Tuesday 12 December 2017

Malam di Baitul Maqdis*


Kau berjalan dalam terowong gelap
laluan ini makin menguji sabar
malammu tergangu
komet meletus dan hadir dalam mimpimu.

Tiap kezaliman kauhadapi
bintangmu tidak akan pudar
malam digenggam dengan tawajuh
doamu menembusi pintu samawi.

Gunungmu tetap bertahan
suaramu tidak akan dapat dihalang
sekalipun mereka mendirikan tembuk
dalam kekurangan Dia akan mengenapkan
kau tidak akan  merampas
tanah leluhur
kekerasan samasekali tidak akan
mendiamkan kami
kebijaksanaan akan membawa
siangmu sampai datangnya fajar.

Baitul Maqdis
kalau tidurmu kurang
sejak hari-hari belakangan ini
kau tidak akan gusar dan bimbang
kemenanganmu adalah membebaskan diri
dari nafsu amarah musuh.
Damailah, tiap langkahmu
penuh hikmah dan
kau makin kebal dengan
siasah di tengah malam.

Demi kemenangan hari-hari
esok pasti datang dengan cahaya .





Friday 8 December 2017

Baitul Maqdis, Engkau tidak sendiri*

Duka laramu telah sampai ke puncak
malam telah turun
kau seperti terkurung dalam gua tertutup
bila ribut  ini akan berakhir
Ya Rabbi, segala kekuatan dan kekuasaan
pada-Mu
Baitul Maqdis,
kami tak akan melupakanmu
kami tak akan meninggalkanmu
mendung sementara ini akan beralih
angin dingin samawi akan turun
tiap kalbu akan teruja
engkau bukan sendiri
dan terasing di tanah leluhur.

Duka laramu, bersamamu ratus tahun
bumimu menyimpan rahsia
kesakitan melampau yang ditimpakan
Suci adalah Dia yang melindungimu
kedamaian adalah mimpi abadi
kemerdekaan itu menamatkan siasat buruk
musuh-musuh yang bersembunyi
dalam kegelapan malam
siang yang derhaka.

Baitul Maqdis
engkau tidak akan sendiri
gema suaramu berbalas
api dendam tak akan dapat
membunuh kasih sayang
kekuatan doa-doamu
semakin ampuh dan hebat
duka lara ini akan berakhir
kemenangan pasti pada kebenaran
kami akan membebaskanmu
Baitul Maqdis
dengan cinta dan kasih sayang
musuh-musuhmu diam dan panik
seperti benang kusut yang tak berhujung

Salam, salam Baitul Maqdis
Salam salam Baitul Maqdis

Nilai
Disember 2017

Thursday 7 December 2017

Doa buat Baitul Maqdis*


Engkau masih tak berhenti mencipta
kegelapan malam panjang
samasekali tak mempedulikan
kedamaian.

Mimpi buruk turun dan gerhana
pada langit Baitul Maqdis
kekuatan samawi dalam seribu daya
rahang bumi bergerak.

Saudaraku, air samawi turun di pergunungan
dan nubuwatan telah sempurna
Baitul Maqdis
akan bebas dari tangan-tangan kasar
purnama kembali di langitmu
burung-burung kedamaian
membawa pesan kemenangan.

Usah putus berdoa di malam-malam tahajud
perjuangan ini akan berputik
dan kekuatanmu bukan pada tubuh
tapi, pada keyakinan dan keesaan-Nya
akan menyingkap tabir kepalsuan
dan kecemburuan musuh kebenaran.

Nilai
Disember 2017

*disiarkan Utusan Borneo 10 Disember 2017





Jerusalem*

Engkau telah mengumumkan
kami tak akan diam 
kekerasan bukan pilihan
kedamaian, senjata ampuh
mengalahkan musuh-musuh durjana.

Hari demi hari 
kelancanganmu  tidak akan mendiamkan
ummat
kebenaran samawi berakhir dengan jaya
ini zaman kekuatan doa dan hikmah
melumpuhkan siasah mereka.

Kekuatan ini dimulai dari kalbu
panah-panah api amarah akan padam
di kaki langit karavan telah bergerak
pintu samawi telah terbuka.

Jerusalem, kota aman
Jerusalem, kota aman

Kesedihanmu adalah  kesedaran kami
di bawah langit terbuka
kami berkata, Jerusalem, kami tidak 
membiarkan keserakahan mereka
membunuh dirimu.

