Wednesday 31 July 2013

Budaya Korup Pasti Gagal

Anak Bangsa Melayu Raya dan Nusantara
keindahan budaya citarasamu telah menggoda
tamu masa silam ke tanah pribumi.
Ibn Batuta dan Laksamana Cheng Ho
dan kerajaan-kerajaan silam, candi-candi
dan masjid peninggalanmu, pemikir bangsa
dan impian masa depan gemilang.

Hang Tuah dan Majapahit
Taming Sari dan Urduga
Tun Sri Lanang
lambang Melayu raya dan
semangat Nusantara.

Dapatkah disatukan Budaya Korup
dengan satu peradaban tinggi
Budaya Melayu Raya
dan Islam, sejati,

Aku tak ingin melihat
bangsamu kalah dan menjadi
bangsa angin jerebu yang
membawa maut dan menyerah.
Di lahan dan lembah, langit baru
dan lautmu telah diberi peringatan
bangsa. Kepada pemegang amanat
Ini adalah bangsa yang beradab
dan bersopan santun, lemah lembut
dan berjiwa halus.

Bagaimana di tanah pribumi ini
Budaya Korup menguasai sukmamu?
Orang kecil masih menyuarakan
hak-hak ke atasmu.
Suara-suaranya akan terus bergema
sampai akhir zaman
sekalipun mereka selalu kau
jadikan mangsa
di tangan-tangan yang korup.

Budaya Anak Bangsa Melayu Raya
dan semangat Nusantara akan
akan bersatu menjadi perpaduan
bangsa. Kemenangan dan damai
dalam sukmamu kerana-Mu.

Kota Kinabalu
31 Julai 2013





Budaya Korup Ingin Menang

Ingin kau mendengar, manisku
berita kelancangan satu bangsa
dan satu negara. Ketika orang
kecil menyatakan yang tersirat
di dalam sukmanya, ia berkata
di sini kami masih hidup.

Dari rimba ke rimba di benuamu
dari tanah tebing ke tanah tebing
pantai dan kepulauan jauh, di situ
bermukim orang-orang kecil
dan suara-suaranya telah didiamkan.
Dan orang-orang kecil seperti tertindas.

Satu demi satu suara-suara
kecil dikumpulkan di dalam kaca.
Lalu dikatakan suaramu di PBB
masih tetap suaramu cuma
undi itu telah ditetapkan.

Dari langit timur sampai jauh
kepulauan Pasifik, benua kering
dan tanah khutub, suaramu masih
minoriti.

Di laman sukmamu telah
ditatoo, dan budayamu artifak
yang menempel tenggelam di-
telan waktu.Tapi ketika langit
bertukar musim, suara-suara
orang-orang kecil dapat didengar
dan dihormati.

Kota Kinabalu
31 Julai 2013






Koridor Budaya Korup

Dalam diam dibuat koridor
dan membena kawat
kerana yakin, diciptakan
langit biru dan lantai pribumi
dari tanah gembur dan impian
kemenangan.

Dalam perbualan sampai
ke dalam tidur inilah jalan
meraih Nabalu. Kau, seperti
kehilangan arah.

Soalnya ke mana saja
kau memandang dan berinteraksi
budayanya telah begitu.
Tak ada perjanjian
di bawah langit dan menebuk
rembulan.

Tak dibicarakan
tapi perlahan-lahan masuk
menyelinap dalam perjanjian.

Ketika Budaya Korup telah
memasuki rumahmu dan
menjadi keharusan hidup.
Batu kerikil, lembah gunung
dan pepohonan hijau pun seperti
tak akan angkat bicara.

Di malam kelam, dipasang
kepak yang lebar memburu
cahaya dan melangkahi sempadan
mencari jalan ke rembulan purnama.

Di siang yang bolong
alam bekerja
kau pun melangkah
di bawah langit baru.

Kota Kinabalu
31 Julai 2013

*Nabalu bermakna Gunung Kinabalu







Budaya Korup

Kau dilahirkan di tanah pribumi berbudaya
hingga pertama kali mata mulusmu
melihat dunia fana ini. Kau dilahirkan
dalam tradisi dan adat yang baik. Tapi
sekarang, langit seakan tersapu lumpur. 
Bumimu melarat. Kau membenarkan.

Budaya Korupsi ini bertentangan 
dengan fitratmu dan meracuni 
langit, kehangatan budaya tradisi.
Mengapa benih budaya liar diterbangkan
angin singgah dan menumpang di tanah 
pribumi lalu tumbuh mencengkam 
tanah gemburmu. Dan kau seakan rimas
dan membiarkan Budaya Korupsi sebagai 
satu darimu.

Kelembutan gerak, isyarat mata Gazel
dan sukmamu, daya artistik dan estetika
tinggi mengalir. Minda dan semangat
tak pernah dikalahkan. Adalah satu 
kebohongan membiarkan lembah dan 
langitmu terserap ke dalam jerebu 
Budaya Korup.

Kerana Budaya Korup tetap membuat
riak gelombang diam-diam tapi agendanya
menghisap dan membunuh perlahan-lahan
tunjang budaya tradisi. Akhirnya ia menjadi 
pohon kering dan mati.

Kaupun tak akan selamat. Ketika anak bangsa
mimpi dan impiannya dirampas, kejujuran dan
kemurniaan Budaya Tradisi berbentoran dengan
Budaya Korupsi, anak bangsa teruji buat kali 
kedua setelah penjajah bangsa berpulang.

Kota Kinabalu
31 Julai 2013



Tuesday 30 July 2013

Degung Korupsi

Langitku indah sampai ke sukma samawi
di tanah peribumi aku bertatih semau burung
lidah kebaikan tetap berkata turunlah hujan
pada tanah semaian, biarkan subur dan hijau.
Dan kejahatan itu adalah bagai ular berbisa
bersarang dalam kalbu.

Setiap kali tangan ini menyorok pada kedua
kelangkang kaki sambil mata mengiakan
degup jantungmu bertambah kuat, lebih
kuat dari dentuman belerang gunung berapi
hanya telinga berpura-pura tak mendengar.

Turun-temurun kau diajarkan berurusan
tangan kanan, turun bertani, ke laut, berdagang,
menyuap nasi atau bekerja di ofis. Bumi tak
malu pada suatu amalan dan tindakan halal.

Kau berdalih, ini adalah satu kebiasaan di jalanan,
di mana-mana. Orang tak merasa malu, suatu
perkara tak akan beres tanpa ole-ole dan mem-
bagi-bagikan rembulan dan tanah gembur.

Soalnya sekarang dari kecil kau diajar
menerima dengan tangan kanan. Tapi
tamu yang datang ini menghulurmu
ke tangan kananmu lalu mengenggam
kedua tangannya ke atas tangan kananmu.

Ketika kau tak bisa mengatakan pendapatmu
dan pintu mulutmu dikunci dan otot-ototmu
kejang, kau bagaikan anjing yang patah kaki
Suaramu tersekat di batang leher. Harga dirimu
tersepak.

Kota Kinabalu
31 Julai 2013









Saturday 27 July 2013

Kopimu Kopi Gayo (Puisi)

Kopimu adalah kopi Gayo
selalu hangat dan panas
dari tanah gembur dan
udara segar khatulistiwa.

