingin kudakapmu
ruh qudus
biar sampai lumat tanah!

Canberra
14 Jun 2012


Hari Bapa Buat Anis Dan Ain Sofiya (dedkasi)

Kutulis kad ini tanpa nama
ada kata-kata sederhana
dan lukisan pensil hitam
untuk ditempelkan
di papan tanda di hari bapa.

Kawan-kawan bertanya,
'mengapa gambarmu
tak punya mata.'
'Kerana aku melihatnya
tapi ia tak melihatku,'

Aku menyanyi kecil:
Kepada semua abah
enam tahun telah berlalu
banyak lagu telah kuhafal
tapi, sayang abah,
tak tinggal bersama kami
kalau tidak aku selalu
nyanyi  lagu buatmu.

Canberra
14 Jun 2012






Sejengkal Tanah Buat Maslinah Yusof (dedikasi)

Aku di sini hanya sejengkal tanah
tak terlalu liat dan tak terlalu gembur
harum kemeyan di dinding langitmu
hujan turun dengan huruf-huruf hidup
angin berdesir bagai kau terpanggil
cahaya menyerap ke pangkal sukma.

O hawa yang kurasakan dalam angin
kekadang panas kekadang dingin
menjadi nafas dalam rongga dadamu
kau memang ada tak pernah menjauh
seperti air terjun menuruni lembah
mengalir tenang jauh ke dermagamu.

Sebiji benih yang kauterbangkan itu
jadi monumen hidup sampai qiamah
telah tumbuh akarnya menjunam dalam
daunnya lebar mengejar rimbunan cahaya
seperti loket di leher jinjang rembulan
subang pada pepohonon di tepi tasik.

Sejengkal tanah aku akan selalu memberi
sekalipun jadi pasir atau tanah di dasar laut
jadi inspirasi songket benang emas bunga carol
yang kuada, tiada lebih sekedar kata-kata
payah terhadam pada yang celak-celak hati.

Canberra
14 Jun 2012













Tuesday 12 June 2012

Senja* (Indah)

Rumahmu
terapung di tepi laut
kembang
bunga-bunga carol.

Di sini laut
membawamu
antara pulau-pulau
memaknakan
mata angin
dan gelombang.

Kosa katamu
mendarahi
batu-batu karang
merenangi
tebing dan pantai
berhanyut
pasang dan surut
melukis
bintang dan rembulan
merindukan
langit dan mentari
meraih
kapal dan pohon kelapa.

Senja
rantai loket
di lehermu.

Canberra
18 Jun 2012


**Antologi Puisi "Zikir Cenderawasih, oleh Haji Bung Johar, Sabahuddin Senin dan Haji Domeng, Borneo Top Publishing House, 2014.




















Monday 11 June 2012

Balada Doa Orang Kecil (Anak-anak)

Ya Rabbi, ketika aku dalam kepayahan
tersiksa, terhimpit dalam kemiskinan melarat
aku memanggil-Mu tanpa ada stesyen berhenti.
Dahiku pada sajadah di malam tahajjud
kata-kata berjiwa menjadi kalimat panjang
tiap sedut nafas sarat dengan doa-doa
kepala menunduk tanpa mempedulikan waktu
Jantung, urat-urat serambi dan otot-otot
dan otakku akur, merayu dan menangis.
Dalam keheningan malam Kau terasa dekat
nikmat seluas ketenangan buana lautan
langit yang bersaksi kepada hamba-Nya.
Tiap kali dahi terangkat dari sajadah
aku puas sampai ke sujud yang lain.
Dalam kemalaratan tak terasa pun
aku berjuang menerpa ke tanah asing.
O hati redah, akur, insaf dan tawakal
Kau tak pernah bersembunyi
kepada tiap hati yang ingin.
Aku yakin tak ada sanggahan batu
di hati, air terus mengalir dan mengalir.
Ketika dalam terlantar, tak ada apa-apa
Kau hadir dalam gelombang nafasku
tak ada ketakutan walau segumpal
awan hitam yang bergerak ke arahku.
Alam sejagat adalah busana cermin
mentari mengirimkan cahaya, bumi menyerap
tanpa-Mu segalanya kosong dan tanpa hidup.
O  aku yang berdoa dan bersujud
jadikan sukmaku selalu lembut
jauh dari serakah dunia menghukum
jauh dari keraguan menggoda
jauh dari kata-kata kosong dan dusta.
Cabut angkuhku ke akarnya
biar mengalir adalah janjiku
insan yang selalu menunduk.
Kau memberi kasaf dan firasat
aku menyerapnya dalam reda.
Ya Rabbi, aku hanya memohon
pada-Mu, dalam  keadaan apa
sekalipun dunia tergenggam
biarlah doaku tetap merendah
tak berhenti sampai ke hujung.