Nilai
Disember 2017

*disiarkan Utusan Borneo 10 Disember 2017










Baitul Maqdis*

Cinta pada damai
perjuangan abadi
tanpa mengira waktu
tanpa sempadan

Bersuara atas kesedaran
bertindak dengan hikmah
kemenangan menawan amarah
membunuh kezaliman

Kata-kata, senjata lawan
impian sepanjang zaman
semuanya terkumpul dalam
himpunan doa-doa mutaki.

Menyerah hanya pada-Mu
kepunyaan-Mu, tiada dapat menuntut
kekuasaan  abadi tak tertakluk
dalam takaran waktu.

Baitul Maqdis, Baitul Maqdis
cinta kami hidup
tak akan pernah padam
hidup abadi sampai kiamat.

Nilai
Disember 2017

*disiarkan Utusan Borneo 10 Disember 2017

Wednesday 6 December 2017

4 Puisi Hujan dan Airmata*

1.Hujan Dan air Mata Di lembah kemarau Panah-panah api turun Membakar rimba raya Dalam satu malam Kehijauanmu hanggus jadi Debu bertebaran. Tangismu memanggil-manggil samawi Malam-malam tawajuh Kesakitan berkurun di langit terbuka Perbualan ingkar Derhaka dalam kegelapan malam. Suara-suara mencari landasan Kebingungan dalam ribut gelombang Gerhana di langit bumimu Gempa pada malam keliru Telah berhenti. Jalan pulang telah kau temui Hujan telah turun Tazkirah terkumpul dari Mimpi-mimpi benar Telah jadi sempurna. Taman-taman yang haus Hujan samawi turun Dalam takaran waktu Dan air mata yang menitis Dalam doa-doa seorang musafir. Maha suci adalah Dia Hujan dan air mata Adalah pelengkap sebuah perjuangan Adalah tanda-tanda kemenangan akan sempurna. 2. Hujan dan airmata Engkau telah melihat purnama penuh Jauh di lubuk kalbu, tiap kata-kata Mengalir dengan air mata Musim telah bertukar, Penyiksaan di malam panjang telah Jadi anak-anak kalimat sebuah nazam. Engkau telah bertahan ribuan tahun Dan berpauh pada tali samawi Dendam pada malam durjana Tak akan membunuh kalbu yang tawajuh. Di Mazbah-Mu, engkau datang dalam Jiwa Ismail. Hujan malam itu, Adalah qurub meraih pintu-Mu Air mata kasih sayang Memadamkan api dendam Ia tak berhenti di selokan Mengalir terus ke laut samudera. Kau tak akan pernah melukakan Pada pohon-pohon hayat Di lembah leluhur atau di tanah asing Hujan dan airmata Letusan komet di musim gerhana datang sebagai isyarat yang telah sempurna. Kerinduan itu, airmata seorang ibu Dan impian dari khazanah ratusan tahun Telah ditemui dan rahsia itu telah tersingkap selamanya Dan hujan di musim semi turun Membawa khabar samawi. 3. Hujan dan airmata Berapa lama kau membutakan mata Gempa gunung dan hujan ribut di benua selatan Di tanah-tanah rawan, airmata mengalir Seperti sungai lumpur yang keruh turun dari pelbagai arah Mencari sempadan dan lautan. Mereka bertahan dalam segala musim Hujan dan airmata Jadi perjuangan sampai ke baris penamat Di bumi leluhurmu Matahari luluh dalam kanca perang Siang yang zalim Kasih sayang seperti air yang tumpah Pada tanah yang kering. Ketika api menyala Membakar halaman dirimu Suara-suara air mata tak akan memadamkan Amarah dan dendam Kata-katamu yang terhimpun Mengetuk pintu samawi jadi panah-panah hujan Mengenai sasaran. Hujan dan airmata Tak akan sampai berhenti di sini Kezaliman dan hukuman Sejarah hitam cuba menguburkan Kebenaran dan keyakinan Walhasil, malam gelap panjang itu Menemukan jalan mati dan pasrah Khalis cahaya dari langit ansar. 4. Hujan dan airmata Cintamu bagaikan langit dan bumi Tak bersempadan Rindu bagai air syafaat mengalir Menuju muara laut. Tangis-tangis dalam mekar doa mutaki Hujan kurnia membawa kembang harum Kalbu tawajuh. Di pohon sena musafirmu Berteduh melepaskan lelah siang Perjalanan panjang sang kekasih Air Firasat dan kasyaf dari kolam oasis Hidup dalam ratusan tahun. Cinta dan kasih sayang Lebur dalam airmata Tiap ujian datang dalam kurnia-Mu Pengorbanan itu dari cinta kudus Tak berkarat dalam takaran waktu. Hujan dan airmata Rahmat-Mu dari kalbu yang pasrah Lafaz zikir malam-malam tahajud Terkumpul dalam khazanah doa Damai, damai suara kemenangan purnama yang telah sempurna. 5. Hujan dan airmata Hujan dan airmata Satu kekuatan turun dari jiwa tawajuh Salam dari menara Pada rimba gunung dan kepulauan sepi Kesabaran dari keluh resah kau yang dizalimi Air mata pelarian yang tak sampai melangkah Sempadan atau tenggelam di lautan dalam. Hujan dan airmata Dari daerah-daerah rawan Dalam kemelut dan kanca perang Memanggilmu Supaya kau berhenti dan menoleh Mereka yang kandas di khemah-khemah Pelarian Suara-suara itu hilang Tanpa meninggalkan pesan terakhir. Hujan dan airmata Cerita-cerita dari tanah pemburuan Mimpi-mimpi yang tertimbus Dalam rahang api jadi debu Masa silam Pada siang dan gelap malam Kau mencari laluan ke negeri-negeri pelangi Sambil mengheret duka laramu Tiap saat menarikmu ke dalam jurang maut. Hujan dan airmata Artifak dan khazanah pada dinding-dinding memori Kau bawa berlari ke mana-mana Demi masa, yang kau harapkan Impianmu jadi cahaya pada malam Dan kemerdekaan sebuah bangsa pun Jadi sempurna Dari belenggu penjajah minda dan akal.

