Tuesday 31 December 2013

Melangkah ke Tahun 2014

Bintang-bintang seakan bersembunyi
di batu-batu karang cakerawala untuk malam ini
langit berdentum menendang ke gegendang telinga
mereka menggerak-gerakkan tangan ke atas kepala
ambang 2013 akan ditutup.

Kau menyanyi dan menari
malam ini kita melihat bagaimana
dirimu merayakan datangnya tahun baru, 2014.

Kau, bagaikan naga di angkasa
dari mulutmu kembang api mewarnakan
langit malam. Kota-kota tidak tidur
sampai ke pagi.

Mari sejenak kita melepaskan burung merpati
ke langit samawi
Mubarak, kita menabur harapan
dan keselamatan manusia sejagat.

Kota Kinabalu
1 Januari 2014




Sejam terakhir 2013

Sekalipun kau ingin pulang dan balik
tak akan terjadi arus waktu menolakmu
lagi dicuba semakin kuat kudamu meluruh
ke depan. Berkali-kali kau ingin melepaskan
das tembakan ke dinding kenangan tapi tetap
sebuah dinding berdiri  kukuh dalam sukmamu.

Kuda semberanimu telah melangkah perlahan
mendekati kolam air. Sempadan tahun 2013
akan kau langkahi. Sebentar lagi mereka
akan menembak-nembak langit, kembang
bunga api, dalam diam kau menitip doa
langit bagai air yang tenang bergenang,
Kau terus berjanji mata panahmu akan mengena
sasaran.

Lagu yang pernah membuaimu, kini kau telah
menghafalnya, Tuk-tuk ugai, ugai si duyung-duyung
bagai Zikir Cenderawasih, yang menyejukkan
lahar gunung.

Di lembah pengorbanan menuntut ketulusan
dan kasih-sayang  tapi di tanah dendam kesumat
dalam jerebu perang kembang Kenanga dan Melati
masih mengindahkan malam impian dan akhirnya
akan memberi ruang melucutkan belenggu sengketa.

Kota Kinabalu
31 Disember 2013








Sunday 29 December 2013

Puteri Siti Payung*(Mama)

Ketika sungai beralih
lahir sebuah danau
dan pulau daratan
di tepi desa.

Kalau dulu
ia tebing yang kuat dan bertahan
sepak terjang banjir melimpah
ia tetap mencengkam bumi.
tanpa mengaku kalah.

Malam terakhir ini, sukmanya
bagaikan sungai yang terputus
terbagi dua
impiannya tenggelam
terbawa arus jauh ke laut.
Penghuni hutan diam
tak berani berkata-kata.

Musim cepat berubah
Puteri Siti Payung duduk
di atas tangga memandang
gerimis turun
menunggu kepulanganmu.

Kota Kinabalu
31 Disember 2013
*Menurut Tradisi kedayan/Brunei, Siti Payung itu, panggilan kepada tikus.






Saturday 28 December 2013

Penyair Memanggilmu* (Puisi)(Metamorposis)


Kalau aku melihat
dalam bola matamu
di dalam tersimpan
kaih-sayang
keberanianmu.

Aku membacamu
kemanusiaan
bagai matari bersinar
darah menitis dari
serambi darah
dari ketulusan
jiwa-ragamu
kerana fitratmu
memang indah.

Kau bagai kekasih
bertekad jalan ke samawi
kemenangan ini
kau capai
setelah jalan kebaikan
kau tempuh
seperti lebah dan
menitis madu
pada tiap lidah
yang mendambakan.

Kota Kinabalu
29 Disember 2014

Derma Darah*(Suasana)

Kelihatannya
dalam diam ia bekerja
bergerak
di tanah peribumi.

Ia melihat
teman-teman
telah siap
hari ditunggu
berdenyut cepat.

Temannya telah datang
tak berkata apa-apa
menghulurkan tangan.

Ia berdiri
sukmanya nekad
di tanah kebaikan.

Kota Kinabalu
29 Disember 2014




Friday 27 December 2013

Dalam Cahaya* (Ketuhanan)

Malam itu kau pergi mencari
di sepanjang jalan
berlabuh di sebuah pulau jauh
rembulan penuh memisahkan
yang terselindung dan terdedah
dalam cahaya murni.

Kau melangkah dan melihat
seperti mencari suatu yang hilang
Sukmamu bagaikan radar
lalu ada seseorang
bertanyakan .
Mengapa mencari di sini
tidak di tempat lain?

Kau tak mencari
yang hilang kerana
dalam kegelapan pekat
kehadiran cahaya
purnama penuh adalah
kebenaran.

Kota Kinabalu
28 Disember 2013



Wednesday 25 December 2013

Air Limau* (Suasana)

Minumlah air buah ini
manis dari pohon terbaik
benih terpilih bercambah
dari tanah peribumi
menghilangkan dahaga musafir.

Malam itu sahabatku bercerita

Seorang raja ke luar kota
singgah di perkebunan kecil
dan pekebun yang beradat
memerah limau manis
dibuat minuman
lalu raja pun minum
manis air buah
mengundang raja minum lagi.

Ketika raja habis minum

Alangkah baiknya jika
kebun limau ini kepunyaan beta.

Lalu meneguk air limau
terasa terlampau masam.'

Mengapa air limau ini
tidak sebagus pertama,
manis dan segar.

Ketika Tuanku minum baru pertama
tak ada fikiran Tuanku selain
niat minum.

Tapi, Tuanku telah
berangan-berangan tak baik
ketika minum kali kedua.

Setelah itu
sahabat mendakapku
membisikkan
Mubarak, Selamat.
melangkah pergi sebagai musafir.

Kota Kinabalu
26 Disember 2014

*limau> buah Jeruk di Indonesia.


Tuesday 24 December 2013

Gema Suaramu*(ITBM)

Hujan telah turun
kelihatan tak akan redah
mengalir terus ke dalam
sukma dan mencipta
air terjun dan pelangi.

Dari kamar
gema suaramu
zikir illahi
bergaul dengan
irama hujan
dingin bersayap
datang sebagai pelega.

Kota Kinabalu
25 Disember 2014


*ITBM Jun 2015


Monday 23 December 2013

Terus-Terang* (Puisi)(Metamorposis)

Kau berani meluncurkan kata-katamu
lidahmu mengucapkan tak beralas
berterus-terang itu adalah keberanian
ketika melafazkan anak-anak kata dalam satu
perbarisan berkawat tampak sopan dan teratur
melambatkan harapan menimbulkan curiga
kau memberi isyarat pada malam kelam
tapi, mata masih tertipu disebalik langit
ada bintik hitam sedang terkumpul mengakhiri
musim kemarau panjang kering dan kontang
kau telah diingatkan tentang gerhana itu
ketika malam kelam dalam sukmamu
kesabaran dan ketenangan lautan teruji.

Kota Kinabalu
24 Disember 2013

Foto Sebuah Fikiran* (Kata)(Metamorposis)

Seperti gunung
memanggilmu
tanpa suara
ia tetap melambaikan
tangannya
terasa kau terangkat
seperti debu
terlambung ke atas
berputar-putar
terlepas dari graviti.

Menghadap ke laut
melihat arus deras
seperti meregut
sukma dan menarikku
ke dalam laut
tanpa perlawanan.
dibawa hanyut
dan terdampar
di pulau pasir
tengah lautan.

Kota Kinabalu
23 Disember 2013


Sunday 22 December 2013

Tulis, Tulis, Tulis*(Kata)(Metamorposis)

Tulis, tulis, tulis
walaupun hanya sepatah kata

Ketika kata-kata kehilangan
martabat diri lalu seperti
ubat bedil terbakar hanggus

Coretkan pada dinding itu
sekalipun grafiti atau artifak
selagi kata masih bernafas
kau dapat menafsirkan
bunyi huruf hidup dan mati

Kota Kinabalu
23 Disember 2014




Memburu Mimpi*(Suasana)

Di pinggir malam
kau mengintip kalau isyarat
malam ini akan turun mimpi
kau tak pernah mengira
berapa lama kau tak pernah
dihinggap mimpi walaupun
hanya sekilas.

Mimpi-mimpi telah terbang
berkepak ke cakerawala
lihatlah pada langit malam
kau gundah dan menunggu.

Ketika siang kau bangkit
duduk menyemak dirimu
memandang sarang lebah
yang ditinggal di pojok
Kipas tua itu masih
mengiyang-ngiyang
sendiri.