Canberra
12 Jun 2012

Sunday 10 June 2012

Balada Puisi Terindah* (Puisi)(Metamorposis)

Aku menulis sebuah puisi
mencari dari kata-kata terindah
menyusunnya bait demi bait kemas
menjadi sebuah puisi yang manis.

Setelah itu kubaca berulang
memperkuatkan lambang dan irama
supaya tercipta keindahan.

Kuletakkan ia di atas meja
lalu meninggalkan kamar
menghirup udara segar
berjalan di tepi tasik.

Kembali aku ke kamar
duduk minum kopi
dan membaca puisi
mengulang sampai puas.

Terasa inilah
sebuah karya puisi terindah
telah tercipta dari rasa yang terhalus.
Semuanya tersusun
dan menambat jiwa pembaca.

Adakah yang lebih sempurna
terindah dari sebuah karya puisi yang hidup.

Tapi di sebuah kota silam
didirikan sebuah mesjid
indah dan terbuat
dari batu marmar putih.

Tiap susunan dinding
dan tiang  menaranya
didirikan rapi
sungguh suatu binaan
yang hebat dan monumen
yang tak ada bandingan.

Ketika ditanya,
ia membalas tiada yang lebih sempurna
selain Allah dan bangunan ini
segaja diganjilkan kerana itu.

Tiada yang lebih sempurna selain Allah
lalu puisi ini keindahannya tak boleh sempurna.

Canberra
11 Jun 2012




Terkepung* (Indah)

Mengapa ia tak terana, terasa terkepung
malam terkupas, masam di hujung lidah
hujan belum turun, hawa panas menyedut
nafasnya bagai tersendat dahan yang patah.
Di batu-batu kelikir ia berlari-lari semaunya
kata-katanya itu telah merayau-rayau jauh
terpisah dari diri dipanggil-panggilnya pulang.
Dari rimbunan kata-kata terhimpun tercipta
sebuah mimpi, dari mimpi timbul harapan
lalu menjadi syurga kecil di sukmanya.

Canberra
10 Jun 2012


**Antologi Puisi "Zikir Cenderawasih, oleh Haji Bung Johar, Sabahuddin Senin dan Haji Domeng, Borneo Top Publishing House, 2014.







Saturday 9 June 2012

Balada Sawah* (OZ)(Antologi Kuntum Kasih diselenggarakan oleh Kathirina Susanna Tati, Metro Media Publications & Services, 2013)

Sebidang tanah sawah
peninggalan dan tak terlalu besar
tak jauh dari kaki gunung
tak jauh pula dari laut.
.
Di tengah sawah
ada orang-orangan
tapi, sekarang bingkai
kain yang lusuh dan koyak.
Pernah burung pipit dan tengkukur
terbang menjauh ketika
melihat orang-orangan
dan bunyi tin kelinting-kelontong.

Di sini lama orang tak turun bersawah
akar kota merayap dalam senyap
dulu desa kini ladang perumahan.
Jalan-jalan masuk dan keluar
tembus di sana sini.
Sebidang tanah sawah
di tengah kesibukan pembangunan.