Perempuan Rohingya di Ibukota*

Di lorong jalan ibukota
perempuan Rohingya ini
duduk sepanjang hari
tanpa peduli.

Ia tak bicara sedikitpun
matahari jadi saksi
tiap siang, adalah perjuangan
demi hidup.

Ingatannya makin pudar
malam tanpa rang bulan
siang yang kelabu
saksi di panggung sejarah
pada dinding kalbu
Rohingya
artifak tanah leluhur
khazanah suatu bangsa

Perempuan Rohingya ini
tak sedikitpun berganjak
panas khatulistiwa
mimpi di malam-malam pemburuan
telah menghanyutnya
di lautmu.

Dalam diam ia
melihat bangsanya diusir
kini tidurnya gundah
menunggu khabar dari seberang
kesabaranmu telah nipis
di kotaraya
peempuan Rohingya
menadah tangan
tanpa menghiraukan
siang yang resah
di bumi asing ini.

Nilai
2017












Friday 27 October 2017

Khemah Rohingya*

Khemah Rohingya
di lereng bukit
jalan lumpur
tanah basah
hujan belum berhenti.

Kepulanganmu
masih tak menentu
mungkin selamanya
di tanah asing
pelarian yang diburu
kini hidup mati
Rohingya tak melihat
tanah leluhur.

Mereka masih mengosongkan
jiwamu sebagai Rohingya
membakar sejarah dan
membunuh kedamaian
tiap sudut dan persimpangan
bulan gerhana di langit Rohingya.

Kekerasan bukan jalan pilihan
Rohingya, cinta damai
ketenanganmu telah
dirampas dan menjadi debu
di depan mata kau
telah kau saksikan
kezaliman ke atas Rohingya.

Pada burung-burung
melintasi benua baru
sampaikan salam kedamaian
dari khemah Rohingya
di lereng bukit
tanah asing.

Nilai
Oktober 2017


Tuesday 24 October 2017

Lafaz di Musim Hujan* (Puisi Suasana)

Banyak pohon tumbang
dibawa arus sungai ke laut
siang yang pudar dan basah
malam datang mimpimu
hanyut tanpa tepian.

Tangan kasih menjabat
ketika kau hilang tempat berpijak
hujan khatulistiwa masih
lebat di gunung
gemanya sampai pada
tiap lembah.

Di dewan himpun
anak-anak ketiduran
membiarkan di luar
bercerita sendiri
dari tanah leluhur.

