Friday 24 May 2019

Merangkai Bunga-Bunga Doa

Biar lidah diam dan menghakis kerat dusta
kalbu selamat dari serangan siasatmu
pohon rendang di segala musim hanya
kembali pada tali Tauhid.

Kau tenteram dalam rahim-Mu
yang kau lihat itu bukan miraj
tapi, penyempurnaan nubuatan
subhanallah bihamdihi subhanallah al azim
salawat dan salam pada kekasih Allah.


Kota Marudu
Mei 2019


Di Tanah Leluhur Ini (*Daily Express)



Di tanah leluhur ini
kita memeluk bulan Ramadan
dirimu fana dalam cinta
air yang mengalir membawa
debu-debu hitam melekat
di dinding kalbu.

Di tanah leluhur ini
kita menganyam siang jadi harapan
tindakan dan kata
seperti harimau di hutan simpanan

Di bumi leluhur ini
kita telah membaca isyarat samawi
pada lautan mengirim gelombang
tiap gerak jantung gunung sebuah peringatan.

Di bumi leluhur ini
malam majnun di riba kasih
kau nuftah berenang ke rahim
jazbah itu satu penyempurnaan
kemenangan tiba di pelabuhan damai.

Kota Marudu
25 Mei 2019

*Disiarkan oleh Daily Express 21 Julai 2019

Saturday 18 May 2019

Waktu

Engkau berlumba dengan waktu
seperti mendengar loceng
telah berbunyi,
orang lagi keluar
dari bilik masing-masing
ke satu kelas lain
sedang aku dengan buku-buku
di tangan
antara ramai orang
ke bilik yang dijadualkan.

Lokasi boleh bertukar
dari stesyen keretapi
di lapangan terbang
di kamar sendiri
atau di bilik konferensi.

Kota Marudu
Mei 2019

Sunday 5 May 2019

Tilawat Di Bulan Puasa* (UB)

Kumulai tilawat Al-Qur'an
suatu pagi hari pertama puasa
perlahan lafaz ayat-ayat-Mu
perlahan-lahan matahari naik
perjuangan langkah pertama
perjuangan qurub Ilahi.

Kumulai puasa di tanah leluhur
ibu tua di hujung senja
tiap saat adalah perjuangan kasih
tiap saat adalah pengorbanan
Ramadan Al Mubarak
menghimpun cinta dan kenangan.

Kumulai pengembaraan rohani
pintu samawi terbuka
pohon takwa tumbuh dalam kalbu
kemenanganmu telah ditakdirkan
kemenangan meraih puncak kurnia
anugerah di malam-malam Lailatul Qadar.

Kota Marudu
Mei 2019

*Disiarkan 2 Jun 2019, Daily Express




Ramadan, Jiwa Yang Tenteram* (UB)

Pada gelombang laut
bumimu yang berdarah
langitmu yang terconteng
kalbumu yang terhiris
engkau yang di dalam penjara
kerana akidahmu seorang muslim
musuh-musuhmu terus merancang.
Engkau, pelarian di tanah asing
mengharapkan kedamaian panjang
gempa di bawah telapak kakimu
letusan di atas kepalamu
kamu masih menjadi sasaran
maut datang dari enam penjuru
Ramadan Al-Mubarak,
datang ke lembahmu
anak bulan pada langit tawajuh
doa-doamu
orang-orang yang dizalimi.
Tapi, kasih sayang
kekayaan rohanimu
membawa langkahmu menyeberang
sempadan
nafsi amarah
membawamu ke taman Islam sejati
Salam dan salawat atas junjungan kami
hidup abadi Tauhid Ilahi
hidup jiwa yang tenteram.

Kota Marudu
Mei 2019

*Disiarkan 2 Jun 2019 Daily Express

Anak-Anak Di Malam Tarawih* (UB)

Anak-anak kecil
bermain di halaman
seperti menunggu
kelahiran anak bulan
malam tarawih di mesjid
saudaraku, kau tak dilupakan
himpunan doa dan hulur tangan
seperti bunga mawar terenjis air.

Beri kami kekuatan menolong
biar hidup dalam nur-Ilahi
lapar dan dahaga
adalah perjuangan
lidah yang
menilawatkan kitab-Mu
biar kalbu dingin dan tawajuh.

Anak-anak burung dara
kini terbang di samawi
sahur selepas
tahajud di malam panjang
bunga rampai di persada kalbu
penyempurnaan cinta Ilahi.