Lalu di jalan itu
memandang ke tanah sawah
burung pipit dan tengkukur
masih terbang melintas
angin masih berdesir
cuma kau tak melihat
di situ orang-orangan.

Canberra
10 Jun 2012










Friday 8 June 2012

Sepasang Loceng-Locengan (Sawah) (OZ)

Datang oh datang
usah menjauh, aku memanggilmu
bertiuplah angin pergunungan
turuni lembah dan berdesir tanpa bermusim
datanglah sebagai kekasih
sepasang loceng-locengan terpasang di dalam hati.
Gemerincing oh gemerincing
membawa petanda, aku mendengarkanmu
gentamu selalu mendinginkan
kedamaian yang terjangkau
jauh di dalam firasat aku dapat
merasakan.

Canberra
9 Jun 2012

Thursday 7 June 2012

Sendiri (Ketuhanan)



Aku berhenti
memandang sekeliling
masih adakah terlupa
selain catatan buat besok.

Suara itu mengiang dalam
gegendang telinga mesra
adakalanya aku terbangun 
lalu membaca kerdip huruf-huruf.

Di jalan terasing
di lereng bukit bulan menyusut



sendiri
kegelapan sepi
bimbang hinggap di sukma
tapi Kau ada.

Bebayang malam
mengetuk pintu

aku berdoa.

Ya Rabbi, aku bertahan tanpa senjata
aku menawan dengan cinta-Mu.
Telah kubisikan salam itu
ke dalam telinga hatimu
kasih-sayang adalah
rahsia dipegang
pada kata kalimat
dan perbuatan.

Canberra
8 Jun 2012




*AP Haji Domeng, Hj Bung Johari & SS


Sejarah Yang Hilang (Pasifik)

Di lautan mereka telah membaca mata angin
mempelajari gerak lautan, memahami langit
meniti arus dan bertembung gelombang laut
pertarungan maut menemukan dunia baru
berperahu menyempurnakan mimpi-mimpi.
Dari pulau-pulau sepi sampai ke  atol-atol
ada suara-suara tak sampai tenggelam hilang
jadi laut, pepohonan kelapa dan bunga carol
rahsia laut berlenggang jauh dari masa silam.
Tak ada catatan, sejarah hanya menyebutkan
armada dan ekspedisi, kebodohan pribumi.
Tapi ada di dinding-dinding gua atau perkuburan
tertimbus dan dilupakan dari sejarah besar.
Di tanah safron ini pribuminya merayau berburu
mencium bumi dan langit dalam dreamtime.
Dikatakan pribumi tak beradab tanpa sejarah
negeri-negerinya dihapuskan dan diasingkan.
Tiap tasik, tanah, hewan, pohon eukliptus, sungai
dan gunung telah pun diberi nama dan sempadan.
Maut mencercah air menjadi racun lalu menjadi
buruan dan pembunuhan massa tanpa terasa
dibuat pancang-pancang sejarah tiap inci tanah
sedangkan jauh sebelum telah tercipta sejarah.

Canberra
7 Jun 2012


**Antologi Puisi "Zikir Cenderawasih" oleh Haji Bung Johar, Sabahuddin Senin dan Haji Domeng, Borneo Top Publishing House, 2014.










Wednesday 6 June 2012

Pintu (Ketuhanan)