Pada lidah melafazkan
himpunan kata dan kalimat
lalu mengirimkan
pada langit
turun sebagai rahmat
selalu menyejukkan kalbu.

Nilai
Oktober 2017

Monday 23 October 2017

Memori Rohingya*

Makin jauh dari bumi Arakan
anak-anak Rohingya kehilangan halaman
dan kehilangan jejak
di khemah pelarian
waktu bergerak lambat
tiap siang tiba
seperti menunggu datang
berita yang tak mungkin
akan sampai
tapi, di sini tiap kalbu
Rohingya masih bertahan.

Kau telah tinggalkan
langit Arakan
dan bumi leluhur
yang kau bawa
adalah mimpi
dan tubuh ini.

Rimba Arakan telah sunyi
kau adalah saksi kekejaman
kini terhimpun menjadi
khazanah bangsa Rohingya
sejarah yang akan kau
ceritakan pada anak bangsamu.

Pada tiap rimba Arakan
dan desa yang hanggus
tak akan hilang dalam
ingatanmu
kerana di situ
semua cerita-cerita
penderaan bangsa Rohingya
telah menjadi monumen
ingatan yang tak dapat
dihapuskan dalam
memori Rohingya.

Nilai
Oktober 2017

Suasana Hujan* (Puisi suasana)

Suatu siang
musim hujan
gunungmu runtuh
gemanya seperti jeritan
orang sakit
kau merakamnya
dalam hp
segala berlaku terlalu cepat.

Memandang ke lembah
jelapang air
desa-desa hampir tenggelam
pohon-pohon lesu
air sungaimu
masih deras
membawa hanyut
khazanah tanah
menumbangkan segala
penghalang.

Tapi kau masih bertahan
ini bukan kekalahan
yang musnah kau bangunkan
semula
kesabaran itu
adalah lanjutan
perjuangan hidup.

Ini rahsia langit
kau menaksirkan dengan
kalbu tawajuh
tiap gerak alam
adalah isyarat
penemuan diri.

Nilai
Oktober 2017


Sunday 22 October 2017

Tangan Memberi* (Puisi Suasana)

Hujan masih turun
bumi menyerah sekian kali
kau menghitung hari
kesabaran itu adalah
tebing yang teruji.

Dalam kedinginan malam
suaramu bergema
melayang-layang
dalam udara lembah
sampai ke halaman.

Resah dan gelisahmu
terbawa ke dalam mimpi
air bergenang di anak tangga
rumah-rumah sepi
penghuni sabar
tak pernah memaksamu
riuh anak seperti berpesta
keramaian di sebuah dewan.

Ketika kau terpanggil
hadirnya kasih dan harapan
membebaskanmu
dari malam duka
dan siang yang panjang.
doa-doa
dan tangan  memberi
paling tidak mententeramkan
duka lara  di daerah-daerah rawan.

Nilai
Oktober 2017







Saturday 21 October 2017

Hujan Oh Hujan (Puisi Suasana)*

Tari air  turun dari gunung
lembah pasrah pada musim
dingin meresap ke hujung kaki
suaramu tenggelam
dalam irama hujan.

Adakah ini ujian
ketahanan seorang wira
di medan juang
tak akan berganjak
walaupun ketenangan
sebuah desa dan sawah padi
di kaki gunung telah terusik.

Kau lihat langit
seperti seorang musafir
bertafakur memandang
kedamaian itu berubah
menjadi doa-doa yang
bertahan dan gundah.

Tiap pintu
di sepanjang jalan
menunggu sempurna
pengabulan doa
dalam kerinduan ini
sekawan burung terbang
melintasi langitmu
siang telah
menyingkap rahsia
kilas cahaya dari gunung
telah sampai di lembahmu.

Nilai
2017



Langit Rohingya Merah*

Langit Rohingya
bumimu hanggus
burung-burung meninggalkan
sarang.

Tiap langkah
menghampiri sempadan
malam gundah
kedamaianmu
menjadi debu.

Perjalanan Rohingya
makin jauh
bintang-bintang berguguran
gerhana pada kalbumu
kisah belum selesai

Myanmar
kamu tak dapat membutakan
mata yang memandang
jalan di permatang
di situ kamu menunggu
segala telah hanggus
desa-desa telah kosong dan sepi.

