Aku memikirkanmu dalam bahasa yang paling mudah
penderitaanmu belum berakhir sekalipun hujan telah
lama berhenti. Kau, masih sebuah kota metropolitan.
Air melimpah masuk ke dalam kota, dari kota ke
lorong sempit dan dari antara dua lorong ada penghuni
yang datang dan pergi. Arus air mulai perlahan berupa
jadi air lumpur yang memekat.
Ada orang tua, ada ibu dan anak-anakmencari suaka
di negeri sendiri. Mereka adalah orang kecil yang tak
berdaftar. Kelaparan mereka sudah tiga kali lipat.
Mau ke mana mereka mengongsi? Tanah-tanah masih
lembab. Antara tubuh dan tanah hanya ada kertas kotak
atau surat khabar. Mereka masih seperti menunggu,
tapi siapa yang datang? Tak ada yang menghulur
tangan sedang yang lain sibuk. Pertolongan hanya
pada mereka yagn punya nama dan alamat. Sekalipun
kamu mau menempel sebagai 'orang.'
Yang kau lihat adalah penderitaan orang kecil. Kotamu
masih berdenyut. Desa-desamu masih sepi digenangi
air. Berita tentangmu, bual ocehan, biasa-biasa, belum
dapat menggerak nadi dan sukma yang menonton. Tapi
aku masih mengenangkanmu, sekalipun hanya dalam
sebuah puisi.
Kota Kinabalu
23 Januari 2013
*ITBM
No comments:
Post a Comment