Aku mendatangimu dengan kasih
siang kadangkala tak terlalu ramah
di luar pagar kami bertegur sapa
tak kenal namun ada semacam solidaritas
berator dan menunggu panggilan
pertanyaan, waktu temu dan protokol.
Pengunjung lain duduk di kamar tunggu
kunjungan isnin seminggu sekali.
Tiap kunjungan terasa langit mendekat
lima pintu dimasuki baru ke pintu
tunggu terakhir, masih menunggu.
Kau datang masuk pintu keluar pintu
Aku menunggumu di kamar tunggu.
Kau senyum berhati-hati membuka pintu
dan aku menunggumu lalu berdiri tenang
menjabat tanganmu dan menutup pintu.
'Kubaca berulang kali, sekarang telah
melekat ke dalam hati dan lancar di lidah.'
Tujuh kalimat diulang-ulang menjadi
tujuh pintu yang terbuka dan kau pun
masuk ke dalam, terasa denyut nafasmu
mendorong langkahmu ke pintu terakhir.
Kekasih akan selalu membuka pintu
kepada yang mendambakan kasih-Nya.
Ia berkata di gunung Sinai, Seir dan Paran
'Aku tak akan berundur. Ini adalah keputusan,
suara hati telah bulat, aku bersaksi pada
tujuh lapis langit dan tujuh kerat bumi.'
Kau tak menyesal malam akan panjang
pintumu akan terpangkah dengan darah
kerana kau telah mengucap kalimat saksi
mengulang dua kali dari lafaz sukmamu.
Kau tak perlu bimbang, tak ada yang memaksa
atau dipaksakan, kesaksian ini bermula
dari pangkal hati terus ke pintu samawi.
ada pintu masuk dan ada pintu keluar.
Kekerasan hanya memperluaskan sempadan
tapi tak akan menakluki hati yang pasrah.
Pengawal mengetuk pintu dan  berkata,
' Waktunya telah habis. Sampai minggu depan.'
'Salam. Jumpa lagi,' katanya, senyum dan pergi.
Aku pun berjalan keluar lalu pintu ditutup.

Canberra
7 Jun 2012



Monday 4 June 2012

Balada Orang Kecil (Anak-anak)

Tidak semua orang besar di dunia
bilangan banyak orang kecil
tanpa harta, pangkat dan nama.

Dalam keringat siang
mereka bergelut, kesakitan tak terasa
mencungkil mentari ditimbunan bangkai
pada rembulan mereka bermanja.

Mereka orang kecil
dan yang terdedah
terdorong merebut
sisa-sisa hidup terbuang.

Bagai anjing jalanan di lorong sepi
atau burung gagak ditimbunan sampah
merayau  ke dalam siang
merayau ke dalam malam.

Mereka tumbuh di tanah-tanah longkang
mereka tumbuh menjadi lalang di jalan-jalan
mereka tumbuh menjadi lumut di batu-batu
mereka tumbuh menjadi debu di bibir matamu
mereka tumbuh menjadi akar-akar memagut hati.

Anihnya,
kelaparan mereka mimpi burukmu
kemiskinannya suarahati dan peringatan.

Orang kecil itu pelengkap impianmu
yang selalu meminggir dan
memberimu jalan.
Kalau mereka menggeroyokmu
kerana mereka ingin mencium
bau harum dari tubuhmu.

Ketika kau menelan nasi
minum petang atau makan malam
ketawa berdekah-dekah
ada mata-mata yang mengintai
dalam kegelapan malam.

Mereka adalah orang kecil
ketika mereka terkumpul
menjadi kekuatan
turun dari rimba
datang dari gunung
mendarat dari laut
langit inferno
bumi merekah
setelah itu sepi
sekali lagi mereka tak pernah
dikalahkan sampai kiamat.

Canberra
5 Jun, 2012







Serangkai Waktu (OZ)*

I

(buat semalam)

Aku sebagai tamu di rumahmu
kami duduk berdepan dan berbual
wajahnya tenang dan senyum
ia memulakan ingatannya
aku tak memotong membiarkan
ceritanya sampai terakhir.
Senyap. Lalu ia mulai bercerita.
aku mendengarnya sopan
agak gelisah, menguasai keadaan
masih ceritanya yang sama.
Senyap. Dan mulai lagi kali ketiga.