Yang tinggal hanya
dua anak kecil
saksi pada langit dan bumi leluhur
kezaliman telah menggosongkan
mimpi-mimpi sebuah bangsa
Rohingya
matahari pudar
siang menyimpan cerita-cerita
dari bumi Arakan
bakal diceritakan nanti
kegelapan  telah mengurung
Rohingya pada malam panjang.

Jalan pulang
makin panjang
Rohingya tak akan melupakan
kematian yang dirancang
api dendam terus menyala
Rohingya
kesabaranmu pada tebing runtuh
terus diuji
usah pernah merasa sendiri
derita yang kau bawa
menjadikanmu bangsa
yang tak terpisah dari-Nya
kemenangan kalbu Rohingya
adalah kasih sayangmu.

Nilai
2017

Saturday 23 September 2017

Kamu Mencari Sasaran (Rohingya)*

Kamu mencari sasaran tiap selekoh
di sepanjang jalan desa Rohingya
api amarahmu telah membakar
lembah kasih di pergunungan damai.

Malam telah turun
kegelapan mengembangkan kepaknya
kedamaianmu kini
seperti burung meninggalkan
sarang.

Badai datang gempa di bumi
Myanmar
lahanmu berdiri mulai
retak di bawah telapak kakimu
di malam-malam durjana
kamu tewas dalam mimpi-mimpimu
sendiri.

Gema suara Rohingya
melantun jauh
dan kembali padamu
menjadi panah-panah api
yang memusnahkan.

Nilai
September 2017




Tuesday 24 January 2017

Badai Di Tanah Myanmar (Rohingya)*

Badai turun di tanah Arakan
para pendeta bertukar kulit
raung serigala memburu mangsa
terlepas dari kandang kalbumu.

Kau bertanya, langit tenang saja
di sini damai dan selamat
renunglah berita yang kau didengar
tak ada kemusnahan dan kehilangan jiwa.

Tapi Rohingya terus meninggalkan halaman
desa-desanya sepi dan tinggal puing-puing
ketika badai datang Rohingya bertebaran
dari bumi Arakan mencari suaka.

Myanmar, sampai bila kau menghapuskan
kehadiran Rohingya di bumimu
Regim tentera menuding senjata
ke arahmu sebagai musuh.

Kuala Lumpur
2016






Arakan, Tanah Leluhur (Rohingya)*

Kau tak dapat menghapuskan
jejak-jejak langkah  Rohingya
di bumi Arakan tapak-tapak kakimu
telah memberkas menjadi batu.

Suara-suara menempal pada
gunung dan rimba raya Arakan
tumbuh menjadi pohon-pohon ingatan
tiap hari kau diingatkan kehadiran Rohingya.

Ke manapun kau memandang
artifak dan graviti Rohingya
menjadi sejarah bangsa ini
dan impian Rohingya.

Rohingya hidup selamanya
penderitaan ini hanya akan
menghidupkan mimpi Rohingya
Arakan, tanah leluhur.

Kuala Lumpur
2016

Monday 23 January 2017

Melangkar Harapan Anak Rohingya (Rohingya)*

Kau tak mengira langkah
dari desa Arakan melintasi sempadan
besar dalam pembuangan
tapi, ingatan pada Arakan
tumbuh dalam dirimu
mimpi-mimpimu berpauh
pada pohon harapan.

Dari sempadan
menyeberangi lautan bergelora
terapung dan belayar
mengikut arus
bintang-bintang di langit malam
penghiburmu
siang pertarungan
kelaparan yang mencekek
panas yang membakar
mencari pulau berteduh.

Di Pulau Christmas
kau dalam khemah tahanan
berkejar ke hujung hari
lalu menunggu esok
jiwamu terkurung
tapi, kebebasan itu
harapan yang menjauh.

Kau, seorang anak
yang dulu langkahnya kecil
kini telah mulai tumbuh
menjadi gadis yang mencercah
pintu kedewasaan.

Kegiranganmu mulai meredup
di pulau keterasingan ini
tiang keyakinan dirimu
dipukul ombak kali dan berkali
dan kau memandang
lautan dengan mata separuh tertutup
menunggu perutusan langit.

Kuala Lumpur
2016

Jalan Pengasingan Negeri Bersahabat (Rohingya)*

Aku, berdoa dengan bahasa sederhana
biarkan kedamaian pada langitmu
Arakan.

Kau telah menganiaya
Rohingya tanpa perlawanan
kezalimanmu itu telah
mengusir Rohingya ke tanah asing.