Ketika aku menghirup kopi Gayo
seperti aku berada bersamamu
di bawah mentari ribuan tahun
bercanda dan membaca puisi.

Aku melihat dari seggenggam
benih, menjadi pepohonan di
pesisir pantai dan lembahmu
tumbuh belukar menjadi hutan
jati Tanah Gayo.

Di langitmu, burung-burung
pulang dari tanah jauh
pulang membawa impian
Belantaramu riuh semula
sukmamu ditemukan kembali.

Tanah Gayo, tanah Kopi
baunya harum dan enak
ditanam dari tangan-tangan
kasih dan sayang.

Tanah Gayo, rembulan
masih di langit malammu
kau masih bisa bermimpi
dan mendakap impian.

Kota Kinabalu
28 Julai 2013

*Antologi Puisi, 'Lirik Bulan Di Sukma Malam', Sabahuddin Senin dan Kamaria Buang, Borneo Top Publishing House, 2013



Friday 26 July 2013

Bercanda Sendiri (Suasana)*

Pernahkah kau berfikir 
atau bercanda sendiri 
pandanganmu mencari maksud
dan makna.
'Apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan.'
Malam itu kau membuka jendela,
melihat purnama penuh
cahayanya
menyentuh indera
dan menyerap di lembah sukmamu
Apabila kemampuan
tinggal kemampuan tanpa terdorong 
semangat jati akhirnya menurun
dan urat matamu pun kendur.




Bual Bulan Ramadan

Aku turun ke kotaraya
terlalu percaya
disebalik rimbun batu itu tentu ada
rahsia yang membawa gilapan
sebuah impian.
Ketika berada di samuderamu
aku melihat kau tak tentu rasa
dan pukul mundur dari ribut angin 
mengharapkan
gelombang membawamu ke
pulau teduh.
Kata-katamu kembang layu
kau mengharapkan rembulan
dan tanpa sedar
kau telah membuangkan 
benih perjuangan suatu pengorbanan.
Perbualan pun mendatar
aku ingin menyelesaikan saja
pertemuan ini.
Di kotaraya ini malam menjadi panjang










Friday 19 July 2013

Pendatang Malam (Boat People), Bulan Qamar Ramadan di Persada Langit (Boat People)

Lautan tampak indah, bulan Qamar menghias langit
Ramadan. Kepulauan seperti berselindung di bawah
kepaknya. Kemurahan pada wajah-wajah mutaki
Kau telah dinasihatkan dan amaran pun telah di-
beritakan, kedatanganmu tak akan diterima.

Kau melihat bulan Qamar dan bintang-bintang
seperti manik-manik yang terhampar di cakerawala.
Di dalam lautan pun ada dunia  penuh dengan
rahsia dan cahaya yang mengilap.

Sempadan telah ditutup dan lautan kaulayari
telah dipasang monitor Pendatang Malam.
Suaramu cuba menempel pada tebing pantai
pasir putih telah menolak impianmu kembali
ke laut pasang.

Kau mencari kedamaian sukmamu. Ceritamu
ingin didengar sekalipun angin buritan. Kau
ingin telinga dan mata yang kasihan. Tapi,
di sini pintu-pintu itu bagaikan telah tertutup
rapat. Pendatang Malam tak dibenarkan di sini.

Nauru dan PNG telah mempersiapkan tanahnya
mendirikan kem-kem tahanan buat Pendatang
Malam. Australia memberitahu dunia, 'kami tidak
alang-alang, kami serius, menangani Pendatang
Malam.'

Doaku padamu. 'Kau adalah musafir,
dunia mulai kendur mendengar ceritamu. Tapi
kau jangan berhenti bercerita. Tiap
pelayaran, tiap derita, aku bersamamu.
Kemanusiaan sejagat bukan buih sampah di lautan.'

Kota Kinabalu
20 Julai 2013






Bulan Hilal di Horizon Langit Ramadan

Aku telah memasuki sempadan usia
dan aku melihat horizon dan paksi kehidupan
corak warna, bentuk dan dimensi kelainan
dari ukuran dan tanggapan masa silam.

Aku berenang ke garis penamat
di bawah langit kembang melati
pasir putih bumi kemboja
laut biru penyejuk sukma.

Di langit-Mu aku melihat
gerhana penuh dan warna berbeda
Kau telah memperingatkan
siang dan malam merangkul
tiap indera dan sukma.

Kelahiran ini dipengaruhi langit
dan bumi. Sentuhan gerhana
bulan dan mentari bagaikan
air mengalir dingin ke dalam
sukma. Setelah kemarau dan
malam panjang. Gerak-gerak
langit mengirim gerhana, dan
berkali-kali.

Kepada penghuni bumi gemetar
dan membaca, keelokan dan
isyarat langit datang berulang kali
sebagai mahkota kemuncak suatu
zaman.

Gerhana rembulan penuh dan
gerhana mentari dalam satu zaman
dan dalam satu masa telah membuka
kebenaran langit.

Bagaimana aku bisa
mengatakan,'itu khayalan belaka.'

Ya Rabbi, aku telah melihat
gerhana pada langit.  Gerhana datang
silih berganti. Aku menjadi
saksi kebenaran itu.

Pada bulan hilal dan bulan Qamar
dan purnama, dan mentari, tiap perubahan
padamu, aku yakin Kau adalah
kebenaran yang nyata. Seribu kurun
tak akan bermakna, kehadiran Kekasih-Mu
adalah rahmat yang menyingkap
kebenaran langit dan tanda-tandanya.

Aku menjadi kerdil sisa debu
yang hanggus melihat kebesaran dan
keindahan Kau bekerja di Singgahsana-Mu.

Bulan Hilal di langit Ramadan
aku merenung dan memahami-Mu
gerak-gerak di langit dan di bumi pelantaran
aku bersujud.

Maha Suci Engkau, kerana aku hadir
menjadi saksi di bawah pelantaran bumi
dan langit samawi.

Kota Kinabalu
20 Julai 2013


Sekilas Fikiran Malam Ramadan

Maafkan saudaraku kalau janji-janji
yang pernah dilafazkan tak pernah di-
penuhi.

Usah menuduh kepada apa yang tak
pernah dikerjakan menjadi ejekan
dan penghinaan di mata kasar.

Janji-janji langit tetapi menjadi
kau tak perlu gusar, kalau bukan
sekarang besok, kebenaran itu
melenyapkan keburukan dan
kepalsuan. Sayangnya, mereka
buta dan akan terus bertanya
tanpa puas.

Syukurlah aku bukan seorang
yang mudah memberikan janji-
janji untuk meraih kemenangan.
Lain dari janji-janji nubuat
lambat cepat itu adalah kemahuan
Tuhan Yang Maha Esa.

Ya Rabbi, jangan jadi aku
orang pelupa dan mungkir janji
Tiap janji akan diagih nanti.

Tapi kalau aku berjanji
untuk mengerjakan kebaikan
Tolonglah aku, Ya Tuhan,
kerana aku bukan orang politik
dan pendusta.