Ramadan Al-Mubarak
membakar amarah
dan dendam kesumat
Engkau,
Maha Agung dan Maha Perkasa
inilah malam
kurnia dan hidayah
inilah
pensucian diri dan jiwa damai.

Kota Marudu
Mei 2019


*Disiarkan 2 Jun 2019 Daily Express

Saturday 4 May 2019

Jiwa Ramadan*

Samawi telah memberi isyarat
Ramadan turun dengan cahaya
sampai ke daerah-daerah rawan
kota-kota yang hancur
dalam kemelut perang.

Perjuangan dan pengorbanan
damai sampai ke sempadan kalbu
nama-Mu diucap
dengan kasih dan cinta
bulan Ramadan al-Mubarak
kuntum-kuntum doa di taman mutaki.

Akar takwa dalam diri
langkah dan tindakanmu lembut
Indah dalam amal
hak Allah
hak Insan
gemilang pada firasat dan rohani
engkau tak pernah sendiri.

Gema suaramu damai
ibadahmu tulus
ucapanmu bersih dari khianat
tangan memberi atas dari meminta
jiwamu tawajuh.

Malam-malam Ramadan
ketenangan dalam zikir Ilahi
siang mekar dalam lindungan
nikmat puasa kelazatan rohani.

Kota Marudu
5 Mei 2019



Friday 3 May 2019

Ramadan 2019*

Ramadan 
Langit cerah 
musim panas khatulistiwa
Atuk dan nenek tua 
menunggu 
seperti datangnya tamu jauh. 
Wajah-Wajah penuh 
dengan kisah sepanjang hayat. 

Bulan ini, turun 
dengan ketenangan 
dalam mimpi dan kebenaran hakiki.


Engkau menanggalkan baju lesu 
menyangkutnya di dinding kamar 
Ranjang tua bau peluh 
dan sajadah usang 
setia seperti sahabatmu. 

Burung walid masih 
pulang tiap senja. 
Sujudmu dalam duduk 
dan doa-doa melangkau langit. 

Siang, lebah yang berkelana.

Ramadan 
tawajuh sepanjang zaman, 
kepulangan yang diberkati 
kandungan kasih.
Kemenangan pensucian jiwa.

Gerak-gerak langit dan gempa 
di tanah kalbumu. 
Panah-panah api silam
tidak akan mengubah 
takdir dan pengorbananmu.


Ramadan 
anak bulan di penjuru
kuda semberani di pelancaran
dan kau telah mengenakan pelana, 
inilah purnama penuh
Kita dalam zamannya 
Damai, damai, damai.
Kota Marudu
4 Mei 2019

Ramadan, Perubahan Langit

Seperti datangnya petang,
panas hari masih terkurung
Bau hujan masih belum tercium
Di menara gading
ada pesta kaamatan
Kami bersiap
menunggu Perubahan Langit
Ramadan,
burung burung rohani terbang
Hinggap di menara putih
Tiap sentuhannya
menjadi taman kembang mewangi
Inilah zaman
engkau turun ke lapangan
Kemarau telah berakhir.


Kota Marudu

April 2019

Ucapan Kalbu*

Kita saling kenal, sahabat yang terpilih. 
tak pernah terjebak dalam kanca khianat 
dan musuh yang memakai topeng. 
Kalau ada kelemahan, kita saling 
tuding-menuding kemudian damai 
seperti tenang lautan di waktu malam.


Keinginanku sepertimu, 
meraih purnama dan membenam 
amarah ke dasar bumi. 
yang bersembunyi 
di dalam jubahmu telah 
menanggalkan kulitnya semalam.


Barangkali kalau ada 
yang kaubimbang 
suara-suara tersirat padu 
gemanya sampai 
ke hujung dan tiap hati 
tak akan dapat menahan 
kehebatan firasat dan 
mimpi-mimpi benarmu.


Kota Marudu
Mei 2019

Minum Pagi

Kami minum 
sambil menelan
lawak sendiri. 
Hujan pun turun
hiasan hari sebelum berangkat
Tiap wajah ada rahsia sendiri
Pohon jazbah tumbuh dalam kalbu
Iradah dan tawajuh adalah purnama
kasih sayang di puncak gunungmu


Usah ditanya ke mana selepas ini
Lafaz nazam meredahkan api sengketa
Cerita malam pun tersingkap
Ramadan pada lautan doa
diam dan merenung
Kata demi kata tersirat
Salawat dan salam
Cinta rasul
dan Tauhid Ilahi
Hidup, dalam perjuangan 
Tanpa sempadan.