Kota Kinabalu
21 Disember 2013






Musim Buah Datang Lagi, Mesapol (Mama)

Musim buah datang lagi
adakalanya aku ingin meremas
tanahmu dan bergolek-golek
seperti kucing di atas debu.

Aku telah jauh ke depan
sekalipun langkah ini berat
memandangmu aku harus
menoleh ke belakang arah
selatan.

Kuselak daun pisang dan
mencium bau kenangan
hujan tropik turun bersama
angin petang bagai aku terhukum

Aku telah menebus janji
di ranjang malam igaumu
seperti mengheret mimpi
ke dalam api belerang.

Kota Kinabalu
23 Disember 2013

Monday 16 December 2013

Pelayaran Kata* (Kata)(Metamorposis)

Kau berdiri di pelabuhan
sambil melirik ke samawi
siang telah hanyut
ke riba malam.
Pelayaran kata telah
mengembangkan
layar waktu
terbang di udara
menjadi burung.

Kota Kinabalu
17 Disember 2013

Saturday 14 December 2013

Kata Dan Lakaran*(ITBM)

Kau melakarkan warna
di kanvas sukmamu
selendangmu menutup langit
lembah Kundasang tersentuh gerimis
bagai gadis mengintip di belakang tabir
ketika Nabalu hadir kau tak ingin lepaskan.

Kata-kata melunsur dari sukma
lalu menjadi gelombang
memulas di laut siangmu.
nafasmu bagai tanah bergerak,
Bahasamu adalah anugerah langit
tak akan sirna dalam geseran waktu.

Kota Kinabalu
30 November 2013

*ITBM Jun 2015
*Puisi ini dikirimkan untuk antologi  pertama Kosas yang dikumpulkan oleh Shirley, Disember 2013

Friday 13 December 2013

Setitik Pulau Sepi* (Puisi)(Metamorposis)

Kau tak akan terangkat membawa
masa silam ke dalam mimpimu
bagai gunung kukuh dan bertahan
rahsia-rahsiamu larut menjadi tanah.

Ketika langit bertukar musim
kau mencari pulau bersembunyi
di tengah laut samudera dan ribut badai.

Tiap kekasih punya pulau sepi
tak kira pulau itu setitik noktah
terlalu kecil di tengah lautan atau
bersendiri pada gunung kukuh dan bertahan.

Kota Kinabalu
14 Disember 2013

**Puisi ini dikirimkan untuk antologi  pertama Kosas yang dikumpulkan oleh Shirley, Disember 2013


Saturday 30 November 2013

Serah Keris* (Mama)

Malam itu
kau bersembunyi
penantian yang gelisah.

Remang bulan
kau muncul
dari kembang
bunga di taman

Menyelinap
ke dalam malam
rembulan sarat
dan terpanah.

Kedua mempelai
datang menghadap
bapa mertua
dengan keris bersampul
sapu tangan putih.

Kota Kinabalu
1 Disember 2013




Kata Batu* (Kata)(Metamorposis)

Kau yang bilang,
aku batu di lereng bukit
bergolek ke tepian jalan
kau terus memanggil
aku batu di tepian
kekadang terbawa
ke seberang.

Bacalah menteramu di-
seluruh pintu hingga ke-
halaman mimpi

Permainan ini masih
belum berakhir
sekalipun anginmu
kehilangan kuasa.

Sekarang kata-kata ini
bertukar wajah menjadi batu
lalu menjadi gunung.

Lalu impianmu dimakan bulan
gemuruhmu, gema sebentar.

Kota Kinabalu
1 Disember 2013

*Puisi ini dikirimkan untuk antologi  pertama Kosas yang dikumpulkan oleh Shirley, Disember 2013

Friday 29 November 2013

Kekuatan Kata* (UB)(Kata)(Metamorposis)(Terbit)

Kau bilang sekarang musim gugur
dinginnya bukan main sampai ke hulu hati
pergi carikan kayu api menjadi bahan bakar
menyempurnakan suatu siang yang gemilang.

Bayangkan bahan api telah hanggus dan
menjadi debu. Tapi kau masih meminta.
Hutan telah hanggus, gunung masih berdenyut
dan melontarkan belerang ke langitmu. Burung-
burung sukma merontah terbang melayang
cuba membebaskan belenggu graviti dari
kedua kaki.

Lalu kau bilang tiada apa-apa yang tinggal
selain pohon-pohon kata yang telah tumbang
ke bumi. Kau pun mulai membakar kata-kata.
Tiap kali kehabisan udara, dihirupmu supaya
paru-paru penuh. Dari mulut, kau muntahkan
kata-kata menjadi bahan api yang bukan-
kepalang panasnya.

Herannya, ketika panasnya hampir-hampir
seperti matari, kata-katamu mencair menjadi
air dingin yang mendinginkan tanpa musim.
Lalu keramaian hutan kembali dan langit penuh
dengan burung-burung terbang.

Kota Kinabalu
30 November 2013

*Tersiar Di Utusan Borneo 30 November 2013





Kata-kata sebuah anugerah*(UB) (Kata)(Metamorposis)(Terbit)

Kau telah tidur menguliti kata-kata
menanggalkan kulitnya.

Kau menunggu bunyi hujan turun
sepanjang hari.

Dengan kata-kata kau menciptakan
rembulan, pelangi, angin, ombak dan
kapal dan satelit dan senjata bisa
menembak tepat ke sukma cakerawala.

Dengan kata-kata, anugerah memartabat
bangsa dan menawan bintang kejora.
Kau masih merasakan seperti orang
berjalan dalam gerak perlahan sedang
bunga merah ditabur berjatuhan di atas
kepala dan seluruh tubuhmu. Kau puas.

Yang herannya, kata-kata dalam  lakaran
memorimu makin kecil dan kurang.
Walaupun begitu kau masih boleh
bertanya dan menerangkan. Sekalipun
esok, kata-katamu sirna tenggelam ke-
dalam samudera lautan sukmamu.

Sejak itu kau diam, melihat gerak dan
perubahan musim tanpa berkata-kata.
Lalu suaramu mengiyang-ngiyang
dan gemanya naik ke atas. Hujan
pun turun sebagai jawaban. Kalau
kau benih yang bercambah yang
kehausan tepat pada takaran air
yang turun, matari mengirim salam,
cahaya bersambut. Kau dibebaskan,
gerhana telah beralih.

Kota Kinabalu
30 November 2013
*Tersiar Utusan Borneo 30 November 2013



Thursday 28 November 2013

Menafsir dan terlepas dari graviti*(UB)(Terbit)

Senja menggulung siang
malam turun bagai maharaja
ketika taufan angin, pecah gelombang
gemuruh hutan
suara tersekat di halkum.

Selepas fajar,
siang bagai telur menetas
buat sehari ia kumpulkan
kata-kata secukupnya
lalu diam.

Menjelang senja
musafir di tanah gurun
perlahan-lahan terangkat
ke atas, terlepas dari graviti.

Kota Kinabalu
28 November 2013

*Tersiar Di Utusan Borneo 30 November 2013





Wednesday 27 November 2013

Totok Ugai (Mengajat budak-budak)*(mama)

Tok tok ugai
ugai si duyung duyung
mana ambok ba ugai
atas kepala duyung.

Umpu umpu bulan
natuk ke tailand
minjam kupedang
pa natak buku bulu.

Kanapa buku bulu
titian ke seberang
kenapa ke seberang
menangkap ayam tukong.

Kanapa ayam tukong
kan ubat dayang pingai.
kanapa dayang pingai
terhantuk bibir perahu
di mana ta antoknya
ditundun sua-sua
berapa banyak darahnya
saipang ngarah-ngarah.

Unja-unja papan
papan tak ngiu-ngiu
nenekmu lambat datang
membawa salai hiu.

Unja-unja papan
belapik daun bulu
lakinya dua lapan
binimu dua pulu.

Sikiang angkang-angkang 2X
pianai merah mata.

Bit-bit uting
uting tak ngiak-ngiak
siapa kepedasan
naik di rumah tinggi
rumah siapa
rumah pianai merah mata.

Kota Kinabalu
28 November 2013

Angin Dari Gurun*(UB) (Indah)(Terbit)

Mari mengorek lubang
dalam-dalam sampai ke pusar bumi
tempat kita bermain sembunyi.

Gelap langit, gelap rimba, lautan
samudera dan halaman bermain.
masuk ke dalam, dalam lagi dari
perigi buta.

Gelap, gelap kita bermain
kita buat langit di dalam gelap
dengan bintang-bintang gemerlapan,
ada bintang Kejora dan bulan Purnama.