Kota Kinabalu
20 Julai 2013


Bulan Qamar Malam Ramadan*

Malam ini hujan turun lebat
tapi mata ini masih belum mau tidur
Tarawih telah lama selesai
Ada yang tidur dan terbangun
menjelang sahur.

Bulan Qamar seperti mendaki
langit Ramadan. Sedang yang
lain memburu mimpi, aku
mengenangmu, mama.

Kuda semberani dan Gazelku
masih cergas di lembah dataran
hijau. Usah kau bimbang, aku
tak akan membiarkan arus membawa
diri ini ke tengah lautan dan
tenggelam dalam samudera
Khatulistiwa.

Ketika mama bilang
'Aku semakin huzur,
sakit dada kiri bertambah.'

Mama, otot kuda semberani
semakin kuat dan Gazel ini,
terjangan makin lincah dan tinggi
ke pusar langit. Di tanah pribumi
ini, benih yang ditabur tetap
bercambah.

Perjuangan ini tak akan berubah
Kemenangan sukma adalah
kemenangan rohani, dari air
mengalir perlahan menjadi seperti
air terjun Niagara.

Kepadamu, mama, bulan Qamar
di pundakmu, mahkota yang tak
akan dirampas kerana kau adalah
tunjang yang mencengkam bumi.
Dan aku tetap merasa langit samawi
itu di paras kepala.

Kota Kinabalu
20 Julai 2013

Perbualan Terkait Dalam Ramadan.

Drebar bus mini tak sabar memberitahu
angin kencang pada petang ini
entah, jam berapa?

Langit mendung, di pelabuhan
banyak kapal-kapal ikan berlabuh.
Bazaar Ramadan masih sibuk
menarik pelanggan.

Hari ini Jumaat dan bulan puasa
tapi orang masih bersenda gurau
sampai kehabisan nafas.

"Kalau panggilan dah sampai,
tak ada tolak-menolak minta di
belakangkan giliran."

Seorang teman mengurus anak angkat
setelah bersusah payah beralih tangan
debaran jantungnya pula bimbang
anak itu nantinya bin Abdullah.

Aku menelefonmu
kalau boleh bertemu sebagai
sanak-saudara sudah lama tak bertemu.
Tapi kau mengulang tanya dari mana
kau dapat nombor telefon ini.
Aku menyebut nama yang mungkin
dapat mengikat perbualan kita di masa
depan.

Kota Kinabalu
19 Julai 2013






Thursday 18 July 2013

Ibu Tua di Hari-Hari Bulan Ramadan

Ramadan Al Mubarak
Mentari siang bergerak
dan melontarkan salam.

Rembulan kembang kenanga
malaikat menemanimu
di malam-malam tahajjud.

Ada seorang ibu tua
yang tekun berhari-hari di bulan puasa
ia duduk sepagian, kekadang sepetangan
atau semalaman rimbun.

Mata tuanya tekun
walaupun benang dan jarum
ketika terputus mengambil masa.
Ibu tua menjahit baju baru
dengan mesin tangan.
Kekadang ia menggunakan
tangan menjahit, duduk sendiri.

Ibu tua mengira-gira
tangannya, hari ini jatuh
hari ke berapa
Ramadan suci. Sesekali ia
berhenti seperti ingin melihat
rumah jirannya.

Ibu tua nekad dan berdoa
beberapa hari sebelum  menjelang
pagi raya yang ditunggu-tunggu
ia dapat menyerahkan sepasang
baju kurung corak pecah bunga biru
sepasang baju melayu kepada
anak jiran sebelah.

Setiap jahitannya dilakukan
dengan hati-hati dan kasih-sayang
Ibu tua ini berdoa, semoga ia dapat
menyelesaikan jahitannya dan melihat
anak-anak itu tersenyum dan gembira
di pagi raya Ramadan Al Mubarak.

Kota Kinabalu
19 Julai 2013







Wednesday 17 July 2013

Perjalanan Sukma Dalam Bulan Ramadan*

Memandang rembulan
malam-malam Ramadan
langit penuh rahsia dalam
tidur dan terbangun. Tiap
gerak lafaz memanggil-Mu
ketika aku memejam mata
dunia pun lesap, aku mulai
menggembara ke wilayah-Mu.

Aku mendengar suara memanggil
lalu masuk ke dalam sebuah kamar
cahaya jatuh di lantai dari bumbung.
Diri pun bergerak dalam cahaya,
memisahkan yang gelap.

Yang gelap itu berbeda dengan
kebenaran. Cahaya memisahkan
terang dan gelap.

Ke dalam gelap, gerhana bulan
dan mentari. dalam terang,
rembulan purnama.

Kota Kinabalu
18 Julai 2013


Saat Sebelum Sungkai Ramadan

Kami menunggu sabar
di tanah wakaf di pinggir jalan.
Waktu menunggu seperti meninggalkan
negeri jauh kini mulai merapati
dermaga. Anak-anak kapal mulai
sibuk dan penumpang-penumpang
berdiri bergegas, perlahan-lahan
ke pintu keluar, lalu turun ke pelabuhan.

Aduhai ketenangan menunggu
bersungkai. Tukang bang telahpun
mengambil wudhu, berkumur-kumur,
menyapu mukanya, lenggan ke siku,
dan kaki. Air mengalir dari hujung
tumitnya. Langit bergerak bertukar warna
seperti tafsiran seorang pelukis
di waktu senja. Merah sirkah.

Tukang bang memasuki  ruang
tengah solat. Tiap mata dan telinga
mengikuti setiap gerak dan lakunya.
Kami masih menunggu pada kalimat
pertama.

Aduhai sukma, selangkah lagi kau
akan berada di daratan dan menghirup
udara. Kau adalah penumpang yang
mengakhiri perjalananmu hari ini.

Tukang bang merapati corong pembesar
suara, mengangkat kedua tangannya ke aras
telinga. Lalu ia mengumandangkan azan
seperti satu suntikan pada kami
yang menunggu.

Allah-u-akhbar, Allah-u-akhbar.

Waktu sungkai telah mula. Tukang bang
baru saja selesai azan, para malaikat
turun dari langit, sungkai bersama ummah.

Kota Kinabalu
17 Julai 2013




Tuesday 16 July 2013

Sehari Dalam Ramadan

Solat tarawih telah selesai
ada yang pulang dan ada yang
duduk bercerita tentang doa dan
solat.

Tea susu dan roti kering
meluruskan kaki dan melegakan
tekak. Hujan telah berhenti
langit tenang dan laut tak berombak.

Tadi pagi hujan angin
menumbangkan pohon-pohon
kayu di sepanjang jalan.

Setelah sungkai, senja di kaki langit
berubah perlahan-lahan menjadi gelap.
solat maghrib di masjid
saf demi saf membentuk garis
lurus hingga ke belakang.

Kami duduk-duduk, berbual ringan
menunggu datangnya solat isyak
pada mata tampak satu perjuangan
pada tubuh adalah tanda dan semangat
ruh Ramadan Al Mubarak
dalam sukmamu.

Malam memberat dan melunsur.
Nafas langit turun naik dan bumi
hamparan empuk berehat
hingga datang waktu solat tahajjud dan
sahur, hidangan sederhana.

Cahaya fajar di
langit malam, muazin menarik nafas
dan mengendurnya dalam tekanan
sederhana memanggilmu, solat.

