Friday 27 March 2015

Pulau Sukma*(ITBM)

Ketika suaramu  hilang
tebing ingatanmu runtuh
wajahmu turut menjauh
cahaya meredup hilang
seperti mimpi berhenti
dalam takaran waktu.

Langkahmu berhenti
sekalipun pelabuhan
jauh di hujung tanjung
dedaun kering seperti
terlucut dari gagangnya
melayang dan terheret
jauh ke lorong sepi.

Pulau sukma terbawa
gelombang ke dalam lautan
nahkodamu bertarung
pulang ke pelabuhan.


*ITBM Jun 2015
*Dikirim ke Dewan Sastera pada 28 April 2015




Wednesday 25 March 2015

Kampung Laut* (Suasana)

Nafasmu
nafas gelombang
impianmu
bintang kejora.

Harapanmu telah lama
berhanyut ke tepian
rindumu terbawa arus
ke pulau jauh.

Di laut ini
kau telah lama
terapung
bunga karang di sukmamu
telah tumbuh
sepanjang urat nadimu
dan tak akan berhenti
sampai ia kembali
ke dasar laut.

Malam berlabuh
di kampung laut
seperti malam semalam
tak ada berita
sekalipun kemungkinan
ada ribut gelombang
sampai ke tepian.

Gundah tidurmu
telah sampai di puncak
kau dilambung
gelombang api
hanggus
rebah ke dalam laut.

Kau bergelut
dalam bahang api
seperti menebus dendam
di malam kesumat.
kampung laut
kini tinggal grafiti
terpahat di puing-puing
kenangan.


Bangau, bangau,* (Suasana)

Bangau, bangau hilang 
di langit sirkah
desamu di pinggir laut 
tompok-tompok kenangan
hanggus menjadi 
puing-puing seperti tombak 
menusuk ke dalam sukmamu.

Bangau, bangau namamu
dipanggil 
tapi gema suara itu 
hilang dalam keributan
api membangkitmu
dari mimpi malam
angin laut sekutumu
yang tragis.

Bangau, bangau
ketika langit dan bumimu
disembur 
api maharajalela
kau seperti kehilangan arah tuju
melindungi suara-suara 
anak di bawah kepakmu.

Bangau, bangau
ketenangan malam 
berubah menjadi 
ujian dan pertarungan
yang tak ada juaranya.

Bangau, bangau 
kau telah pergi
siang datang 
membawa berita tentang  
esok yang belum pasti

Bangau, bangau
yakinlah pada langit
laut, angin dan daratan
tak akan membiarkanmu
sendiri.
Bukankah tatkala musim 
telah berubah
Bangau, bangaumu akan
pulang ke halamanmu.






Rumah Api* (Suasana)

Malam itu lautan tenang
bintang berkedip seperti
mengirim salam dan peringatan
desir nafas tidurmu
seakan menyatakan isyarat
kau telah jauh ke
alam mimpi.

Sukmamu adalah lembah
tanah daratan yang menyerap
segala kemungkinan
kerana selama ini
kau adalah bangau laut
di bumi pribumi ini.

Lenggang laut dan deru angin
telah menidurkan
anak-anak dibuaian atau
ketiduran di lantai dingin
ibu telah berhenti mengomel
pahlawan-pahlawan kecil
telah tewas di persadaan.

Esok, rumah jembatan
yang biasa didatangi tetamu
bertukar wajah selamanya
dan kaupun serupa.

Malam bangau bangau
berpergian itu
ketenangan kampungmu
terusik
suara dan hembusan nafasmu
masih belum redah
kepedihan masih menguris
lembah sukmamu.

Langit musim panas bertarung
kali ini menguji kesabaranmu
sampai ke puncaknya.