Di sini aman, ular-ular telah
membuang bisa dan kalajengking
dan lipan dapat dibawa bermain.

Di luar sana, langit terbakar
matari ditelan gerhana, angin dari
gurun membawa
bau hanggus dan sukmamu
warna kelabu debu.

Kota Kinabalu
28 November 2013
*Tersiar Di Utusan Borneo 30 November 2013



Sunday 24 November 2013

Penyataan Tulus Seorang Pelukis*(Suasana)

Gong dipalu rentak iramamu bergema
di lembah ini,
Kundasang
bagai gadis peribumi dalam barisan
selamat datang tamu dari jauh.

Langitmu bagai sapuan tangan seorang pelukis
di atas kanvas lembut dan wajah Nabalu
bagai seorang Emperor berdiri di beranda istana
mengangkat tangannya padamu.

Garis dan bentuk pada lanskapmu anggun
tanah peribumi ini ada gema masa silam
tragedi sebuah destinasi, perjalanan maut,
penderaan dan kezaliman.

Leluhurmu, memberikan tanganmu
tepat saat dan kebutuhan didambakan
perlakuanmu langit sejagat tersentuh
kemanusiaan dan hak asasi
mendambakan perlindungan.

Kau, adalah
lambang dan warnamu kehidupan
tak akan dikalahkan oleh awan mendung
kerakusan dan suara-suara tamak
tanpa mempedulikan esok.

Nabalu, langit dan lembahmu
kehijauan dan tanah gembur
mitos dan legenda, banjaran Crocker
kepulauan mutiara dan dirimu
adalah saksi dan harapan pada
generasimu mendatang.

Aku melihatmu, bagai seorang kekasih
terlantang di bumimu, memandang Nabalu
langit Lazuardi, dan membiarkanmu
terserap sampai ke dalam sukma.

Dalam warna majnun dan coretan pensil
aku melakarkan sukmamu, Laila
Manisku, biarlah kegilaan ini
kegilaan tulus dan sentuhan ini
artifak dan grafiti di lorong-lorong sukma.

Kundasang, Ranau
25 November 2013











Tuesday 19 November 2013

Seteru Dan Sekutu* (Indah)

Kau ingin dilihat
punya halaman luas
dan kepakmu
seluas lautan dan
jangkaumu
sampai ke sukma samawi.

Asal bumi tentu merindukan
bumi
biar berpisah hanya sejenak.

Kau datang kembali
mimpi dan impian.

Kau dan seterumu
ingin segumpal tanah
lalu mendiamkan mulut ini
menuduh suara derhaka

Kau mengaku sekutu
sekalipun bila
malam tiba
dari tempurung kepala
keluar kalajenking
telah bersarang di situ.

Kota Kinabalu
20 November 2013




Khabar Dari Kampung (Mesapol)(Mama)

Ada khabar dari kampung, sekarang musim penghujan
sungai terus naik arusnya semakin deras, tanah waris
digenangi air. Kebun buah tak menjadi. Jagung muda
tak sempat ranum.

Lama sudah tak berbual. Sekali bertelefon banyak yang
ingin dibualkan. Tentang kebun, buah-buahnya dimakan
monyet. Mesra alam masih belum dimengerti. Semua
dilihat hitam dan putih.

Nenek tua duduk di anak tangga, melihat cucunya
balik dari sekolah. Ia masih boleh menjawab cuma
tangan terketar dan jalannya lambat. Kekadang
suaminya turun berkebun, cuma jantungnya tak selincah
dulu.

Kota Kinabalu
20 November 2013










Saturday 16 November 2013

Taufan Haiyan* (Cemar)

Taufan Haiyan
malam kencana
tanah tak pernah lelah
senyap digulung air
ketika taufan melanda
tanah harapan lumat
pemukim daratan
hancur meninggalkan
mimpi.
Dataranmu karam
tangan ibu memegang
tangan anak
antara hidup dan mati
tapi tangan itu terlepas
yang dicintai
digulung dan hilang
ke dalam rahang air.
Taufan Haiyan
adalah kekuasaan
dan kekuatan angin
bagai raksasa berang
datang memusnahkan.
Taufan Haiyan
Matari di langit lesu
tangismu telah lama kering
suaramu tenggelam
dalam nafas lumpur.
tapi kau cuba
menarik tangan itu
ke tepian.

Kota Kinabalu
19 November 2013

**Dikirimkan ke Sabah Times pada 24 April 2015

Thursday 14 November 2013

Hitam dan Putih* (Indah)


Mata penamu patah

tapi kau masih belum kalah
suaramu
terserap, pada langit
dan bumi.

Malam telah luntur
katamu lumat.

hilang bentuk dan makna

Hitam merindukan putih
yang melenting tak kembali
bagai burung dilambung
angin.

Siang yang luka
kau menjilat kulitmu.

Kota Kinabalu
15 November 2013
















Wednesday 13 November 2013

Nenek dan Bayi*(Mama)

aku melihat seorang nenek
mendokong bayi
membawanya masuk
ke dalam kamar.

nenek tua berbual
sendiri
bayi berguling
ke kanan dan kiri
seperti menatap
mata nenek
sedang gusinya
belum tumbuh gigi.

suasana tenang
pada langit
tak
ada kelihatan
noda hitam
biru bersih
nenek tua
menyanyi.

nenek tua
memangku bayi
baru enam bulan
ingatannya kembali
setengah abad lalu
pernah seorang bayi
lelaki
duduk di ribanya.

ditelitinya
raut muka, rambut,
tangan dan kaki
bayi dalam pangkuan
lalu tersenyum sendiri.

Kota Kinabalu
14 November 2013



Pohon Sukma* (Indah)

Berkatalah sebatang pohon
selama ini
hakisan hujan dan pertukaran musim
sukmanya tak pernah gusar
akarnya tetap menjunam sampai ke
bumi.

Nafasnya
seluas langit siang dan malam
ketika terjadi gempa
atau taufan samudera
kesabaran itu teruji
bagai gunung yang bertahan.

Tumbuh pohon sebatang ini
dalam sukma
akar-akarnya telah menjadi urat-
urat menjalar
ke seluruh tubuh ini
sampai ke serambi paling halus
pada tempurung
kepala.

Suatu hari ia terpanggil
pulang
bermula dari akar perlahan-lahan
tunjangnya reput
dan daun terakhir luruh
melucut dari rantingnya
kini
ia sebatang pohon tanpa daun
lalu malam itu ia rebah
kembali ke bumi sukma.

Kota Kinabalu
13 November 2013


Sunday 10 November 2013

Hutan Serigala dan Sukma Lipan*(Indah)

Di hutan ini kau telah diberi amaran
menjelang malam serigala berkeliaran
sahut-menyahut sampai jauh malam
kau bisa menutup telinga tak mendengar.

Hutan resah dalam kegelapan
mengirimkan firasat dalam diam
sukmamu pula di situ bersarang lipan
lalu menguliti fikirmu.

Kota Kinabalu
11 November 2013


Saturday 9 November 2013

Malam Kalajenking*(ITBM)

Malam kalajenking
di daerah terkepung
sidang bara api membakar
hujah menjadi arang
mereka yang berkumpul
telah lama pulang
kegelapan menyerap
dan melangkahi sempadan
suaramu bergetar
lalu menutup pintu malam
dalam satu malam
Tsunami di tanah sukma
lenggang kapal mengharung
samudera.

Kota Kinabalu
10 November 2013

*ITBM Jun 2015

Komet dan Hujan*(ITBM)

Katakanlah berulang-ulang
ke telinga sukmamu
biar kata-kata itu bukan
pisau menghiris-hiris
pertanyaanmu bagaikan
letusan gunung dan gempa
komet-komet berjatuhan
di langitmu dan
membakar hanggus
tapi, sekarang
peralihan musim
pertembungan
komet dan hujan air batu
adalah satu peringatan.

Kota Kinabalu
9 November 2013

*ITBM Jun 2015





Friday 8 November 2013

Catatan Sebelum Tidur* (Puisi)(Metamorposis)


Kedatanganmu membawa gerhana di kaki langit
Kelicikanmu meruntuhkan gunung bertahan
semakin aku memburumu
hanya kegelapan pekat dan bau mayat

Kedamaian telah lama rapuh dan
terkubur tanpa upacara
matamu adalah mata musuh
mencari sasaran dan melepaskan
das tembakan.

Di sini tak ada sempadan
ketika kemenangan gema suaramu
bagai pembalasan dendam
dan kekejaman, udara menuba.