Kuserap udara pagi Ramadan.
Kubaca kalimat-Mu. Kedamaian
di puncak gunung. Ketenangan
lautan ketika mentari siang membuka
kepaknya.

Salam, salam Ramadan Al Mubarak.

Kota Kinabalu
17 Julai 2013




Melihat Rembulan Dalam Bulan Ramadan

Alam selalu peka
dan langit mengirimkan
gelombang
ke dalam sukmamu.

Aku melihat rembulan
keindahannya telah lama
menakluki alam sejagat
dan dirimu.

Aku menyapa siang
kelangsungan hidup
ruh pada air mengalir.

Kata-kata turun
menggerakkan
sebuah harapan.

Kota Kinabalu
17 Julai 2013

Doa Ramadan Buat Saudara Dan Tanah Gayo

Ya Rabbi, sekalipun aku menutup mata
dan pura-pura bersenda gurau tapi sukma
ini masih berdegup.

Aku terlalu kerdil di depan mimbar-Mu
banyak rahsia malam yang tak tersingkap
gempa pada suatu siang menggelapkan
sebuah mimpi.

Tanah Gayo, kuhulur tangan penyair
sekalipun hanya kata-kata kasih-sayang
kau tak akan hilang dalam doa-doa
Ramadan Al Mubarak.

Ketika duduk bersungkai
meneguk air dan menelan nasi
gempa di Tanah Gayo
jerebu di langit dan tanah Nile.
mimpi gerun di tanah gempa.

Hujan masih turun
tanah runtuh meratakan rumah
pemukim di kaki bukit.

Deklamasi puisi ini tak seberapa
apa lagi membebaskan deritamu
ujian tindih-menindih
tapi kau tak pernah mengalah
dalam hidup.

Tanah Gayo dan penduduk Gayo
salam Ramadan, salam Ramadan

Kota Kinabalu
16 Julai 2013



Monday 15 July 2013

Bunyi Hujan di Siang Ramadan

Ya, Maulana aku mendengar
mataku separuh terpejam bukan tertidur
satu demi satu kata-kata darasmu
bagai air bening turun ke dalam sukma.

Aku menanggapimu sederhana
sekalipun begitu impian ini jauh
sampai ke galaksi Kekasih.

Bukankah solat adalah navigasi sempurna
ke dermaga langit samawi, taman Firdaus?

Kau telah membuka jalan dan aku tak
berganjak dari navigasi ini menuju-Mu.
Di cekrawala ini sekalipun kekadang
tersasar ke kiri, terluncur ke kanan
dan mengelak komet yang datang.
Tapi ia tetap terpelihara dan terlindung.

Kota Kinabalu
16 Julai 2013.

Renungan Sebuah Naratif Dalam Bulan Ramadan Al Mubarak*

Tiap orang ada rahsianya. Tiap rahsia ada 
yang boleh dikongsikan dan ada yang tak 
boleh dikongsikan. Tiap kata dan janji minta
ditepati, ada janji hanya hiasan pertemuan 
dan manisan mulut. Tiap orang inginkan
kebaikan sekalipun kecil tapi melaksanakan
yang kecil itu harus dimulai dari zero dulu. 
Lalu melangkah ke nombor satu. Tiap orang 
pandai memberi nasihat tapi diri sendiri kurang
mendengar nasihat berguna. 

Tiap yang dirancang ada tarikh tutupnya, bukan?
tapi kita masih mau tawar-menawar. Tiap orang 
punya impian, kebanyakan impian seperti sepasang
kasut yang dilemparkan di kawat letrik, untuk dilihat 
dan sebagai barang 'permainan tontonan.' Tiap sukma 
merasai tiap sentuhan atau getaran dan gelombang 
kekadang pintu sukmanya belum atau lambat terbuka.

Tiap orang tua punya keinginan dan kesempurnaan 
pada anak dan masa depannya. Tapi setelah waktu 
berjalan, mimpinya bagai kaca pecah berhamburan 
di atas lantai. Tiap orang ada keinginan berkorban 
dan ikut berjuang tapi menaruh sempadan dan hadnya. 
Bukankan pengorban itu harus bermula dari suatu titik 
dan dari sana kita selalu siap diuji dan siap untuk
mengambil keputusan dan melangkah. 


Dan kita harus mencabut lalang yang tumbuh meliar
menutupi benih kebaikan yang tumbuh di tanah gembur, 
mendapat hujan dan bermandikan cahaya mentari. 
Memang Tuhan menolong navigasi kita sampai ke tempat 
tujuan, di dermaga langit samawi. 

Kota Kinabalu
16 Julai 2013

Menjelang Sungkai, Ramadan Al Mubarak

Aku mulai dengan kata rindu padamu, mama
aku telah di sini, di tanah pribumi ini
tapi kita masih terpisah.

Sempadan telah memisahkan kita
halaman telah mengurungmu,
malam-malam bulan ramadan
aku mencari suara dan batuk-batuk kecil
atau suara yang menyebut nama
timanganku ketika aku membuka pintu
dan masuk ke dalam.

Ketika aku kehilangan arah
dan sendi-sendi ini melemah
kau mendorong dengan kata-kata
dan otot-ototmu selalu menjadi
tunjangan dan pasak.

Kau selalu tak meminta
tapi ringan memberi dengan
suara merendah. Untung,
aku punya langit dan bumi
yang selalu sayang.

Ya Rabbi, terima kasih
kerana aku masih punya seorang ibu
pada Ramadan Al Mubarak, 2013.

Kota Kinabalu
15 Julai 2013


Ramadan Al Mubarak, Kami Masih Di Sini

Mentari termampan sejak pagi
langit mendung tebal
bot-bot masih terus membawa penumpang
Kota ini masih bernafas
dalam bulan Ramadan.

Aku masih merasakan perubahan waktu
perubahan tubuh dan sukma ini
dan cahaya senja mulai nampak
pada langit.

Masuklah, ruh Ramadan
pintu sukma ini terbuka luas.
indera ini masih bereaksi
sentuhan air pada wajah
lidah yang mencicip
mata yang memandang
telinga yang mendengar
dan mimpi-mimpi benar.

Langit menurunkan firasat dan kasyaf
seperti hujan datang dalam
segala musim tanpa merosakkan
panen dan tanaman.

Kalau ada yang kudambakan
biarkan aku hadir tiap Ramadan tiba
dan berteduh di bawah pohon Sidrah
berdaun lebar lalu melangkah dan
melangkah, tak pernah penat
dan lapar.

Siang di negeri Khaltulistiwa
hujan turun, waktu sungkai
mendekati ambang pintu.
Orang kota terburu-buru pulang
aku melihat kotaraya dan pulau
di pinggir kota, berendam dalam air,
seperti mensucikan sukmanya
setelah ia sedari dulu ia hanya
tanah berbatu di pinggir laut.

Kota Kinabalu
15 Julai 2013


Saturday 13 July 2013

Salam Ramadan Salam Buatmu

Menumu sederhana nasi bungkus
atau roti kosong air paip di atas lantai
semen di sebuah kota bulan puasa.

