Thursday 17 January 2013

Bersuara Orang Kecil, Bangsa Merdeka

Aku tak menjanjikan dunia bergolek datang
tapi aku akan membawamu keluar dari kemiskinan
membeban dan menghisap sisa-sisa tenagamu
dan meninggalkanmu tulang belulang dan penyakitan.

Suaramu dan suaraku berganding meskipun tak
semerdu sampai ke telinga mereka. Sekurangnya
membuat mereka gelisah  dalam tidur musim panas.
Mereka tak bisa mengelak-elak, mau menoleh ke mana?
rembulan penuh dan keindahan alam itu kepunyaan
bersama. Tidak ada yang kekal jadi milikmu selama.

Kami, bukan orang terpinggir, bukan bangsa yang kalah
kau menuduh kami bodoh dan tak ada daya saing
tak bisa diatur, selalu malas dan buta huruf
tak ada pendirian, senang dibeli dan ditolak-tolak
ke sana ke mari. Tak punya mimpi dan tak punya
impian. Kamu buih di permukaan. Kamu adalah
barang buang dalam era pembangunan. Kalau
keuntungan ada pada kamu,  kerana kamu punya
keluarga ramai kerana ketika musim mengait
jembulmu bisa dipakai.

Mengapa kau memandang rendah pada kami
sekalipun kami tak tau berurusan tapi kami
bukan pembohong. Sekalipun kami tak bisa
berjumpa wakil rakyat tapi kami bukan penjilat.
Kami adalah pribumi, anak bangsa  di tanah
merdeka. Sekarang kau tak bisa meminggirkan
kami.

Sekarang kami pandai meminta hak kami.
Kami bukan orang yang ditendang ke sana
kemari dan mata kami dibutakan, telinga
kami ditulikan dan mulut kami didiamkan.
Kami berdiri di lapangan bersama kalian
ingin merubah hidup yang dibebankan ke
atas kami.

Dulu, kami kuli-kuli di bengkel, pelayan hotel,
pelacur di lorong gelap, pemugut sampah,
jaga kilang, pekerja kilang, tukang urut,
jual ubat di kaki lima, drebar. Sekarang kami
punya impian seperti kau juga yang punya
impian dan hidup baru.

Kami, anak pribumi, pewaris tanah merdeka,
warga jati, anak watan. Kalau kau tanyakan
apa impian kami di bumi merdeka. Anak-
anak kami ingin kami persekolahkan sampai
ke langit mana pun, dan bumi mana pun.
Kalau mereka mau menguasai langitnya,
biar ia sendiri persiapkan kepak, kalau ia
ingin menguasai lautan, ia harus belajar
membaca mata angin dan kau tawan
samudera dan jelajahi khutub ke khutub.
Kalau itu kau telah kuasai, genggam bumimu
jangan kau lepaskan, yang kau ada jangan
terlucut dari tanganmu, jangan menerpa dan
menyerbu suatu yang bukan hakmu.
Ayuh, pacu kudamu, kembangkan kepakmu
kalau di sini sudah terlalu tak mencabar
terbang ke angkasa raya sekalipun kau
terlupa pulang dan menemukan orbit baru.

Di bumi merdeka ini, setengah abad kami
berjuang mengangkat martabat bangsa. Kami
berjuang dari bumi terbelakang jadi negara
membangun.Jangan sekali-sekali kau melemparkan
kemiskinan dan menyoroknya ke lembah-lembah
gunung, di hutan-hutan pedalaman, di pesisir pantai
dan kepulauan jauh. Kemiskinan dan kebodohan
bukan waris pusaka keturunan bangsa.

Hari ini kami bersuara seperti kau bersuara
kami berdiri sama tinggi seperti kau dan impian
kami seperti impianmu. Ingat, tanpa kami
kau tak akan berada di sana. Kekayaanmu
itu kami punya hak. Bukan merampas darimu,
tapi sebahagian itu adalah hak kami.

Kota Kinabalu
18 Januari 2013
*ITBM
*Antologi Kemerdekaan





No comments:

Post a Comment