Di daerah-daerah perang
keadilan itu seperti mencari tuannya
tanah tanpa kasih sayang ini
jatuh korban
orang kecil di tengah kemarahan
dua saudara.

Malam gerhana
di langit sukma
segerombolan serigala
telah mencium bau bangkai
dan mereka telah berkejar ke situ.

Sumur langit bergenang
bukankah telah tiba kau terpanggil
dalam kanca permainan
keselamatan dan kedamaian sukmamu
adalah kerinduan di jalan pulang.

Kota Kinabalu
9 November 2013



Thursday 7 November 2013

Gerimis Langit*(ITBM)

Langkahmu
seperti mengheret sebuah pulau
ke dalam lautan
sukmamu adalah
matahari bersiap-siap pulang
di tanah merah
yang menggenggam tapak-tapak
masa silam telah diterbangkan
angin  ke benua lain.

Kau telah pulang
tapi halaman pun entah di mana
senandung malam
rumpun bambu selalu bernyanyi
kini senyap dan angin mati.

Aduhai manisku, udara
dari pergunungan masih menitip salam
tidurmu masih melahirkan mimpi
dari debur lautan hingga pada
ketenangan langit.

Ada lagenda masa silam
mendatangimu
hinggap sebentar di pepohonan sukma.

Gerimis samawi menitis
ke dalam bola mata
kata-kata, telah lama
terbunuh di hujung lidah.

Kota Kinabalu
8 November 2013

*TBM Jun 2015




Sunday 20 October 2013

Suara siapakah itu, Pendatang Malam (Boat People)

Suara siapakah itu yang ingin menempel pada rak buku 
tapi melantun menjadi debu dalam ruang tertutup dan 
kurang cahaya. Di sini, waktu beredar, perlahan. kau 
tak ingin bertanya, sia-sia tanpa jawaban. Pasu bunga
di atas meja itu tak bergerak, pintumu masih terkunci.
Bukankah kau sudah lama tak menerima tamu dan kau
pun tak merasa itu satu kekurangan apa lagi menjadi
bahan cerita atau perbualan kosong dan sukmamu teruji
tanpa kau sedari. Rupanya kau sedang diuji.

Suara siapakah itu yang sibuk ke sana ke mari, sekalipun
orang lain lagi sibuk berkempen dan makan rezekinya
sendiri. 'Kita harus bijaksana dan harus pakai otak', katamu.
Memang di sini orang masih menghitung percakapanmu.
Tanpa idea dan ideologi, kau dianggap di luar kandang.
Kau melihat harus seperti matahari dan dirindukan seperti
rembulan purnama. Dan kalau kau memang peka seperti
lalat mencari sisa-sisa makanan di atas lantai dan tong
sampah. Teruskan perjuanganmu.

Langit selalu menurunkan kasih-sayang dan bumi ini
bagimu perjuangan. Suara-suara sukma yang patah sayap
tenggelam di lautan, hilang digulung ribut taufan tapi kau 
masih ingin bercerita tentang Pendatang Malam ini. Mereka
tak dicintai. Di mana sekalipun ia menempel tetap mereka 
tolak dan membuat-buat alasan. Mereka terus menghebatkan
penjagaan dan keselamatan sempadan. Tapi kau masih datang
sekalipun suaramu dicabut sampai ketunjangnya. Kau selalu
berkata, tak mengapa, kau hanya mengenal diri Penumpang
Malam dipermainkan ombak samudera dan dipaksakan menjauh
dari pantai dan benua. Tangis, derita dan maut tak akan 
merubah hati mereka. Pendatang Malam hilang ditelan gerhana.

Suara itu datang lagi pada tiap malam, meraung-raung ke sana 
ke mari. Ia datang dan ingin hinggap di dahan mimpi dan harapan.
Tiap kali mereka menutup pintu berdawai itu, suara perintah 
makin lantang dan keras. Tapi Pendatang Malam masih datang,
seperti kelkatu memburu cahaya. Sesekali ada berita, ketika kau
menyuap nasi atau menghirup sup di depan TV, tenggelam sebuah 
kapal dan semua penumpangnya tewas, terapong di lautan, menjadi
buntuh. Hari ini mereka kalah menyeberangi sempadan sampai
ke pantaimu. Esok, mereka berjuang lagi, Penumpang Malam
tak pernah patah semangat. Penumpang Malam datang lagi tanpa 
diundang meninggalkan tanah kering dan kontang selamanya.

Ipoh
21 Oktober 2013

Wednesday 2 October 2013

Cahaya Bersimbah*(ITBM)

Kau datang dengan
cahaya bersimbah
kegelapan menjauh
hingga mata tak terjangkau.

Waktu yang bergeser
membawa gerimis kesyukuran
bagai langit cerah
hamparan sutera biru.

Kau menyambut
kepulangan ini
bagai mimpi
telah sempurna.

Kota Kinabalu
3 Oktober 2013

*ITBM Jun 2015

Sunday 22 September 2013

Cinta di Tanah Perang*(ITBM)

Kepulauan lautan akan berubah
Taufan pasir masih pada kekuatan
ketika pembunuh menyatakan cinta
sedang pistol ditangannya siap membidik.

Mampukah kau menyahut panggilan
kekasihmu dengan lidah yang manis.
Di kota pasir bangunan purba sepi
dilorong-lorong gelap hanya anjing
malam berkeliaran.

Ini tanah perang.

Mengapa memulai kalau kau tak tau
bagaimana menghentikan perang?
Bukankah dalam mimpi-mimpimu
kau melihat suara silam kehilangan
gema di gurun pasir.

Kau tak melihat cinta pada seorang algojo
kerana ia hanya melaksanakan perintah
Yang tinggal sukma yang resah
maut terus memburu di pelosok penjuru.

Kota Kinabalu
22 September 2013

*ITBM Jun 2015


Perubahan Langit dan Bumi*(ITBM)

Kau bukan sebuah pulau
di sini cuaca bertukar cepat.

Sebentar ia datang
sebagai sekutu
kemudian bertukar
menjadi musuh.
Gunung masih bertahan
taufan pasti berlalu
hanya kamu
jangan menukar haluan.

Kedamaian seakan hanggus
gunung meletus dalam mimpi
langit gemuruh dan berkilat
malam panjang dan gelap
tanganmu ingin mengapai
nafasmu tersendat
matamu gelap
rembulan luluh.

Kau memanggil hujan
kepanasan hawa membakar
bumi merekah
kedamaian sukmamu
teruji ketika kau tak siap.

Malam maut
telah menghisap nafasmu
mayat bergelimpangan
matamu tercenggang.

Kanca peperangan telah
merobek dinding sukmamu
Mereka telah memulai perang
tanpa sempadan.

Yang kamu lihat rimbamu
terbakar hanggus.
Langitmu
penuh gumpalan asap.

Turunlah hujan samawi
aku ingin mencium baumu
dan melihat langit biru.

Kota Kinabalu
22 September 2013

*ITBM Jun 2015














Thursday 19 September 2013

Peti Surat (Malaysia)

Cuaca panas masih memegang
jantung langit dan belum kendur.
Setiap kali aku turun seperti semua
mata di alam maya ini memandang
ingin tahu.

Anjing jalanan peronda siang malam
bilang, 'Belum ada.'
Angin dari perbukitan pun masih
tak ada berita patut disampaikan
Cicak bertelur di celah-celah lubang
ikut menunggu datangnya khabar.

Salam pada matari kau tetap
berpegang pada janjimu.
Wajah laut tak berubah
nelayan masih turun ke laut
setiap pulang menatap sayang
wajah isterinya lalu berkata
biarkan aku tidur dulu nanti
cerita itu disambung, tentang laut kita.

Aku masih berdiri
melihat ibu kucing baru pulang
setelah semalaman keluar
anak-anaknya meluruh datang
seperti berkata 'Mengapa lambat ma,
kami lapar semalaman.'
Ia tak menjawab,
membiarkan anak-anaknya berlumba-lumba
menyusu sambil ia menjilat-jilat kepala
anak. 'Nak, syukur, kita masih di sini.'

Kini aku memandang ke peti surat
beberapa ekor burung bertenggek di dahan
bersahutan berkata,'Lihatlah
sendiri.'

Aku mendongak ke langit
lalu membuka Peti Surat
Ada. Tapi sehelai Kertas Merah.

