Tuesday 16 April 2019

Ramadan, Pintu Samawi Terbuka



Ramadan, telah turun
pintu samawi terbuka luas
tangan menadah penuh tawajuh
kata-katamu seperti air terjun
mengalir nyaman.
Kegelapan pun tersingkir jauh
langkahmu tak gusar di lembah curam
ini adalah masa damai
ini adalah masa ketenangan
engkau tak akan pernah menyerah
sekalipun mendung datang
berselindung dalam jubah kebaikan.

Ramadan, penyejuk kalbumu
hamparan malam tahajud
manis doa dan lafaz zikirullah
kemenangan meraih puncak
kemenangan meninggalkan amarah
perubahan hakiki telah bermula
ruh Ramadan adalah cahaya samawi
sepanjang zaman
akarnya takwa
pohon syafaat
rimbunan hijau.


Kota Marudu
17 April 2019

*Dikirimkan ke Sabah Times 26 Mei 2019



Sunday 14 April 2019

Tragedi Christchurch*

Impian jahatmu inginkan kegelapan meraih mahkota di pundaknya
apapun alasanmu, api dendam yang bermukim dalam dirimu
menjadi kezaliman dan kekerasan meruntuhkan tembok perabadan
engkau tak akan berhasil dan sukses kerana kebiadaban ini
hanggus dan membakar dirimu bagai pohon-pohon mati di danau
tanah gersang kematian angin sepanjang musim tanpa berubah
Kebijaksanaan pemimpinmu adalah suara lafaz keadilan sejagat
lambang kemanusiaan dari suara hati yang sedar.

Atas nama keamanan dan kasih sayang pada semua
tiap hati harus tenang dan damai melafazkan cinta dan salam
tiada yang bisa menghalang ibadah dan zikirmu
Tiada Tuhan melainkan Allah, kalimat Tauhid hidup
kamu tak akan dapat membunuh kebenaran itu
hanya kegagalan demi kegagalan yang menimpa kamu
kemenangan itu adalah jiwa yang damai dan tenteram
berdamping erat pada Tuhan Yang Maha Esa.

Kamu adalah golongan pengecut dan jiwamu kotor
tragedi Christchurch menjadi suara-suara terkumpul
menyatakan kepada dunia, damai itu tidak sendiri dan terasing
ia adalah kekuatan dan memerdekakan diri dari belenggu
dendam kesumat dan kejahilan yang beragam
tangan-tangan sedar membina tembok-tembok kebaikan
lebih tinggi dan menjadi testimoni kebenaran sepanjang zaman.

Wahai golongan berfikir, usah biarkan benih-benih kejahatan
bercambah dan  menjadi pohon derhaka dan durjana di dalam taman
keindahanmu adalah bahtera perdamaian yang belayar menuju
pelabuhan damai mengalahkan gelombang dan ribut taufan
dan mengalahkan kekuasaan kegelapan di zamannya
Ayuh! pelipur laramu, adalah Dia pelindungmu
kurun berkurun samawi telah mendengar keluh-kisahmu
suksesmu di lembah hijau ini samasekali
tidak akan menghadangmu menjadi ibadur rahman
dan kesabaranmu adalah gunung bertahan dalam takaran waktu.


Kota Marudu
April 2019
*dikirimkan untuk penerbitan Antologi puisi Christchurch. ilminabd@yahoo.com

Kata-Katamu Retorik*

Kata-katamu retorik dan penonton mendengar
tak usaha berfikir jauh dan mengerutkan dahi
engkau dibuai dengan bunga-bunga kata
membawamu terbang ke puncak impian

Ke mana pun engkau menoleh suara itu
seperti bintang-bintang kecil berwarna-warni
bertebaran seperti bunga-bunga api sekelip dan menawan
walaupun ia hanya singgah sebentar mengusikmu.

Tiap majlis engkau tampil gah
tanpa sandaran dan tongkat di tangan
gema suaramu bagai serdadu-serdadu
menurut perintah dan melaksanakan.

Sekarang engkau tak menunggu jemputan
kehadiranmu tak pernah membimbangkan
kerana penonton tetap akan hadir dan bertepuk tangan
setelah itu bertanya kami belum puas dengan pidatonya.

Kota  Marudu
April 2019




Saturday 13 April 2019

Rindu Ramadan Adalah Perjuangan*

Sekali lagi kita menerpa ke depan dari jalan selokan
menuju jalan lurus sampai ke perhentian terakhir
pada kalbumu engkau telah dirikan dinding tembok
kebaikan adalah benteng pertahanan tak akan roboh
setiap helah nafas telah kau persiapkan demi
Ramadan adalah perjuangan menewaskan
nafs-i-amarah.

Engkau telah menghitung hari dengan rasa tawajuh
ruh yang tenang membenamkan ke dasar kemarahan
panas yang bersembunyi di dalam api telah hapus
tahun ini langkahmu hati-hati tiap titian dan jalan kelikir
ada isyarat pada tiap mata hati yang memandang
mereka yang dalam gerhana melangkah sempadan
bebayang kegelapan yang terus memburumu
jadi kegilaan mereka yang tak berhujung.