Di tanah kampung dan di desa
pinggir kota dan rumah pangsa
kelaparan, kemiskinan, penyakitan
telah menjadi satu. Tanpa halaman
tanpa sempadan dan tanpa impian.

Ada seorang perempuan PTI
duduk di pinggir jalan dan
mengulang-ulang doa, Al Fatiha.
Orang lalu-lalang tak ambil peduli
kerana sekarang hampir waktu
berbuka puasa, nanti telat pulang
ke rumah.

Di hotel lima bintang berbuka puasa
mereka berbaju melayu dan
bersongkok kemas. Isteri-isteri
memakai baju berwarna-warni
dan memakai kerudung yang
baru dibeli dan mahal.

Di atas meja panjang di kotaraya
banquet indah dan cartering 
lengkap dengan pelayan, makanan
terbaik oleh chef terkenal di tanah air
Waktu berbuka panjang.

Bulan Puasa suci Ramadan
tidakkah kau lihat jiran di sebelah
sepi dan dapurnya tak berasap
tapi, tak pernah ditanyakan
dan apa lagi memberi salam.

Sepi telah lama terkurung
di kamar-kamar warga emas,
pesakit dari tanah jauh
musafir yang terkandas
dan wajah-wajah samar
rumah kongsi
hanyut menjadi hampasan
di pinggir tanah pantai.

Jurangmu semakin melebar
saban hari tanah tebing runtuh
kau, orang miskin seperti berdiri
di tanah seberang pulau sepi
menghadang ke lautan luas
dan suaramu jauh dan kecil.
Dan gemanya tak sampai di
gendang telinga atau di tanah
daratan.

Salam Ramadan Al Mubarak
salam kemenangan, tiada yang
dipinggirkan atau dilupakan.

Kota Kinabalu
14 Julai 2013

*PTI- Pendatang Tanpa Izin



Friday 12 July 2013

Ramadan Al Mubarak Buat Saudaraku Yang Sakit Dan Uzur*

Ramadan datang dengan senyum
Jibrail menjabat tanganmu
malam tarawih, aku minum
dan tak pernah puas seperti
mencicip air Nil dan Euphrates.

Aku melihat alis mata
di langit Ramadan
perlahan dan mengembang.

Kami duduk dan
bersalaman. Naluri ini
selalu terpanggil, di mana
saudaraku yang selalu
duduk di belakang dan
di sudut yang terlindung.
Wajahnya pucat dan lesu
bertahi mata dan perutnya
penuh angin dan memaksakan
tidur malamnya dalam kedinginan.

Sukma ini gundah dan meraung
mengingati mereka adalah
pelita-pelita malaikat berjalan
dari lorong ke lorong, dari
lembah dan gurun bertamu
dan mengucapkan salam
pada penghuni-penghuninya.

Kau adalah saudara bukan sehari
tapi setiap siang membuka tirainya
sejuta tahun mendatang.

Aku mencarimu pada bulan
pada gemerlapan bintang
atau terik mentari pada siang
hari, atau pada gua-gua gelap
yang tak pernah dikunjungi.

Namamu kusebut kerana di sini
tak akan sempurna tanpa kehadiranmu.
Hakmu tak akan pernah
ditimbus atau dilupa-lupakan.

Ketika jurang ini makin melebar
kita terlalai membina jembatan
dan tangan tempat bertaut, baring
tak beralas dan tidur tak berbumbung.
Apa lagi mengucap salam atau
mengelus-gelus kepala anak-yatim
piatu apa lagi mencium dahinya.

Tak perlu bahasa yang berselindung
atau berpura-pura dalam menyatakan
kebenaran. Tak perlu malu duduk
dan makan bersama dengan mereka.

Bahasa yang dipakai adalah bahasa
yang mudah dan sederhana, Biar ini
menjadi bahasa yang dapat kita mengerti
bersama. Yang duduk di rimbunan hijau
atau berumah di tepi longkang kota
atau desa terpencil ditinggal-tinggalkan.

Di bulan Ramadan ini
aku mengenangmu dan
mendoakanmu, kemuliaan sejagat
adalah dokongan pada kemanusiaan
yang tersanjung dan dilindungi.

Biar Ramadan ini, aku akan datang
kepadamu sebiji buah dan segelas
bubur kacang. Di tanah pribumi ini
kita terus mengemburnya menjadi
tanah kasih-sayang yang abadi.
Tiada yang terdera atau menderita
Tiada kelaparan dan kemiskinan
tanpa berbuat dan melaksanakan
sekalipun kebaikan itu hanya
sebutir nasi dan segelas air sejuk.

Ruh Ramadan dalam sukmamu
biarkan ia hidup dan tak akan padam.
Sejuta janji lebih baik sekecil kebaikan
tapi dilakukan. Dan Turun ke lapangan
dan tidak menunggu.

Ya Rabbi, pada-Mu
kami kembali dengan ruh
Ramadan Al Mubarak
dan dunia ini adalah
bayang-bayang kelelahan
dan terseret ke sana ke mari.

Kota Kinabalu
13 Julai 2013









Gerak-Gerak Langit Ramadan

Khutba pertama dalam Ramadan
aku duduk bersama saudara-saudara
mendengar khutbamu bagai air mengalir
dari pergunungan tinggi. Aku menyerap
semua kalimat-kalimatmu,

Katamu, Ya, Maulana,
tanpa ruh Ramadan di dalam sukmamu
seperti kau masih terus membelenggu
dirimu dari kejahatan-kejahatan bersayap.

Aku separuh memejam mata
sesekali menghirup udara dalam
dan melepaskan seperti udara
di luar, tanpa bau dan jernih.

Dapat kubayangkan pokok Sidrah
berdaun lebat, sempadan yang menghala
ke langit samawi.

Jibrail dengan 600 kepaknya,
dan langit turun memperingatkan
kumpulan doa-doa yang sarat
dan kelazatan yang tak pernah puas.

Aku membayangkan Kekasih-Mu,
Ya, Rabbi, ketika ketemu Musa
memperingatkan kaumnya yang
lemah dalam solat lalu Kekasih-Mu
mengetuk pintu berulang kali,
ketika tinggal 5 kali sehari, itupun
Musa masih menasihatkan Rasulullah,
tapi ketika Rasulullah menjawab,
'Aku merasa malu, menghadap Tuhan
mengurangi dari 5.'

Ya Rabbi, di malam tenang
bulan Ramadan ini, aku membolak-
balik diri ini dalam teropong yang
bisa menembusi sukma ini. Aduhai,
tanah liat ini jadilah tanah gembur
yang lembab dan cukup dengan
takaran air hujan yang menitis
dari langit samawi.

Kota Kinabalu
13 Julai 2013












Thursday 11 July 2013

Catatan Ramadan Al Mubarak.

Siang bergerak ke arah senja
bulan Ramadan Al Mubarak.

Hujan gerimis di
perbukitan hijau
yang tinggal sedikit.

Aku mengucap
salam dan salawat
dan berpegang
erat pada-Mu.

Ramadan Al Mubarak
di tanah pribumi
tak ingin aku lepaskan.

Kota Kinabalu
10 Julai 2013

Tuesday 9 July 2013

Tarawih Malam Pertama Bulan Ramadan Al Mubarak*

Merah di kaki langit beransur pudar
perlahan-lahan warna gelap menyerap
dan sekeliling pun menjadi gelap.