Kota Kinabalu
20 September 2013


Tuesday 17 September 2013

Menelusuri Masa Silam* (Indah)

Menelusuri masa
silam
melihat dari lubang
jarum
memandang
dari belakang
di tengah orang
ramai
lalu mendengar
degup
jantung sendiri.

Harta karun
pun
khazanah bukan
tanpa sejarah.

Dari dataran
tinggi
melihatmu
bertukar warna
dan kulit.

Angin telah berputar
haluan
nafas lautan
hidup
dalam kenangan.

Kota Kinabalu
18 September 2013




Kita Amanah (Ramadan)*

Ingatkah bulan Ramadan
saf demi saf
malaikat dalam sukma
mata air pergunungan.

Di hari merdeka
kita menongkat langit
menabur benih
di tanah gembur.

Matari bangsa meluap
tiap kata meluncur
lampu-lampu tak kesiangan.
air tak bertakung.

Memandang tanah
pribumi
tak pernah derhaka.

Kita amanah.
tak menjudikan
nasib bangsa
mengopak kulit bumi
menjadi tanah lumpur.

Kota Kinabalu
17 September 2013





                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                        

Sunday 15 September 2013

Malaysia Merdeka Satu Amanat. (Kemerdekaan)

Di Tanah Peribumi tercinta ini
aku berdiri mencium bau tanah
menghirup udaramu memaknakan
satu perjuangan dan kemerdekaan.

Malaysia, seperti bola matahari
muncul di horizon.
Kelahiranmu adalah rahmat
doa tak putus.

Di sini aku dilahirkan, Sabah
namamu, indah-menawan
Malaysia Merdeka.

Dan penjajah telah lama pulang
mengangkat kehormatan bangsa
martabatmu sebagai negeri leluhur
didengar disegani negeri merdeka.

Malaysia, negara merdeka
Sabah, rahmat Tuhan turun
kau terima dan memandang samawi
ini adalah yang terbaik untuk bangsa


Bagaimana aku dapat melukiskan
langit malammu penuh berbintang
impian seorang penggali mimpi
dan mencipta impian ribuan tahun.

Bagaimana aku bisa melukiskan
sukma belantara masih bernafas
Gunungmu harapan dan cita-cita
purnama penuh di langit merdeka.

Kusebut namamu, Malaysia
kerana aku tak akan pernah  jemu
Simpang Mengayau, Long Pa Sia,
Lembah Danum dan Maliau Basin.

Aku tau di Tanah Peribumi ini
aku tak akan sendiri, langitmu
penuh cerita lagenda dan mitos
Khaltulistiwa sukma rimbamu.

Tanah Peribumimu tak pernah diam
ada gerak menawan dari langit turun
hujan di lembah ini membawa benih
bercambah di tanah lembah gunung.

Kami tak akan kalah kepada petualang
mencemar Tanah Peribumi ini.
Apa kau tinggalkan pada generasi akan
datang,

Kau tak akan melepaskan cinta-kasihmu
Kalau kau diminta berkorban kerana
melindungi langit, hutan belantara, lautan
biarlah kau orang pertama di garis depan.

Biarkan langit penuh dengan burung terbang
berkawan dan selamat dari pengetah burung
biarkan sungaimu mengalir dan tanpa dicemar
tiap hidupan di sungai dan daratanmu tak akan sepi.

Biarkan rimba belantaramu bernyanyi,
sahut bersahut, penuh irama dan lagu
seperti Monyet Probiscus bergayutan
dari dahan ke dahan,

Sungai Kinabatangan tak pernah sunyi
Sungai Padas dan Sungai Labuk.
Pulau Mantanani, Pulan Lankayan,
Banggi dan Pulau Sebatik.

Banjaran dan gunungmu, Kinabalu
dan lembahmu menawan
berkembang mekar bunga Raffleasia

Biarkan pulau-pulau, sepanjang tahun
pantai pasirmu selamat
Biarkan gajah pigmi bahagia
di Gunung Ra Ra.

Lihatlah pada wajah-wajah peribumi
ada pelangi dan sukmanya pohon Gaharu.
tradisi budaya hidup dalam jiwamu
memang kaya dengan gerak dan tari.

Rimba Rayamu selalu terdengar bunyi
kau dengar gong kulintangan dipalu
tangan melebar seperti burung helang
kakinya berjengkit, keharmonian tari.

Amanat ini telah kau pegang
bergabung demi hari depan
impianmu dan para perjuang
pernah turun berjuang diingat.

Kami akan mengenangkanmu
dari satu generasi ke genarasi
lidah kami selalu lembut tulus
ketika kami melafazkan doa.

Di Tanah Peribumi ini
mengingatimu pada siang Merdeka
pada mereka telah dulu berpulang
pada leluhur doamu terus mengalir.

Inilah syafaat yang tak dapat dikalahkan
kasih-sayangmu meliputi langit dan bumi
tiada dirugikan oleh dendam tipu muslihat
Hidup, bangsa, negaraku Malaysia tercinta.

Kota Kinabalu
16 September 2013

*Antologi Puisi Langit Sukma Di Malam Kemerdekaan.






Tahan Segala Musim* (Indah)


Hanya satu malam
dari Seribu Malam
biarlah ia jadi penyair,
bukankah kau, sifu
tukang sulap.

Aku merindukan
kawan-kawan
Penyair Kangkong,
Penyair Pakis dan
Penyair Kacang yang
hidup segala musim.

Dalam perjuangan
Kita lupa melahirkan
Filantropi dan kolektor
sayang dan cinta
pada sastera budaya.

Biarkan Amfibia
dengan impiannya.
Biarkan mereka
memanggil hujan.

Mereka melihat
keterampilan dan
burung yang sama
bukan pada hasil
dan dedikasi.

Di tengah lagun itu
dibuat pulau artifisial
lalu didirikan monumen
buat diri sendiri.

Kota Kinabalu
15 September 2013






Saturday 14 September 2013

Wajah 50 Tahun Merdeka (Kemerdekaan)


Aku pulang mengingati wajah negeriku,
tanah pribumi dan tanah leluhur.
daftar kenangan panjang itu adalah
tanah gembur seorang musafir
Luka-luka di kaki telah lama sembuh
dan aku telah lama tak melihat wajahmu
Ketika aku berlinggar di angkasamu
seperti memandang cermin diri
Sekarang kotarayamu telah berubah
cuma aku kaku, asing di negeri sendiri.
Menjelang malam Kemerdekaan ini
orang-orang telah siap pesta bunga api
sedang aku penonton yang ditolak-tolak
sesekali mengaduh hujung tumit terpijak.
Aku duduk sendiri di Anjung Senja
menjelang negeriku 50 tahun merdeka
melihat kasyaf wajah-wajah leluhur
dari tanah Mamiang dan kasih Karuhai.

Kota Kinabalu
15 September 2013

*Mamiang, sebuah kampung di pinggir Kuala Kinabatangan, Sabah asal leluhur Penyair.
*Karuhai, anak yang kasih pada ibu dari cerita rakyat dari suku Kedayan/Brunei.

*Antologi Puisi Langit Sukma Di Malam Kemerdekaan


Tanah (Kemerdekaan)


Bila api telah menyala membesar
memang sukar akan memadamkan
jika ada perbalahan dalam keluarga
kalau tidak dipadamkan cepat-cepat
merebak sampai generasi penerus.
Sumpah seranah telah masuk pula
dalam sukma percakapan harian
gempanya melahirkan hujan jerebu
musnah sebuah harapan dan
kasih sayang pada sebuah hutan.
Tiap isu ada permulaan dan ada
sebab dan berakhir dengan dendam.
Keluarga adalah pertalian darah
sepatutnya mudah diajak berunding.
kerana pada hakikatnya pergaduhan
seperti Kemarau bertahun-tahun.
Membiarkan bererti, dendam.
Tanah, hak waris turun-temurun.

Tanah pusaka jangan dijual
nanti jatuh di tangan orang lain.
Soal tanah bukan perkara kecil
Soal tanah soal hidup dan mati.
Kerana tanah persaudaraan putus.
Pihak satu menguasai yang lain
Hak Saudara diketepikan kerana
tanah sejengkal seribu malam tak
akan membuat malammu tenang.
Ketika kau meletakkan kepalamu
di atas bantal, kalajengking, lipan,
ular dan kerengga mendatangimu
tenggorak kepala dan sukmamu.
Jangan tanah sejengkal musuh
sampai ke anak cucu.