 11

(buat hari ini)

"Tak dapat diduga," kata isterinya.
Ia mencipta musik sepanjang hari 
segala fikiran dan perih hati
ditulisnya terator dan rapi
dalam diarinya.
Setelah makan malam
ia merapikan ranjang tidur
malam turun menggelapkan dirinya
esok ia bangun menghadapi siang
tanpa ingatan kejadian semalam
hanya diari mengikatnya masa lalu.

III

(buat esok)

Semalam menjadikan hari ini
dan hari ini menjadikan esok
semalam adalah bayangan hari ini.
Esok adalah anyaman semalam dan hari ini.
Tanpa yang satu tak mungkin ada esok
dan esok ada pada ganti nama
aku yang berbuat.

Canberra
5 Jun 2012








Balada Kemeja Putih (Pakaian)

Kemeja putih
dari selembut kapuk
selalu kupakai tak kira
musim telah berubah.

Kami menggembara bersama
kekasih yang kukenal
seputih sorbet
warna cinta seputih isi kelapa.

Ia mencium bau peluh
seperti buruh kasih
bertarung saban hari
tanpa gosip tanpa sumpah sarana.

Kau saksi tak dapat kuabui
pada kuah yang tumpah di kemeja
atau darah yang menitis
atau noda hitam yang berdendam.

Waktu mengalir kemeja putih
menjadi lesu dan putihnya luntur
kolarnya mulai koyak
tapi, aku masih memakainya.

Siang itu tanpa bertanya
diambilnya kemeja putih
tersangkut di kamar menjadi
kain mengelap meja dan lantai.

Saksi langit aku merana
mencarimu kemeja putih
tiada di dalam kamar
tiada pula di halaman.

Bila kusedari
terlambat sudah kemeja putih
terbuang di muka pintu
buat pengalas kaki ketika masuk.

Hujan masih tak berhenti
di tepi sungai kemeja putih
hanyut dan tenggelam
dibawa arus ke muara

Canberra
4 Jun 2012




Saturday 2 June 2012

Balada Perempuan Tersiksa (Perempuan)

Ia tak melihat pergantian siang dan malam
waktu terasa menjauh dan terselindung
kesabaran terbaca pada wajah tembuk
di pelabuhan mata lautnya tetap tenang.

Di kamar lelakinya terbaring antara dua dunia
mata terpejam dan menyerah dalam koma
terbujur dimamah waktu sedikit demi sedikit
ia melirik monitor jantung melemah.

Lelakinya gagah seperti kukuh gunung
dapat membentak bumi, bumi pun terdiam
ia melihat kejantanannya tak ada konfromi
jiwanya kasar dan dayus tanpa peduli.

Bila ia dikerasi dan disepak
seperti menzalimi anjing pasar
terus dipukul ia mengaduh dan tersiksa
ia, batu karang di tebing, ombak mengganas.

Lelakinya menerja dan meninjunya
ia terhoyang-hayang di sudut gelanggang
dari kiri ke kanan tanpa memperdulikan
pengadil sudah meniup wissel berkali-kali.

Ia hanya bisa menjerit dan berlari
menerja angin meskipun kakinya terikat
bagai cermin mudah terbanting pecah
ia pulang sekalipun sukmanya merontah .

Kini bila lelakinya memukul keras
ia tak mengaduh dan berteriak
malah menantang mata lelakinya
berkata, 'Kau lupa hak isteri.'

Cintanya telah luntur dalam waktu terapong
kejahatan lelakinya itu menyobek rembulan
rimbanya kini bergerak ke tebing mengepung
dan sekarang masanya mara dari dataran tinggi.

Bila ia melihat kejahatan lelakinya
segumpal tubuh tak bergerak dan menyerah
ingin ia membalas berdoa buruk, sumpah dan laknat
tapi ia berbalik masih dapat berdoa baik.