Maghrib telah pun berlalu. Yang pasti
malam ini adalah malam penuh barkat
setiap sudut mata memandang, yang
dilihat adalah para malaikat berpapasan
dan salam terucap.

Aku menunggu solat Isyak, azan
berkumandang dari masjid di tanah
wakaf. Memanggilmu, dengan kasih-
sayang.

Air wudhu telah diambil. Kini kami
menunggu imam berdiri dan memberi
isyarat. Solat Isyak dimulai. Takbir
telah ucapkan. Kami memulai solat
saf demi saf, kami mengikut imam
sampai salam terakhir.

Hujan turun di kotaraya kini telah
berhenti. Langit selepas hujan, di
malam pertama solat Tarawih.

Rakaat demi rakaat, jemaah berdiri
tekun dan mengikuti bacaan Hafiz
Quran, hingga ke sembahyang witir.

Malam bergerak perlahan dan kami
menikmati keindahan malam Tarawih
menyerap ke dalam sukma. Kerinduan
kami terasa terubat. Hadir di malam
pertama bulan Ramadan Al Mubarak
ini, adalah pembuka langkah pada
pengembaraan rohani menyambut
panggilan-Mu.

Kami mendengar Tuan Maulana
memberikan daras tentang puasa.
Kami pendengar baik dalam 30
malam mendatang ini.

Kepada-Mu segala puji
kami di sini di bumi pribumi
menjawab panggilan-Mu
dalam ibadat Puasa.

Kota Kinabalu
10 Julai 2013



Monday 8 July 2013

Ramadan Al Mubarak*

Tiada yang terindah datangnya
Ramadan Al Mubarak
di langit juita memandang
anak bulan, terasa lembut.

Inilah malam-malam penantian
doa kesyukuran kerana kami
berada dalam bulan penuh barkat
di tanah pribumi.

Aku mencium harum
Kenanga dan Melati menjelang
malam pertama. Berilah kami
kekuatan mendekati-Mu.

Ya Rabbi, kekurangan kami
bukan penghalang meraih
kasih-sayang-Mu. Kami
datang dengan kepala menunduk
zikirullah bermula dari sukma
dan menyerap ke dalam serambi
darah ke seluruh tubuh.

Salam Ramadan Al Mubarak
kepada saudaraku, di tanah
dendam dan kemarahan
menimbus segala kebaikan.

Salam Ramadan Al Mubarak
kepda saudaraku, yang masih
bergelut dalam kemiskinan
dan kelaparan yang menekan
perutmu sampai kau tak terasa
kelaparanmu.

Salam Ramadan Al Mubarak
kepada saudaraku yang
mendahului dunia dan melupakan
anak bulan telah menjelma
di langit samawi, begitu indah.

Salam Ramadan dan Al Mubarak
kepada saudaraku yang berpergian
di lautan mana, langit mana dan bumi
mana mencari keredahan-Mu.
Perjuangan Dawat-i-illahi sampai
ke hujung tanpa berhenti.

Langit-Mu selalu dingin
di malam solat tarawih
berdiri seorang Hafiz Quran
memimpin solat, membaca
ayat-ayat-Mu, perlahan, lembut
dan jelas. O jiwa kami
yang tenteram, berdiri,
ruku dan sujud dengan
barisan para malaikat.

Gerimis di tanah sukma
bagaimana kami bisa menjauh
sedang tangan-Mu memimpin
tangan-tangan dan sukma kami.

Salam Ramadan Al Mubarak
Salam Ramadan Al Mubarak
Salam Ramadan Al Mubarak
Lailahaillallah Muhammadur-Rasulullah.

Kota Kinabalu
9 Julai 2013

Ramadan Al Mubarak Dan Jiwa Yang Tenteram.(UB)(HSS 2012/2013

Langit Ramadan turun
anak bulan muncul
kami berdiri saf pertama
selepas salat Isha.

Tiap ucap mengalir tertib
dari sukma yang bersih
Zikirullah di lidah.

Aduhai jiwa yang tenteram
tiada ketakutan dan tiada
keributan yang membuahkan
pemberontakan di bulan suci.

Ya Rabbi, pelihara kami.
Kami adalah orang yang
bersujud. Lindungilah masjid
kami, dari orang-orang khianat,
yang menciptakan huru-hara
merayau membuat angkara
dan menabur bibit-bibit
derhaka lalu mengaku orang
beriman.

Ramadan Al Mubarak
tiada dalam satu saat pun
kami menjauh dan melupakan-Mu.

Kota Kinabalu
8 Julai 2013

*Tersiar Di Utusan Borneo 4 Ogos 2013
*Panel Hadiah Sastera Sabah 2012/2013 telah memilih karya ini sebagai penerima Hadiah Sastera Sabah 2012/2013 bagi Kategori Puisi. Majlis Penyampaian Hadiah Sastera Sabah 2012/2013 disempurnakan oleh Tuan Yang TerutamaYang di-Pertuan Negeri Sabah pada 14 November 2014, 7.00 malam, di Hotel Grand Ballroom, 1Borneo, Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia.


Sunday 7 July 2013

Salam Ramadan Al Mubarak Buat Saudaraku di Tanah Gayo*(UB)

Aku mengirim salam Ramadan Al Mubarak
kepadamu, sekalipun kita terpisah oleh
lautan samudera dan tanah Gayo, tapi
sukma ini tanpa sempadan yang memisah.
Kau adalah bangsa yang tak pernah kendur
ujian datang silih berganti dan kau tetap
tak berganjak.

Udara Gayo masih menitipkan harapan
tanah gemburmu masih membuahkan
mimpi pada petanimu. Ketenangan lautmu
adalah kedamaianyang didambakan.

Sekali ujian datang, kau tak akan
menyerah dan membuang pandangan
mata sukmamu tetap melihat
langit dan bumimu tanpa berkerdip
dan menunduk.

Salam Ramadan Al Mubarak
buat saudaraku di tanah Gayo.
Ketenangan dan kedamaian
di malam-malam bulan suci
pada siang sepanjang bulan
akan terus mengusik sukmamu
berdoa panjang dengan air mata.

Saudaraku di tanah Gayo
semangat hidupmu tak akan padam
jiwa seluas benua dan langit musim bunga.

Kota Kinabalu
8 Julai 2013

*Tersiar Di Utusan Borneo 4 Ogos 2013


Datanglah Ramadan Al Mubarak, 2013* (UB)

Ya Rabbi, datanglah Ramadan Al Mubarak
kami mendambakan sukma ini seperti air
lembut dan tenang, mengalir sampai jauh
ke pelosok-pelosok pulau sepi atau desa
yang terpencil. Semangat Ramadan Al
Mubarak ini tak pernah dikalahkan.

Aku melihat saudara semakin tersinggir
jauh, kelaparan dan bunyi gendang perutmu
semakin tak tertahan. Begitu kuat seperti
petir di angkasa raya, jauh di khutub dan
ufuk, penderitaanmu melebar seperti
sungai yang menghakis tebing sepanjang
tahun.