Kota Kinabalu
September 2013

*Antologi Langit  Sukma Di Malam Kemerdekaan








Pintu Ini Senantiasa Terbuka (Mama)

Telah berapa kali mama bilang
kami telah lama di sini,
kami ingin pulang.
Pintumu masih terbuka.
Siang dan malam
tak ada had dan batas
tiap ruang ini adalah kepunyaanmu
kami adalah pengkhidmatmu yang rajin
kau selalu datang dengan warna pelangi
dan selalu membawa harum kembang
bunga di taman.
Buatmu, ma, aku tak pernah lelah
apa lagi membuang muka dan berdiam diri
kau adalah matari selalu didambakan
kau adalah rembulan sukma sebuah rindu.
Datanglah, kami rindu pada suaramu
kami ketagih pada cerita-ceritamu sebelum tidur.
Sekarang banyak perubahan bukan atas kehendak
tapi adalah tekanan dan dorongan hidup itu
menjauh orang di bumi yang dipijaknya.
Kemenangan hidup selalu dihitung
dari pencapaianmu mata kasar.
Kegagalan adalah suatu yang tak mungkin
dan tak boleh bertolak ansur.
Mereka mengibar bendera di halaman rumah
kejayaan anak-anak pulang dengan ijazah
dan bekerja, roda kehidupan berjalan terus
Tiap keluarga memeras siang biar air sarbat
menitis dari genggamannya
memupuk impian pada malam supaya rezekinya
menjulang sampai ke langit.
Dalam kesibukan membesar rumah dan
menakluki sempadan baru
galaksi dan orbit baru
rembulan dan matari
mereka terlupa di pojokan ada seorang tua
sendiri dan memandangmu dengan diam.
Saudaraku, bahasamu makin keras
dan kasih-sayangmu telah lama terbang menjauh
Tiap malam mak tua bercerita sendiri
seperti dulu masih kecil duduk mendengar
Cerita Karuhai dan menidurkanmu dengan
lagu rakyat.
Malam telah jauh meninggalkan halamannya.
bahasa ma dan mereka telah berubah
dan semakin tak dapat dimengerti.
Mereka, saudaraku, melihat dunia kembang api
dan bungai rampai.
Aku hanya mau melihatmu, ma
tenang dan tak mengigau dalam tidur.
Datanglah, pintu ini terbuka padamu.
Yang ada pada siang
itulah rezeki yang Allah berikan
Kami menunggumu, membawamu pulang.

Kota Kinabalu
15 September 2013





Friday 13 September 2013

Malam Deklamasi* (Indah)


Malam ini gema suaramu
seperti melepaskan diri ke cakerawala
mengharap kemenangan di hujung misi
banjir kata menolak-nolak tebing dan
kau melihat sendiri dataran tinggi runtuh.
Di pinggir hutan kau mendengar hutan
jati kehilangan nyanyi Cenderawasih.
Langit khatulistiwa dan nusantara sepi
Kau terpanggil pulang ke tanah pribumi.

Kota Kinabalu
14 September 2013

Karya Segala Musim* (Indah)

Huruf ini tumbuh sayap lalu
dalam proses sama mulai berdegup
sukmamu bernafas
aku bebaskan kau di Nabalu
tiada upacara selamatan
bacalah, dalam segala musim
sebuah puisi bukan benih permusuhan
bebaskan kata-kata terkait mata pancing
tak perlu khabar darimu
halaman itu sebuah pameran
lukisan kontemporari.
tiap tarimu dan menu bual
superfisial
dari anak kalimat kata
kau meninggalkan pentas
dan aku telah memadamkan
lampu.

Kota Kinabalu
14 September 2013

Orang Obsessi Dan Pembenci Cicak (Malaysia)

Seakan ada lipan dalam tenggorak kepalanya
Tidurnya tak lelap sekalipun kelihatan
memejam mata. Sukmanya, meraung
jauh dan gundah. Ia tak boleh
mendengar bunyi cicak. Pantang!

Tapi ia bukan seorang General
yang akan membuat keputusan
terakhir sebelum terjadi peperangan
bimbang ke arah mana angin bertiup.

Sekarang ia menjadi seorang pembual
dan gundah ketika menerangkan
ia menaruh prasangka sekalipun
pada seekor cicak di penjuru bumbung
rumah.

Ketika ia melihat cicak timbul
naluri ingin membunuh dan ia
mudah melakukannya tanpa ada
perintah. Ia akan berjaga tiap malam
duduk di atas sofa menunggu cicak
dengan gelang getah.

Di ofis, ia tampak seperti orang bosan
lama sudah ia tak senyum ketika menatap
mata tamu apa lagi mengucap selamat
kerana lipan di dalam tenggorak kepalanya
masih merayau.

Kekadang bila bosannya memuncak
matanya meliar mencari cicak walau
seekor. Tiap hari ia mengumpul gelang
getah. Ia menjadi obsessi pada cicak.
Kalau ia travel pun matanya gundah
dan melihat bumbung kapal terbang
mencari cicak.

Ia benar-benar hilang pertimbangan
ketika sedang duduk ia seakan berkata
ci cak, ci cak, ci cak, matanya berjaga
Di jalan-jalan di kotaraya, ia mulai
melihat cicak di mana-mana. Menunggu
lampu traffik bertukar warna, di stesyen
bas, dalam restoran, tubuh-tubuh cicak
yang dilihatnya.

Terakhir kemarahannya meluap dan tak
tertahan. Ia berteriak di tengah kelayak
ramai sebuah plaza tanah air. Ci cak,
ci cak, ci cak ada di mana-mana. Diamkan
bunyi suara itu. Bunuh Cicak, sambil
merobek baju kemeja. Dari hari itu tak
kedengaran cerita orang itu, yang sangat
obsessi dan benci dengan cicak.

Anihnya,
oang-orang mulai menyukai cicak. Mereka
mempelajari cicak. Kerana cicak seperti
penghidupan mereka sendiri, orang kecil.

Kota Kinabalu
14 September 2013









Raja Cacing dan Sekutunya, Raja Ulat (Malaysia)

Kamu hanya sepotong daging mentah 
Raja Cacing telah mengumumkan
dari zaman silam dan hari ini
di muka bumi ini, daratan luas
terbentang ini, wilayah kekuasaannya.

Raja Cacing dan Raja Ulat
mengulang lagi penyataannya supaya 
semua orang maklum. Mereka 
adalah Tampuk Kekuasaan Dunia.

Dalam perutusannya kepada PBB
Raja Cacing dan Raja Ulat mengingatkan, 
Majlis Keselamatan Bangsa-bangsa Bersatu
supaya mereka cari kedamaian dunia
Darah telah berkumpul di tujuh lautan 
dan membusuk.

Raja Cacing dan Raja Ulat telah mengirim 
perutusan kepada Obama dan Putin, mereka pun
akan bertemu Raja Cacing dan Sekutunya,
Raja Ulat di Tanah Berpulang.

Kamu pun diperingatkan tentang satu hari
Warga Binatang, Orang Kecil sampai
Wakil Rakyat, Pak Dogol, si Anu, Yang Bergelar, 
semuanya akan pulang ke lubang tanah, 
menghadap dulu Kerajaan Cacing dan Ulat.
Memang benar, kita sepotong daging berdarah.

Kota Kinabalu
13 September 2013

Thursday 12 September 2013

Babi (Malaysia)

Babi itu, Ya, babi
Mengapa mau jadi babi
Kamu menjadi orang,
kembali menjadi insan, kembali
kepada Khalikmu. Biarkan sifat
babi kepada babi.

Tolong jangan kau sebut perkataan itu
terlarang, sangat kotor pada pendengaran
dari dulu sampai sekarang kita jijik
sebut saja perkataan itu kita merasa mual.

Kalau kita tanya petani, marah mereka
bukan tak ada hujung pangkal. Babi,
perusak dan memakan habis tanaman
dan binatang terlarang.

Jadi kalau yang terlarang, mengapa
ada orang yang masih menyerupai
sifat babi. Cara hidup dan tindakan
sama dengan babi tetapi ia bukan
babi. Menyerupai babi.

Lalu pengumuman itu dibuat
kerana sekarang telah menjadi
kebimbangan masyarakat umum,
babi yang tinggal di hutan, babi
hutan tapi sekarang orang-orang
mulai meniru gaya dan sifat babi
di kotaraya dan di mana-mana.

Mereka terbawa-bawa sifat babi
kini ia tinggal di dalam sukma. Ketika
berbicara di mana-mana, meloncat
dari mulut mereka beberapa ekor babi.

Tiap hari ada saja orang kerasukan
wajah mereka menyerupai sama
babi. Lalu orang-orang diingatkan
Biarkan sifat babi kepada babi.