Api dendammu menyala
dan kau makin tak peduli
membakar desa-desa Rohingya
cuba membunuh jiwa Rohingya
satu hari nanti perbuatanmu
akan dipertanyakan
tentang jenayah kemanusiaan
kau terlibat di dalamnya.

Ketika kau menzalimi Rohingya
doa-doa orang-orang teraniaya
melucur dari lidah Rohingya
dalam dirinya
adalah seorang muslim
pencinta damai.

Rohingya telah memilih
jalan pengasingan
dari sempadan sampai
negeri yang bersahabat.

Kuala Lumpur
2016







Saturday 21 January 2017

Myanmar Kembali (Rohingya)*

Moyangku telah lahir di sini
orang tuaku pun tumbuh
bersama rimba Arakan
cinta kami seperti kamu
ini tanah leluhur
kau tak akan dapat
menghalau Rohingya
seperti mendera anjing jalanan.

Aung San Suu Kyi
kini kamu telah berada
di puncak yang tinggi
gema suara sampai
ceruk rantau Myanmar
langkahmu panjang
penglihatanmu sampai
menembus rimba raya
dan desa-desa Rohingya.

Usah kau regut kehormatan
dan kesabaran Rohingya
dengan api kezaliman
dan kekerasan atas
anak-anak Rohingya
wanita-wanita Rohingya
orang-orang tua Rohingya
biarkan hujan turun
mendinginkan bumimu
dan amarah durjahmu.

Tirani dan jenayah kemanusiaan
di bumi Arakan harus stop
biarkan langit Myanmar damai
amarah kalbumu meredah
dan buka pintumu
pada Rohingya tanpa curiga
kau akan melihat
Myanmar kembali pada
semangat Asean dan
Komuniti Antarabangsa
menerap nilai kemanusiaan sejagat.

Kuala Lumpur
2017





Wednesday 18 January 2017

Tali Kecapi Hati (Rohingya)*

Kau telah meninggalkan Arakan
masih bau hutan dan hujan
masin lautan dan matari siang
berlinggar dalam ingatanmu.

Bumi leluhurmu hidup
dalam impianmu
kau telah menyeberangi
sempadan masuk dari
satu negara ke negera lain.

Di sini kau meraih
tangan-tangan kasih
dan wajah-wajah manis
kepedihanmu telah
mengetar tali kecapi hati.

Penderitaan Rohingya
harus dihentikan
pintu kasih sayang
terbuka luas
purnama penuh datang
dalam mimpimu
membebaskanmu
dari kegelapan majnun.

Kuala Lumpur










Tanah Leluhur Arakan (Rohingya)*

Kesabaranku terkandas di pulau ini
peribumi tanah segenggam ini
mengingatkan kami pendatang
yang tak diundang.

Pusat Penahanan Pulau Nauru
seperti jalan mati, apa lagi setelah ini
langit harapanmu menjadi tipis
esok penuh dengan kemungkinan.

Tak ada rasa persahabatan
kau dicurigai dan dirimu
menjadi sasaran kezaliman
dan kemarahan padamu.

Setelah berhempas
melawan gelombang
dan panas lautan
kau terkenangkan lamanmu
tanah leluhur Arakan.

Kuala Lumpur



Monday 16 January 2017

Anak Kehilangan Ayah (Rohingya)*

Dalam takaran waktu
anak kecil ini telah
menjadi pulau di lautan
harapannya berpaut pada
matari siang
pada langit benua selatan.

Gerhana di Arakan
api mejulang
abu dan puing rumahmu
arca peninggalan Rohingya
artifak di sepanjang
perjalanan ke sempadan
sungai naf
memisahkanmu.

Malam itu
kali terakhir kau melihat
wajah seorang ayah
melepaskanmu
mencari suaka
menyeberangi laut
terbawa ke Pulau Christmas
mimpi pada ayah
masih tertinggal
di  khemah pelarian
sempadan.

Kau masih menata malammu
dengan harapan
di Pulau Nauru
dinding kalbumu
penuh coretan dan
artifak seorang anak Rohingya
membaca tanda-tanda
sekiranya ada perubahan
melangkah ke benua selatan
langit Southern Cross.

Nilai
2017







Sunday 15 January 2017

Mungkin Esok (Rohingya)*

Di pulau terasing ini
kau menjadi batu
terdampar menunggu
kau cuba membaca
kalau ada
perubahan
langit dan bumi
ternyata segalanya
terlalu perlahan.

