Thursday, 10 January 2013

Ketika Dalam Kegelapan (Ketuhanan)


Seorang anak gadis bermain dengan kawan-kawan
sehelai sapu tangan  menutup matanya, seorang anak lain
memeggang bahunya dan memutarnya perlahan-lahan
yang lain duduk agak jauh bertepuk tangan dan menyanyi.
Anak gadis yang matanya tertutup terhuyung-hayang
sedikit. Kedua tangannya meraba-raba ke depan dan cuba
menangkap anak yang lain, mereka bersorak dan ketawa
cuba menggelirukan anak gadis.

Aku melihat diri dalam kegelapan pekat tanpa melihat
apa-apa di sekeliling. Aku tidak melihat tubuh, apa lagi
tangan. Aku merasa seperti kehilangan akal. Kehilangan
langit dan alam sejagat. Aku panik. Aku kehilangan
warna. Kehilangan cahaya. Aku kehilangan arah.
Aku tak tau berapa jauh telah aku melangkah. Sebenarnya
aku tak melangkah jauh, masih di situ-situ. Aku
rindu melihat, melihat apa saja. Dunia jadi gelap-gulita.
Nafasku sendat. Aku tak mengenali apa-apa. Tersesat
dalam kegelapan. Aku ingin melaung dan berteriak.
Terasa tak bermaya dan lemah sampai ke sendi.
Otot-otot kehilangan tenaga. Kuda semberaniku,
kendur. Aku dalam kerugian. Ketika aku mulai
jadi putus harapan, ada tangan lembut memeggang
tangan kanan. Mulainya aku ragu tapi terus melangkah
perlahan-lahan dan mengikut saja tanpa perbualan.
Aku yakin tangan yang memegang tangan ini akan
membawaku ke tempat yang selamat. Yang ada
langit dan mentari dan rembulan penuh. Ada rimba
jati, sungai, gunung, laut dan pulau. Setelah kami
berjalan jauh, kami tiba di lapangan rumput hijau.
Perlahan-lahan mataku menangkap cahaya menyelinap
ke dalam kanta retina. Aku mulai melihat alam. Tapi tak
melihat, siapa yang menuntun tangannya? Dalam
diam aku bersyukur masih di sini melihat langit.

Kota Kinabalu
11 Januari 2013
*AP BBSS





No comments:

Post a Comment