Kota Kinabalu
13 September 2013

Kera dipakaikan Baju Korporat (Malaysia)

Musim memberi anugerah datang lagi
diadakan pesta khas buat merayakan
Hari Anugerah. Dan dipanggil seluruh
kampung dan orang kecil hadir termasuk
Warga Binatang.

Orang puas dan bangga kalau dapat
anugerah. Boleh memaparkan di dinding
rumah, pejabat atau di laman sosial.
Anugerah itu adalah pencapaian terbaik

Tahun ini ada sedikit perubahan
Ahli Jawatan Kuasa telah memutuskan
memberikan anugerah kepada Warga Binatang.
Maka orang-orang pun mulai menjinakkan
binatang piaran mereka dengan perhiasan.

Herannya dulu hampir semuanya
sangat zalim dan suka mendera Warga
Binatang. Tiap hari kita melihat Warga
Binatang mati dibuangan sampah, atau
membusuk di tepi jalan, atau bangkai
hanyut di sungai  atau keracunan di
Peladangan Kelapa Sawit.

Panel Hakim membuat pengumuman
keputusan Hakim adalah muktamad.
Dari banyak peserta Warga Binatang
dipilih Kera, kerana ia dipakaikan
baju Korporat, serupa seperti manusia
sekalipun tetap Warga Binatang.


Kota Kinabalu
13 September 2013


Tikus (Malaysia)

Diberitakan kepada semua orang
Tikus telah menjadi ancaman hidup
dikerah penangkapan besar-besaran
dari lorong-lorong, perkebunan kelapa
sawit, getah dan kotaraya.

Walaupun sebenarnya tikus-
tikus ini asalnya dari tanah semak
lembah gunung.

Orang mulai takut pada
tikus. Di anjung selera
anjung senja, dan restoran
dibuat perangkap tikus.

Jadi, kalau sudah
diperangkap nanti dibiarkan
mati lemas di dalam sungai
atau laut lepas.

Sekalipun penangkapan
dikuat-kuasakan atas tikus
tapi tikus masih keluar masuk
sekalipun 'checking' di seluruh
negeri.

Jurucakap Tikus ketika ditemui
memprotes dalam satu Sidang Akhbar,
'Kami ingin diperlakukan
menurut Hak-hak Asasi dan
Pelindungan Warga Binatang.'

Kota Kinabalu
12 September 2013




Wednesday 11 September 2013

Pulau Layang-Layang (Lanskap)

Aku melayang di langit-Mu
tinggi sampai ke puncak Nabalu
bertenggek di dahan langit
sambil melebarkan kepak
lalu melayang turun ke pulau.

Lautan, hamparan nila
di pulau ini kau ditanya
apa yang kau bawa
pulang dari tanah daratan?

Pulau Layang-layang
bagai ibu setia menunggu
anak-anaknya pulang dari
rantau. Tenang dan berdoa.

Tiap senja ia akan melihat
langit, kalau ada gerak-gerak
dan isyarat. Kini ia baring saja
pasrah ke dalam juita malam.

Kota Kinabalu
11 September 2013


Tuesday 10 September 2013

Musim Menghalau Lalat (Malaysia)

Sekarang datang
musim menghalau lalat
orang menimbun sampah
di merata tempat.

Di ruang makan lalat
masuk dari jendela terbuka
dan pintu, lalu hinggap pada
hidangan di atas meja.

Ketenteraman Tuan Rumah
telah lama terganggu.
Kini mereka menghukum
menyerang dan membunuh
kerana lalat, binatang kotor.
Di udara mereka menyembur
racun, kemarahan tanpa ampun.

Dicari pelbagai cara
lalu membakar sarang lalat
dan menghentikan
lalat bersarang di atas tanah
membuangnya ke laut jauh.

Kota Kinabalu
11 September 2013



Pengucapan Kata-Kata* (Puisi)(Metamorposis)

Kata-kata seperti tindih-menindis
laut telah pasang, gelombang
mulai buas. Pantai berdebur
dihempas silih-berganti. Pohon
Pohon kelapa condong ditiup.

Kata-kata seperti lipan yang
menyorok di dalam kasut
di atas tangga di depan pintu.
Diam, sepi sepanjang malam
sampai menjelang siang.

Kata-kata seperti anjing yang
menggonggong di tengah malam
berkelompok dan meronda
ketika orang sedang tidur
setelah kelelahan sepanjang hari.

Kata-kata seperti sentuhan
tangan malaikat di hujung lidah
lalu turunlah doa-doa tak pernah
kering dari ucapan seorang mutaki.

Kota Kinabalu
11 September 2013





Angin Masih Bertiup* (Indah)

Angin masih bertiup
orang telah membuat
kesimpulan
bara api masih menyala
di musim kering.

Ketika membuat sekutu
di malam kelam
suaramu berbisik-bisik
sekalipun kau tak
melihat mata durjana.

Serigala telah berkeliaran
di hutan sukmamu
orang telah membakar
hutan. Kasih-sayang
telah patah sayap di
jalan pulang.

Kota Kinabalu
10 September 2013







Monday 9 September 2013

Serangkai Ingatan* (Indah)

Honiara
angin yang menuruni
lembah hijaumu
mendinginkan sukma.
Ratusan pulaumu
ingin mendengar
kasidah sebuah harapan.

Noumea
bulan bersembunyi
di sebalik bukit
di tanah pribumi
Hienghene
aku mendirikan tenda.

Port Vila
wajahmu makin pudar dan
berubah, akhirnya tak berwajah.
Tapi sukmamu masih
menunggu datangnya
tamu syafaat itu.

Kembi
wajah-wajah dari
dataran tinggi itu
adalah benih kau tabur
di malam rembulan
kini datang menawan
sebagai kekasih.

Canberra
aku keluar
membawa kunci
di musim gugur
menanti pulang
di musim bunga.

Kota Kinabalu
9 September 2013

Pulau Mengalum (Lanskap)

Matari Khatulistiwa dalam
berubah musim
kau, pulau di permukaan
Lautan China Selatan
ketika gelombangmu buas
menghempas, angin ribut
bertiup kencang ke tulang
punggung, kau bertahan
kerana Pulau Mengalum
telah di situ, sejak silam.

Pulau Mengalum, dalam
musim apapun ia selalu
di sini. Lambaian tanah
daratan memanggilmu
pulang bagai anak perantau.

Anak bulan, tergantung
di langit malam, Pulau
Mengalum bagai anak
yang terpaksa dipisahkan
dari pemergian seorang
ibu, dari tanah seberang.

Kota Kinabalu
9 September 2013

Sunday 8 September 2013

Mak Pulang (Mama)

Kelihatan dua ekor
kuda
mengunyah rumput
dalam hujan.

Hujan masih bertahta
senja hanyut ke dalam
malam.

Mereka telah tiba
di penghujung jalan
ingin pulang.

Pulanglah, di sini
rumahmu.

Kota Kinabalu
8 September 2013




Saturday 7 September 2013

Casa Capricornia (Boat people) di Sempadan Australia dan Indonesia. (Boat People)

Kau melihat memang indah
yang masuk ke dalam
Casa Capricornia
tak akan
pernah pulang
ke tanah leluhurnya.

Dari langit silam
ramai mengetuk pintu
merayu sehabis kata
bukalah pinta biar
sekali kami bermalam.

Kau penumpang malam
masih terpanggil
di Casa Capricornia
tanpa alamat
tanpa lokasi

Tanah benua seakan
berkata,'kamu tak diperlukan.'

Tolong, tolong
kami tak perlu apa-apa
jembatan kecil
ke daratanmuantaara laut .

Tolong, tolong
Kami telah berbaring
malam sebelumnya
malam sebelumnya
malam sebelumnya.

Kamu, pendatang malam
tanpa wajah
tanpa dokumen
tanpa esok.

Pertemuan di tengah lautan
impiannya kandas sebelum
sampai ke tanah benua.

Casa Capricornia
persinggahan di atas air
lalu membawamu
ke Pulau Nauru
sebelum kebas-kebas
kakimu hilang.

Kota Kinabalu
8 September 2013


Taman Pustaka* (Puisi)(Metamorposis)

Masa silam adalah masa silam
ia telah menjadi catatan di halaman sukma

Aku melihat jari-jari tangan ini
telah berubah kulitnya
tangan ini seperti tanganmu
tak pernah turun bertanam
atau menabur benih di tanah
pribumi.