Kota Marudu

Mei 2019

Renungan*

Di jalan pulang kamu temui rumah persinggahan ini telah kosong. Tamu lain telah pulang negeri asal. Sepi hanya detak jam dinding yang berbunyi di penjuru. Matahari terik 12.


Kau telah melafazKan suara dari kalbumu. Samawi tak pernah dirugikan. Janjimu telah menyeberangi sempadan. Tekadmu meruntuhkan tembok yang memisahkanmu, janji-janjimu telah sempurna. Anak ular yang masuk ke dalam Rumahmu telah tertangkap dan kau telah membebaskannya di hutan.

Di bumi sebelah sini dan Kepulauan jauh. Aku akan datang kepada mu. Tiada kekuatan dan keselamatan tanpa doa. Ayuh, jadikan firasatmu, jadi siang yang mekar.

Kota Marudu
April 2019

Arnab dan Kura-kura

Kau arnab aku kura kura
Berlumba ke garis akhir
punya helah dan siasat
Harapan dan impian.


Kura kura di sebalik pulau
Arnab di hujung tanjung
mengejar mimpi kejora
Yang satu punya lampu aladdin
yang satu pula tongkat musa.

Arnab dan kura Kura
Kau dan aku
Pertarungan kasih
tak pernah mengalah.



Kota Marudu

April 2019

Tiga Rasa*

Bagai singa yang siap menerkam mangsanya dalam takaran waktu. Malam-malam durjana jadi pedang Yazid, dihayun di udara jadi algojo tanpa ampun. Kalau ia kata adalah panah-panah api yang akan dilepaskan dengan amarah.


Ia telah menjadi gunung berapi meletup tanpa diduga, dari mulutmu debu belerang yang menghisap kepul-kepul udara. Dan rongga dadamu kempis dan terdesak. Aduhai tanah kau berdiri seperti gelombang lautan ingin menenggelamkanmu tanpa ampun.

Kini ia adalah lapangan selepas Perang. Kamu pula adalah sepasang mata di saat-saat nazab. Persoalannya kebenaran itu suara hati mimpi benar dan ke jalan pulang.
Aduhai saudaraku, biarkan kata dan tindakanmu beralas penyucian ragamu dan tawajuh. Biarkan dirimu adalah benar-benar air terjun sejuk dan manis mengalir damai ke dalam kalbu.

Kota Marudu
April 2019

Kesabaran*

Aku telah melihatmu 
di sebalik warna-warna 
ada isyarat dan tanda. 
Tiap helah nafasmu 
dan gerak-gerak dan perubahan 
di wajah itu adalah satu tanda 
yang payah untuk menyembunyikan 
siasat dan arah angin bertiup. 

Apakah ia merubah 

sebuah pantai ataupun daratan? 
Kerana tiap pemilik hati 
ia adalah dalangnya sendiri 
dalam diam atau ia, dai' 
memanggil dengan kasih sayang. 

Yang dipanggil teman 

sepatutnya tak berubah dalam 
ujian musim 
sekali pun ia telah memakai tongkat, 
kemampuan, tekad dan jazbah 
yang tak pernah dikalahkan 
oleh terkaman harimau kalbumu. 

Perlukan aku risau 

ia yang telah menjadi duri-duri 
yang diam-diam, atau panah-panah 
yang siap dilepaskan dari busurnya, 
duri yang melilit di mahkota kepalamu 
di kala malam keresahan dan majnun. 

Namun aku tak akan pernah mengeluh 

atau tersentuh luka kerana 
ia adalah sandiwara ngonggong 
anjing bukit musim-musimnya. 
Cuma ada sedikit geirmis 
kepada sahabatku yang 
menyembunyikan tangannya 
ketika ia diminta menjelaskan duduknya 
dan yang mengenggam tanganmu 
ketika kau memerlukan. 

Seorang Sahabat tak akan 

merubah atau berubah 
pada permainan angin 
atau masa-masa gerhana. 
Dapatkah aku mendiamkan 
suara hatiku dari khayalan 
pertarungan itu adalah 
perang yang meletus 
di dalam kalbuku sendiri.