Ada mata tapi segaja tak melihat kehadiranmu
ada telinga segaja tak mendengar runtuhan
tiang sukmamu. Ini bukan terlepas pandang,
kau segaja mendirikan tembok dan tembok itu
semakin tinggi dan tak terjangkau. Mengapa?

Kata-katamu bukan kasih sayang dan kehadiranmu
bukan malaikat yang menghulurkan tangan
kau terus mencipta oasis di halaman rumahmu
dan pelarangan kepada orang kecil. Kemiskinan itu
bukan warisan orang kecil di lorong bau longkang
atau di tanah pengasingan di desa tompokan sampah.

Kau tak akan boleh menguburkan  mereka di
tanah jerebu dan melupakan, sekarang atau bila-bila.
Kalau kau kehilangan rasa atau sukmamu liat dan
setelah bertahun-tahun kau hilang rasa dan peduli
lalu menjadi orang kasar dan kembali menjadi tanah
liat.

Datanglah, datanglah Ramadan Al Mubarak
kami membutuhkan semangat dan kesucian
bulan kemenangan Ramadan Al Mubarak.
Bebaskanlah kami dari serakah dan dunia
yang merangsang.

Kota Kinabalu
8 Julai 2013

*Tersiar Di Utusan Borneo 4 Ogos 2013

Menjelang Ramadan Al Mubarak, Julai 2013*

Ramadan Al Mubarak
kerinduan ini semakin hampir.
Pintu-Mu terbuka luas dan anak
tangga ke langit samawi berlapis-lapis
itu mengundang dan memanggilku.

Aku menunggumu seperti anak
kecil, sekejap duduk dan sekejap
berdiri, melihat jauh di kaki harizon.
Tenang dan cemas, mengintipmu
dengan penuh harapan.

Di sini aku membaca langit pribumi
gerak gelombang, dan pulau-pulau mutiara,
hutan jati dan mata air yang mengalir
menjadi air terjun lalu menemukan
muara dan lautan samudera.

Di tanah air ini, aku akan mendakapmu
Ramadan Al Mubarak, setelah bertahun-
tahun, di tanah asing. Aku merindukanmu.

Kota Kinabalu
8 Julai 2013




Kanang, Pahlawan Bangsa (ATDK)

Di tanah pribumi ini
kau lahir sebagai anak bangsa
yang merdeka dan tumbuh
membesar meraih kemenangan
diri.

Kau boleh saja memulai
perjuangan ini seperti berdiri
di tepi pantai pasir putih atau
tanah liat di kaki gunung dan
akhirnya dengan tekun tanpa
lelah kau mendaki sampai
ke puncak gunung.

Kau boleh menjadi wira
atau pahlawan seperti
Kanang Anak Langau,
lambang anak bangsa
dalam negara merdeka
Malaysia.

Di bumi tercinta ini
kau boleh mendengar
suara hatimu dan
menyempurnakan impianmu
di bawah langit biru
dan tanah gembur bumi
merdeka.

Biar perjuangan dan
pengorbananmu
seperti Kanang Anak Langau.
Kerana di dunia merdeka ini
Kanang adalah anak teladan
perajuit bangsa
pahlawan Malaysia
pahlawan anak segala bangsa.

7 Julai 2013
Kota Kinabalu

**Antologi Titisan Darah Kanang terbit oleh DBP KL, 2013

Kanang, Namamu Tak Akan Hilang*(ATDK)

Kanang Anak Langau
setiap gerak dan langkahmu
adalah bayangan sejarah
dan keberanianmu sebagai
anak bangsa telah teruji
bukan sekali di tanah pribumi ini.

Kelahiranmu, anak Sarawak
keringatmu mencucuri setiap
lembah belantara ini. Di langit
telah tercatat anak watan
tak pernah menyerah.

Darahmu menitis
membasahi tanah liat
tanah ibunda. Ketika kau
mengharung musuh
kau tertembak, darah
mencuat keluar, tapi
semangat keperajuitmu
tak pernah kendur dan
mengalah.

Kau sangat perasa
dan jiwamu tak akan
tenteram kepada sesiapa
yang ingin memusnahkan
negara yang tercinta ini.

Kanang Anak Langau
aku mengenangmu
kau adalah perajuit
bangsa, semangatmu
adalah gunung Kinabalu
dan namamu tak akan
hilang ingatan anak bangsa.

Kota Kinabalu
7 Julai 2013

*Antologi Titisan Darah Kanang terbit oleh DBP KL. 2015

Kanang, Perajuit Malaysia Jati* (ATDK)

Kanang Anak Langau,
jiwamu memang jiwa Malaysia
sebati dalam darahmu
yang mengalir.

Kau,
adalah anak kelahiran
Perang Dunia Kedua
ketika negaramu sebelum merdeka.

Di bumi pertiwi ini
kau melangkah menyempurnakan
impian itu. Kemerdekaan bangsa,
kemerdekaan tanah airmu.

Jiwamu adalah perajuit
yang siap siaga
mengempur musuh
ketika negara teruji
dalam ribut konfrontasi
dan keganasan Komunis.

Dalam tubuhmu
mengalir darah iban
dan sukmamu adalah
anak Malaysia jati.

Kota Kinabalu
7 Julai 2013

**Antologi Titisan Darah Kanang terbit oleh DBP KL. 2015

Kanang Dan Bayi Anak Orang Utan*(ATDK)

Suatu siang kau menerobos sampai
ke jantung penceroboh hutan,
penjahat-penjahat yang mendera hewan.

Kanang Anak Langkau dan Tay Choong Yong
bergerak tangkas seperti angin samudera
ke wilayah penjahat. Hutan penuh rahsia
dan penceroboh mengabui langit dan
tanah pribumi dan sukmanya adalah
tanah kering tandus.

Keserakahanmu tak peduli bumi
waris dan masa depan. Mereka ini
adalah wajah-wajah bertopeng hitam
berkeliaran di hutan pribumi mencipta
hukum-hukumnya sendiri.

Ketika Kanang dan Yong bertekad
menyelamat bayi anak Orang Utan
Pepohonan rimba dan penghuninya
seakan membuka pintu gerbang
ke gelanggang.

Mereka datang seperti kilat
ke khemah musuh, Kanang membaca
jejak-jejak kaki musuh. Lalu bayi anak
Orang Utan diselamatkan.

Sedang musuh tak menyedari
operasi bergerak dalam diam
bayi anak Orang Utan diselamatkan.
dari siksaan dan deraan.

Kanang Anak Langau
kau telah membuktikan
pembelaan dan perlindungan
pada binatang liar. Di bumi
pribumi ini, kami mengingatimu,
Kanang, dan Pusat Binatang Liar
Liar di Semenggoh, melengkapkan
kemuliaan dirimu, Kanang.

Kota Kinabalu
7 Julai 2013

**Antologi Titisan Darah Kanag terbit oleh DBP KL. 2015



Kanang Anak Langkau*(ATDK)

Kau, mencium bau udara
merenung hutan tropik
seperti membaca artifak
dan grafiti. Kerat-kerat tanah
dan patah-patah ranting
jejak-jejak di lembah
isyarat yang menempel.

Panca inderamu anugerah Tuhan.
firasatmu bagai rembulan penuh
dan tiap gerak dan gemerisik
kau baca tapak-tapak musuh
di tanah lembab dan liat
matamu merakam tanpa keliru.