Canberra
3 June 2012


Perempuan Kehilangan Rasa (Perempuan)

Langit perak sepanjang hari
gerimis masih menitis lembut
kakatua terbang ke dahan-dahan
pohon daun luruh musim dingin.
 Ia masih menunggu harap datang
musim semi dalam rimbunan awan
memandang kembang bunga
dari sepasang mata dan firasat.
Antara warna dan bentuk
ia tak mencium harum bunga
lidahnya kehilangan rasa
dan tangisnya telah berhenti.

Canberra
2 Jun 2012













Friday 1 June 2012

Qasidah Rindu*(ITBM)

Aku telah melihat tanjung di kaki langit
lembah hijau itu makin dekat
Kau, menjelma di permukaan
sukmaku meluncur tenang di laut-Mu
wajah perindu yang tersapa
jiwa terbujuk berharapan
aku mulai menyanyi lagu itu, keselamatan
kata-katanya sederhana dari nafas yang insaf.
Aku ingin menjangkau-Mu
aku dambakan bisik-bisik-Mu
biarkan rembulan berendam di kalbuku.
Di sajadah itu kucium tanpa puas
seperti aku mencium bau tanah
adalah diriku sendiri.
Oh, tanah d telapak kaki
dari debu bertebaran
diterbangkan angin tanpa berpaut
dari segenggam tanah kering
ditiupkan cinta dan hidup
ditiupkan ruh qudus
jadi menyala dan bercahaya
penerang menghalau kegelapan
lalu Dia mengangkatmu
dari tapak ke pelantar
dari pelantar ke dataran
dari dataran ke bukit
dari bukit ke gunung
dari gunung ke langit
dari langit ke cakrawala
samudera luas tanpa berpulang.
Ia pun tumbuh di lembah hati
dari sebesar biji sawi lalu
jadi pohon yang berakar 
menjalar dari jantung ke urat nadi
dari urat nadi ke urat serambi
ke seluruh tubuh asal tanah.
Itulah adalah kesedaran
dari kesedaran itu melahirkan
keyakinan yang teguh dan nekad
keyakinan yang tak berganjak
terus tumbuh berbuah manis.
Pancainderamu  berkilap
hadir dari keinsafan
nalurimu peka terhadap sekeliling
memaknakan malam yang tiba
memaknakan siang yang tiba
kehadiran itu bukan tanpa tujuan
atau diperangkap dalam kegelapan
terkurung dalam nafsi amarah
itu, rohani yang melarat tanpa ilmu
kehidupan yang mendatar
lalu jiwa merontah ingin terlepas
belenggu yang merantai leher
kaki dan hati yang berpaling.
Tiap pertanyaan ada jawaban
tiap kejadian bersebab-musabab
bumi yang terkandung sejarah silam
melihat kekuasaan dan keagungan
tak akan terlucut lepas dari dakapan maut
Maharaja seteru alam sejagat
Fir'aun angkuh di bawah langit terbuka
hanya tulang belulang
hanya tulang belulang
dan tengkorak yang separuh
tenggelam di dalam pasir.
O keramaian dunia itu
keramaian angin adalah
keramaian yang tak berakar.
Mengenal-Mu itu adalah harapan
tiap pencari kerajaan langit
tak pernah berhenti dan mengeluh
dalam qasidah rindunya
dalam zikirullah
sampai degup itu terlucut.
Segala puji bagi Allah
Segala kebesaran bagi Allah
aku bersujud pada Rabbul Alamin
biar setiap gerak itu dan denyut
ingin kuresapkan keinsafan itu
mendapatkan isi bukan kulitnya
dari takwa yang berakar tunjang
dan tenggelam dalam semudera
kerinduan dan kecintaan  terhadap-Mu.
Maha suci Engkau
Maha suci Engkau
dari tanah yang tandus dan mati
jadi lembah hijau dan harum samawi.

Canberra
2 Jun 2012

*ITBM Jun 2015

**Antologi Puisi "Zikir Cenderawasih" oleh Haji Bung Johar, Sabahuddin Senin dan Haji Domeng, Borneo Top Publishing House, 2014.