Kota Marudu
2019




Thursday 11 April 2019

Menunggu Kedatanganmu, Ramadan*




Kedatanganmu semakin dekat
rahmat alam semesta penyucian diri
nikmat dan lazat bila dalam pengertian sederhana,
hidangan ini kau sendiri tak pernah puasa
penantian itu akan sempurna dan
mulai terasa engkau menghirup udara turun
dari samawi.

Kau menunggu seperti bumi yang kering
Ketika sepi tengah malam
Dalam doa-doa tahajud
dalam keasyikan pengucapanmu
dalam kalimat dan kata-kata
saling menguat yang akarnya istighafar
dari seorang khadim yang pasrah
Kudus adalah Engkau Yang Maha Esa
Keagungan-Mu dan dalam kesederhanaan
engkau melakukan cinta dan kasihmu
secara dawwam dan berakar pada takwa.

Ya Rabbi, biarkan kebaikan tanpa sempadan
menunggu sentuhan Ilahi
tiap kalbu menyerah dan menyerap
ruh kudus dalam lafaz zikir Ilahi
kalimat-kalimat tauhid dan salawat junjungan kami
engkau tenggelam dalam tawajuh
engkau membenamkan nafsu amarah
sejauh kemampuan di lembah sabar.
Dalam doa-doa tahajud
dalam keasyikan pengucapanmu
dalam kalimat dan kata-kata
saling menguat yang akarnya istighafar
dari seorang khadim yang pasrah
Kudus adalah Engkau Yang Maha Esa
Keagungan-Mu dan dalam kesederhanaan
engkau melakukan cinta dan kasihmu
secara dawwam dan berakar pada takwa.

Datanglah wahai Ramadan
aku telah siap seperti seorang kekasih
yang menunggu bertahun-tahun
berdiri sejak dinihari hingga ke hujung senja
ketika malam aku tetap menunggumu
dengan sabar dan doa. hingga dalam tiap kalbu yang mutaki
sentiasa ada ketakutan pada-Mu
penyesalan dan jiwamu seperti taman
kembang sejagat jauh dari kezaliman dan kemelut perang.

Kota Marudu
10 April 2019


Air Turun Sepanjang Zaman*


Rindu itu bagai pertemuan tak diduga
setelah bertahun-tahun
dengan seorang sahabat
suatu siang musim panas kau tiba
silam seperti memandang malam

Tiap bintang ada ceritanya.
Engkaukah pemimpi yang benar
mimpi-mimpi adalah hamparan rahsia
satu demi satu telah tersingkap.

Seperti siang yang tak pernah berbiohong
di kejauhan dan keterasingan
ia tetap nilam yang berkilau.

Jika engkau ingin damai yang sejati
bukan pada kekerasan dan penindasan
buah muda yang jatuh dari gagangnya
atau bunga yang tak menjadi.

Tapi panggilan itu adalah kasih
dan kelembutan sebuah kalbu
sumbernya dari samawi
airnya turun sepanjang zaman.

Kota Marudu
April 2019


Tuesday 9 April 2019

Metamorfosis Perjuangan Sebuah Kalbu

Tulislah seperti dawat tintamu tak pernah habis
dan kertas tulismu masih belum tertulis noktah
samawi tak pernah berhenti menurunkan hujan semi
tamanmu senantiasa hijau dan kembang bunga
gema suaramu mengelus  dinding dan pintu kalbu
kasih dan rindumu seperti udara pagi pergunungan
kepulangan musafir yang tiba di hujung senja
seribu malam kekasih melafazkan salam dan selawat
metamorfosis hayat dan pengorbanan kalbu seorang mutaki
kau bina sempadan dalam takaran waktu
jika tersirat ini dikatakan majnun dan perjuangan ini
purnama penuh dan lautan damai pasrah pada-Mu
kata-kata dan tindakan telah menjadi bintang-bintang khalis
dalam sunyi malam engkau adalah khadim yang itaat 
dan menurut perintah dan siap dengan kuda semberanimu
ke manapun sampai ke hujung negeri entah beranta
kenyangan dan orbit mana yang belum didatangi
Aduhai kekasihku, berita itu telah disampaikan
engkau telah membaca testimoni dan metamorfosis kalbu ini
jika masih menduga dan menuduh dan tidak membaca
isyarat gerhana pada bulan dan matahari adalah satu
kerugian dan melawan arus kebenaran kerana 
tidakkah engkau sedar yang engkau adalah daun-daun kering
yang jatuh terjunam dan berakhir tanpa musim
Ayuh! kilas cahaya di menara putih dan kegelapan adalah 
petualang-petualang yang kalah di medan.
kita adalah metamorfosis suatu perjuangan pada siang majnun
malam-malammu seperti air terjun mengalir tak berhenti.

Sabahuddin Senin
Kota Marudu
8 April 2019