Kau anak Julau
ketika kemerdekaan
dan keselamatan bangsa
teruji, kau memberikan khidmat
menjejeki musuh-musuh derhaka
bersembunyi dalam hutan jati.

Kanang Anak Langkau
akan memburumu sampai
ke liang lahad. Kanang, kau
dikenang bukan pada kembang api
tapi dibibir jenerasi muda
dan hidup dalam sukma.

Kota Kinabalu
7 Julai 2013

*Antologi Titisan Darah Kanang terbitan DBP KL, 2015







Saturday 6 July 2013

Langit Sirkah di Sungai Nile, Tanah Sphink dan Piramid*(ALBDSM)


Ke mana semua kawan-kawan
yang menjanjikan setinggi nabalu 
seluas Pulau Banggi. Semangat itu 
berentakan di bintang kejora.
Akhirnya aku sendiri, memandang 
Pulau Mantanani menunggu angin 
dingin dari lembah Long Pa Sia.

Ya sendiri, ke mana gerangan mereka 
sambil melihat rembulan larut menjadi
pasir. Tulang belakangmu patah
diherdik oleh makluk berseragam
dan memakai kasut, menyerbu 
dari segala penjuru, di tanah Nile.

Kasih-sayang telah tercabut dari
akar-akarnya. Beritamu adalah 
berita maut dari tanah pasir dan
delta hijau. Mereka berkumpul
dan dipisahkan.

Suara-suara itu bergema
dalam kurungan debu. Kakimu 
mencari arah. Impianmu disepak
di kepala kasut. Sukmamu bagaikan
patah sayap. 

Kau meratap tapi tiada
telinga yang ingin mendengar.
Kau meraung kesakitan, gema 
suara menjadi batu-batu kerikil
di atas debu jalanan.

Kau dalam kebingungan. Langitmu
pudar dan burung-burung rimas
dalam jerebu, siang menjadi
malam. Waktu merangkak dalam
ketakutan, merangkak dan
mendekati bulan suci.

Dalam bahang api dan kemelut
lautan ternganga dan bumi bagai
direjam, sejarah bangsamu retak
penderaan ini menerja dalam 
gelombang peluru dan mangsa 
berjatuhan. Langit sirkah di tanah
Sphink dan Piramid. Sungai Nile
masih bergenang seperti masa silam.

Kota Kinabalu
7 Julai 2013

*Antologi Puisi, 'Lirik Bulan Di Sukma Malam', Sabahuddin Senin dan Kamaria Buang, Borneo Top Publishing House, 2013







Kau Telah Menebus Rindumu*(ALBDSM)

Kau telah menyatakan kepada dunia
dirimu telah merdeka dan sekarang
kau mengecap sesuap nasi dan merasa
enaknya.

Dulu adalah masa lalu yang mengepung
dan kini benteng pasir itu ditenggelami air
dan kau tak menyesal kerana sekarang
ketenangan dirimu diuji sekali lagi.

Telah datang musim bunga dan hinggap
di dahan sukmamu, tanganmu digenggam
dan kening Nabalumu dicium.
Di malam penantian itu, impianmu
menjadi butir-butir bintang di dalam
kamarmu, gemerlapan lalu kau telah
melihat siang dan sentuhan angin pagi
pada wajahmu dan diam.

Himpunan doa-doamu menjadi kepul udara
naik ke langit. Kau adalah seorang
wanita pribumi yang telah menebus
dosamu dan memulai lagi perjalanan ini.

Kota Kinabalu
7 Julai 2013

*Antologi Puisi, 'Lirik Bulan Di Sukma Malam', Sabahuddin Senin dan Kamaria Buang, Borneo Top Publishing House, 2013

*Antologi kemerdekaan







Friday 5 July 2013

Siang Yang Luka Buat Kampung Datu, Sarawak*(ALBDSM)

Bukan aku tak merasa kesakitan bumimu
ketika desamu hanggus menjadi abu
musibah turun di depan mata dan air matamu
disedut oleh bahang api yang mengepung.

Sukmamu retak seribu dan tubuhmu
seolah-olah disayat-sayat. Kepedihanmu
bergema sampai jauh ke langit samawi
turunlah hujan walau gerimis, kami menunggu.

Di siang yang keliru kau tinggalkan
gumpalan dunia di belakangmu
dalam kebingungan lidah api menjalar
ke seluruh pelosok desa menghukum.

Di tanah pribumi ini kau kehilangan
dahan untuk bergayut dan kehilangan
jelapang tanah untuk mendarat. Kau
menjadi asing dan berharap.

Kota Kinabalu
5 Julai 2013

*Antologi Puisi, 'Lirik Bulan Di Sukma Malam', Sabahuddin Senin dan Kamaria Buang, Borneo Top Publishing House, 2013

Thursday 4 July 2013

Suara Hutan Belantara (Suasana)

Bagaiamana aku dapat menyentuh sukmamu
kekerasan itu adalah bahasa silam lahir dari
titik-titik hitam di langitmu lalu berubah menjadi
gerombolan-gerombolan yang bersembunyi
dalam hutan-hutan belantaramu.

Mereka datang bukan bertamu, dalam kepekatan
malam derhaka, dimasuki taman larangan
tiada kata-kata dan salam diucap. Mereka
merobek malam dan menyelar tanah pribumi.

O hutan belantara Lembah Maliau Basin
aku bersuara dan berdiri dalam sukmamu
turunlah malaikat di malam kenanga
tangan langit tak akan membiarkan
ruh-ruh yang menjaga belantaramu
dikalahkan.

Pohon Gaharu, ada cinta tumbuh di nadimu
harapan itu adalah mentari memberi salam
tiap siang. Mereka tak akan mengalahkan
tidak pada hari ini dan tidak pada hari esok.

Kota Kinabalu
5 Julai 2013


Tuesday 2 July 2013

Wakil Rakyat Kau Terpanggil

Aku melihatmu dari jauh
kata-kalimat tak mungkin
menyentuh gegendang telingamu
dalam sukma, dipanggil namamu
gemanya jauh ke jantung malam.

Ketika kau mendekati pintu utama
aku sudah dalam barisan berdiri
sopan dan senyum seperti mekar
bunga di hujung musim. Kau
menjabat tangan berlalu tanpa
berkata. Ya, aku memang objek
antara ratusan objek di matamu.

Sekarang namamu ada panggilan
rasmi di depan. Aku tak membantah.
Orang kecil telah biasa pada protokol.
Ke mana kau pergi aku selalu di situ
tapi kau tak mengenalku sekalipun
aku melambai-lambai tangan dan
mendorong-dorong diri. Tapi yang ini
tak aku lakukan sekarang.

Dalam diam aku menulis puisi dan
sesekali aku menyanyikan syair-syair
dari langit jauh, langit samawi dan
lagu langkah kaki di tanah pribumi.
Sekalipun kau tak menoleh gelombang
udara akan membawa suara firasat ini
menyentuh dinding sukmamu.

Kota Kinabalu
3 Julai 2013

*Dikirimkan kepada Qomaruddin Asa'adah untuk projek bertemakan Wakil Rakyat.