Kota Marudu


 April 2019



Menunggu Datanganmu, Ramadan*

Kedatanganmu semakin dekat
rahmat alam semesta penyucian diri

nikmat dan lazat bila dalam pengertian

sederhana, hidangan ini kau sendiri tak pernah puas

penantian itu akan sempurna dan

mulai merasa engkau menghirup udara turun

dari samawi.
Engkau menunggu seperti bumi yang kering
menunggu sentuhan Ilahi
tiap kalbu menyerah dan menyerap
ruh kudus dan lafaz zikir Ilahi
kalimat-kalimat tauhid dan salawat junjungan
engkau tenggelam dalam tawajuh
engkau membenam nafsu amarah
sejauh kekuatanmu di lembah sabar.
Ketika sepi tengah malam
Dalam doa-doa tahajud
dalam keasyikan pengucapanmu
dalam kalimat dan kata-kata
saling menguat yang akarnya istighafar
dari seorang khadim yang pasrah.
Kudus adalah Engkau Yang Maha Esa
Keagungan-Mu dan dalam kesederhanaan
engkau melakukan cinta dan kasihmu
secara dawwam dan berakar pada takwa.
Datanglah wahai Ramadan
aku telah siap seperti seorang kekasih
yang menunggu bertahun-tahun
berdiri sejak dinihari hingga ke hujung senja
ketika malam aku tetap menunggumu
dengan sabar dan doa
Ya Rabbi biarkan kebaikan tanpa sempadan
hingga dalam tiap kalbu yang mutaki
sentiasa ada ketakutan pada-Mu
penyesalan dan jiwamu seperti taman
kembang sejagat jauh dari kezaliman dan kemelut perang.

Kota Marudu
10 April 2019

Airnya Turun Sepanjang Zaman*

Rindu itu bagai pertemuan tak diduga
setelah bertahun-tahun 
dengan seorang sahabat
suatu siang musim panas kau tiba
silam seperti memandang malam.
Tiap bintang ada ceritanya.
Engkaukah pemimpi yang benar
mimpi-mimpi adalah hamparan rahsia
satu demi satu telah tersingkap
seperti siang yang tak pernah berbohong
di kejauhan dan keterasingan
ia tetap nilam yang berkilau.
Jika engkau ingin kedamaian yang sejati
bukan pada kekerasan dan janji-janji
buah muda yang jatuh dari gagangnya
atau bunga yang tak menjadi
Tapi panggilan itu adalah kasih
dan kelembutan sebuah kalbu
sumbernya dari samawi
airnya turun sepanjang zaman.

Kota Marudu
April 2019

Samawi Tak Pernah Berhenti Menurunkan Hujan Semi.*


Tulislah seperti dawat tintamu tak pernah habis
dan kertas tulismu masih belum tertulis noktah
samawi tak berhenti menurunkan hujan semi
tamanmu senantiasa hijau dan kembang bunga
gema suaramu mengelus dinding dan pintu kalbu
kasih dan rindumu seperti udara pagi pergunungan
kepulangan musafir yang tiba di hujung senja
seribu malam kekasih melafazkan salam dan selawat
metamorfosis hayat dan pengorbanan kalbu seorang mutaki.
Kau bina sempadan dalam takaran waktu
biarlah, jika tersirat ini dikatakan majnun dan perjuangan ini
purnama penuh dan lautan damai pasrah pada-Mu
kata-kata dan tindakan telah menjadi bintang-bintang khalis
dalam sunyi malam engkau adalah khadim yang itaat
dan menurut perintah dan siap dengan kuda semberanimu.
Pergilah, ke mana pun sampai ke hujung negeri entah beranta
kenyangan dan orbit mana yang belum didatangi.
Aduhai kekasihku, berita itu telah disampaikan
engkau telah membaca testimoni dan metamorfosis kalbu ini
masihkah kau menduga, menuduh dan berpaling
isyarat gerhana pada bulan dan matahari adalah satu
hanya kerugian melawan arus kebenaran kerana
tidakkah engkau sedar, yang engkau adalah daun-daun kering
yang jatuh terjunam dan berakhir tanpa musim.
Ayuh! kilas cahaya di menara putih dan
kegelapan adalah petualang-petualang yang kalah di medan.
kita adalah metamorfosis suatu perjuangan pada siang majnun
malam-malam tawajuhmu seperti air terjun mengalir tak berhenti.
Sabahuddin Senin
Kota Marudu
8 April 2019

Nota: Puisi ini akan terbit dalam buku Cetus Rasa oleh Abdul Latief Ahmad  Jun 2019