Tiap malam kau
terkepung empat penjuru
langkahmu terbatas
kau diam
dan tak berkata
sepatahmu.

Mimpi meredup
kau mulai kehilangan
langit impian
dan tanah Rohingya
makin jauh
terbawa angin lautan.

Di sini kau
menempel pada dinding
waktu
1, 117 hari  telah
berlalu
kau terus menghitung
mungkin esok.

Nilai
January 2017


Friday 13 January 2017

Terapung Di lautan (Rohingya)*

Terapung di lautan
seperti buah kelapa mencari
pantai dan daratan
kedamaian hari-harimu
kering di perdu waktu
walau kau masih
mencipta impian agar
berbuah suatu hari.

Suaramu ditelan gelombang
dan badai lautan
kau pendatang kehilangan
tanah
pulau-pulau seakan menolakmu
balik ke tengah laut
tiap kali kau mendekati
daratan pantai
perahumu kehabisan
daya.

Kau tumbuh
dalam pengasingan
tapi,
tanah leluhurmu
memanggilmu pulang
dari mati berkali-kali
lebih baik mati sekali.

Nilai
2017

Tuesday 10 January 2017

Snipper Mencari Sasaran (Syria)*

Dalam langit biru
dan runtuhan bangunan kota
bisa bertukar neraka
bom berjatuhan dari udara
letupan seperti bunga api.

Hari-harimu
tak terduga
dalam diam api bekerja
deritamu tertimbus
di bawah runtuhan
batu-batu
bangunan kosong
ada snipper
mencari sasaran.

Nilai
Januari 2017






Friday 6 January 2017

Maut Menyergap Kotamu(Syria)*

Kau sendiri dalam kegelapan
lorong ini terlalu panjang
kata-kata telah tersingkir
dari landasan
sengketa ini seperti lingkaran
syaitan.

Kau seperti lupa ada
langit di atas runtuhan ini
siapa teman dan lawan
sekutu dan musuh
tak dapat dibedakan.

Maut menyergap
tanpa sedar ia datang
kau menyerah tanpa
perlawanan.

Nilai
2017




Wednesday 4 January 2017

Musim Banjir (Gundah Air Dan Panah-Panah Hujan)(HE)*

Musim banjir
dingin turun
menyerap ke hujung kaki
dan bergenang di kalbumu
terkurung di dalam rumah
malam panjang
siang menunggu
air surut.

Belum ada tanda-tanda
hujan berhenti
tiada khabar jiran sebelah
di pojokan ada
anak kucing baru lahir
sejak pagi
anak-anak telah
berbaju seragam
sekejap-sekejap menjenguk
jendela.

Nadi air berdenyut cepat
pohon jambu tenggelam separuh
matamu memandang arah ke dapur
musim demam dan selesma
gelisahmu
terbayang pada anak mata.

Nilai
5 Januari 2017

*Disiarkan oleh akhbar Harian Ekspress 22 January 2017














Bom Mencederakan Anak-Anak Syria (Syria)*

Dari runtuhan bangunan kota
kabus debu berlinggar dalam udara
sebentar tadi bom jatuh tepat
suasana panik dan cemas
memandang langit
ke mana lagi sasarannya?

Ada suara terperangkap
di situ berkumpul
anak, ibu dan orang tua
yang terkepung
telah berapa kali
bom yang meletup
jatuh di bangunan
persembunyianmu.
Dalam sesaat
letupannya kuat dan
memusnahkan apa saja
yang bergerak.

Bom berjatuhan dari
langit siang dan malam
selepas ini siapa yang maut?
Anak-anak Syria
tertindih dari runtuhan
batu-batu bangunan
dadanya sesak menyedut jerebu tebal.

Tiap bom yang gugur
telah membunuh anak-anak
wanita dan warga tua
mereka tak ada kaitan
dengan perang
tapi kalian telah menjadi
mangsa keganasan kanca perang.

Kau terperangkap dalam
kotamu sendiri
perang beberapa penjuru
telah membingungkanmu
kau ingin langit damai
dan setenang lautan teduh.

Nilai
Januari 2017



Halaman Rohingya (Rohingya)*

Di lantai bumi
puing-puing rumah hanggus
barah apinya masih tak padam
bau mayat hitam terbakar
dulu perkampungan damai
riuh anak-anak Rohingya
bermain di halaman
langitmu tenang dan jernih
bumimu lembah subur.

Suatu siang
kamu melihat polis-polis tentera
berarak memasuki halamanmu
bukan datang membela
tapi membiarkan penceroboh
dan penjahat memusnahkan
harapan dan impianmu.

Tirani dan kezaliman
seteru kejahatan
telah mengusirmu
dan ingin menghapus
jejak-jeajak sejarahmu
di bumi Arakan.

Kata dan tindakan
telah diputar belit
anjing jalanan pun tak dapat
kau bohongi
kerana kamu memang
seorang penzalim
menyakiti Rohingya.


Nilai
Januari 2017

Tuesday 3 January 2017

Tenda-Tenda Pelarian dekat Sempadan (Syria)*

Hujan telah berhenti
malam masih mendaki
ada dataran dilimpahi air
kau sendiri mengumpul
huruf-huruf yang bertaburan
kedamaian telah sirna
ada suara mengigau
dalam tenda-tenda pelarian.

Ia bermula dari satu orang
lalu semua di dalam tenda
bercakap-cakap dalam tidur
dunianya sendiri
gema suara itu makin besar
seperti ribut datang dengan kekuatan
kemudian senyap dan sepi.

Tiap malam ribut di dalam tenda
walau mereka sebenarnya tidur
kejadian ini terjadi hanya pada malam
ketika siang tiba semua
tak pernah ingat kejadian
semalam.

Dataran tenda pelarian ini
masih di situ
seperti penjara tanpa pagar berduri
penghuninya bebas
tanpa penjaga
dan das tembakan

Nilai
3 Januari 2017

Datangnya Langit Biru (Kumpulan Puisi Indah)*

Langit masih gelap
hujan turun di perbukitan
kepala air datang membawa lumpur
dataran dan halamanmu
tenggelam berhari-hari

Sedikit demi sedikit
anak tangga digenangi air

Kembang api di langit
menyambut Tahun Baru
kau tak sangka wajah hari
berubah
pantai timur dilanda banjir
udara dingin meresap
sampai ke tulang.

Sekolah-sekolah ditutup
anak-anak mengelamun
di anjung
suara ibu resah
air masih tak berubah
naik dalam diam.

Januari tiba
terkurung dalam rumahmu
esok, pasti kekuatan air
menurun
dan langit biru
sungai-sungaimu kembali
pada aras
kau dibenarkan
pulang.

Nilai
3 Januari 2017

Monday 2 January 2017

Syria, Menunggu Musim Bunga (Syria)*

Sehari dalam hidupmu
yang terbunuh dan dibunuh
perang masih belum usai
tiap penjuru ingin
meraih selangkah
tak ada batas waktu
semua sedang berjalan.

Kau yang kandas
dan terjerat
bingung dalam
lingkaran
hujungnya tak
kau temui.

Masih mengharap
langitmu tenang
dan bumimu damai
malam-malam keliru
kau lumpuh
dalam kisaran waktu.

Kau dalam gelap
seperti menghitung
anak bintang
kota samar-samar
siang kehilangan jejak
kau, pengungsi
yang terkurung dalam
jerebu perang.

Syria
menunggu datang
musim bunga
sekalipun kotamu
hancur dan musnah.

Nilai
2 Januari 2017




Sunday 1 January 2017

Rohingya Anak Jati Arakan (Rohingya)*

Ketika kamu ditanya
tentang Rohingya
jawabmu liar ke mana-mana
tak berpancang bumi

Rohingya anak jati
Arakan
fitnah kau lontarkan
seperti bola-bola api
ingin membakar
dan melenyapkan
langit dan bumi
Rohingya.

Kau makin buas
sepak terjangmu
dan amarahmu
telah sampai ke puncak
jahanam.

Tenteramu turun bukan
sebagai penyelamat
tapi, sebagai penindas
pemburu zalim
di lapangan terbuka.

Kau tak peduli
teguran dan peringatan
matamu api dendam
memburu seperti hygena
Rohingya, tanah leluhur.

Di hujung senjatamu
darah Rohingya menitis
sampai di sempadan
malam panjang Rohingya
harus berakhir.

Berhenti bertindak algojo
Rohingya anak Jati Arakan
dalam kalbunya damai
Myanmar, kau bukan
sebuah pulau yang terasing.

Nilai
2 Januari 2017