Tiap orang punya impian
sekalipun hewan di dalam kurungan.
dan doa yang terkabul
impian yang telah disempurnakan
matari di langitmu
tak pernah pudar
demikian, rembulan, cahayanya
tetap berkilat hingga kau
menyentuh kiamat.

Pada langit aku biasa
bercanda turun kalam
dan aku belajar menulis dan
membaca lalu kau pun
belajar menulis.
Dalam sukmamu tumbuh
kecintaan pada dunia
huruf dan kalimat. Lalu kau
menulis bait demi bait
dalam bahasa puisi.

Khazanah ini turun kepadamu
kau melihat taman pustaka
di dalam sempadan itu
kau akan selalu aman dan damai
dan kalam ini adalah kepunyaanmu
menulis dan menulis.
Singgahsanamu, jauh ke dalam impian
matari harapan dan rembulanmu
galaksi dan orbit baru
membawa syafaat ke dalam sukmamu.

Kota Kinabalu
8 September 2013

Gambaran* (Indah)

Di bawah pohon kayu besar
matari mulai merangkak
dan hawa panas mulai
menyentuh bumi. Kelihatan
wap mengepul ke atas.

Burung-burung terbang
meninggalkan halaman
terbang melintasi langit
ke negeri jauh.

Di tanah belukar
ada ular sedang bertukar
kulit.

Siang bergerak
seperti biasa tanpa
menoleh.

Kota Kinabalu
8 September 2013

Membaca Sukmamu* (Indah)

Bagaimana harus
dimulai pada perbualan
supaya mengalir
tanpa tersekat

Melihat sebuah foto
mengundang kenangan
membaca wajahmu
seperti mengharap
hembusan angin
di tengah malam
musim kemarau.

Membaca sukmamu
seperti merenung langit malam
berbintang.

Kota Kinabalu
7 September 2013



Mesra Alam Di Gunung Rara (Cemar)

Di Gunung Rara bumimu
bagai diguncang gempa
langit siang merontah
gelombang udara menipis
lalu maut menyerap dan
menggenggam degup
jantungmu.

Di pinggir hutan siang itu
meluap dendam
kau menyelinap di celah-
celah hutan datang sebagai
petualang bermaksud
membunuh.

Di jalan sepi itu, satu demi satu
rebah. Nafas terakhir seperti
mengirim salam pada hutan
kelahiran. Meskipun kau
berpura-pura tak mengerti
dan menyembunyikan jejak-
jejak khianat dan menukar-
nukar warna pada wajah
tapi, alam raya dan langit
adalah saksi tiap tindakanmu
semalam.

Peringatan itu telah datang
terlarang kau membunuh
apa sekalipun alasanmu
kerana penghuni hutan jati
dan langit tak akan diam
membiarkanmu mendera
dan menyiksa dengan tanganmu,
apa lagi konspirasi
membunuh hewan dan menebang
hutan jati kerana nafsu serakah.

Khazanah ini turun dari satu
generasi ke generasi  akan datang
yang ada pada tangan ini tak akan
kami lepaskan. Tanah kasih-sayang
ini bagaikan darah yang mengalir
dalam tubuh. Suara-suaramu yang
meramaikan hutan belantara dan
bunyi kepak dan nyanyimu di langit
pagi dan petang, keindahan lembah
dan ketenangan lautanmu adalah
mimpi manis anak pribumi mencintai
kekayaan dan keindahan alam.

Kota Kinabalu
8 September 2013


Wednesday 4 September 2013

Panahmu Tak Sampai (Cemar)

Awal siang kau diperingatkan,
"Jangan melawan arus 
nanti perahumu terbalik dipukul ombak."

Orang di sini suka menonton
adegan kejam dan sadis.

Kau dibiarkan melayah di bawah terik matari
lalu dari sukmamu melompat singa jantan
siap mematahkan tengkuk tuannya.

Jangan kau keliru mimpi yang benar
mimpi-mimpi yang dicipta oleh musuhmu.

Benarkah, mereka bisa membakar
dari lidah api lalu membuat jerebu asap
menukar bumi dan langitmu gelap.

Lihatlah sekutunya, telah mencabut 
parang dari sarungnya.

Aku tak akan membiarkanmu
berlagak sebagai hakim dan menjatuhkan
hukuman lalu gema suaramu bergetar
ke seluruh hutan belantara, dan kau berpekik 'diam.'

Tapi, alam dan hutan belantara masih
terus bercerita seperti masa silam. Panahmu
tak sampai jatuh di depan, jauh dari sasaran.

Kota Kinabalu
5 September 2013







Tuesday 3 September 2013

Gubang (Mesapol)


Tadi, tebing tanah pusaka
runtuh jauh ke dalam.
Hari ini, hujan tak turun.
Kekadang hujan panas
yang sedang berjalan, cepat-cepat
menaruh carik rumput di telinga.
Ketika lalu rumah Si Badin,
sepi. Memang ia pemburu
pelanduk dan payau. Kini entah
ke mana. Orang tak mengetam padi.
Durong, telah dimakan anai-anai.
Sekarang bukan musim banjir
lalu, aku berhanyut-hanyut sendirian
membawa gubangku ke Kuala
Sungai Mesapol.

Gubangku, tadi
di laut kini di atas pasir.
Di Pantai Pelakat,
di bawah pohon
aku membuka bungkusan
tompeh dan ikan goreng.
Sendiri, tapi dalam sukma,
aku mengenangkan mama,
mengenangmu, Karuhai.

Kota Kinabalu
3 September 2013

Glossari kata-kata Kedayan, etnis suku Kedayan di Sabah, Malaysia.
* Karuhai-watak lagenda yang itaat kepada ibu
*Gubang-perahu
*Durong, tempat menyimpan beras
*mengetam-menuai
*Payau-rusa
*tompeh-pancake


Monday 2 September 2013

Kelupis (Mama)

Pada suatu siang menawan
diparuh kelapa dan diperah santan
baumu berbaur daun pandan
menipis ke udara masuk ke
halaman sukmamu.

Tiap tindakan mengundang kesabaran
kusentuh kau dengan pengayuh, manis
bicara dan sopan dalam gerak.

Ketika kau siap bagai pengantin akan
diijab kabul. Kau disatukan ke dalam
kawah. Lalu tangan-tangan kasih-sayang
ini membungkus dan melipatmu dengan
daun nyirik dan siap untuk dikukus.

Lai, aku kenal tanganmu
bertahanlah pada tradisi
tak akan kau lepaskan.

Kota Kinabalu
3 September 2013

* Kelupis, makanan dibuat dari nasi pulut dimasak dengan santan dan dibungkus daun nyirik dan dikukus. Kelupis bagi suku kaum Kedayan dan Jelurut bagi suku kaum Brunei.




Pulau Lankayan (Lanskap)

Namamu disebut dalam igau mimpi
terlentang di pantai pasir putih laut biru
memandangmu tanpa mengerdipkan mata
melihat kuda semberani datang dari titik
di horizon, berlari meluruh ke depan
melebarkan kepak dan aku penunggangnya.

Dari sukma muncul matari cahayanya tak panas
seperti suam air di hujung jari. Perlahan-lahan
lanskap bertukar warna, cahaya matari menjadi
hijau. Aku tak mengharap selebihnya.

Ketika menunggang kuda semberani aku
berkejar-kejar dengan bola matari kekadang
meluncur  sampai ke puncak langit samawi
lalu turun lagi ke bumi. Orbit tanpa sempadan.

Pulau Lankayan, aku menakluki sukmamu
dengan perutusan damai tanpa air mata.
Tiap kenangan tumbuh menjadi pohon cemara
di pulaumu.

Di pantai pulau ini kau datang dan pergi
meninggalkan warisanmu.

Kota Kinabalu
3 September 2013








Kiriman (Malaysia)

Seusai solat, matari baru muncul
dari semalam orang gelisah tentang
kenaikan minyak, disel dan petrol.
Lalu kamu mulai satu perjalanan
udara masih dingin segar
embun masih terperangkap
antara bayang pepohonan dan
semak belukar.

Kamu berkayuh dari desa
menguncing kotak yang
berisi buku antologi puisi
kesibukan jalan masih
sepi. Tapi, orang-orang
telah dikejutkan oleh
kanca siang kota metropolitan.

Fikiran melayang bersama
burung terbang sekawan
kamu terus berkayuh
apapun bila dilakukan
dengan kasih-sayang
dan kesedaran adalah
perjuangan. Perjalanan
12 km seperti belayar
mengikut arus.

Saudara, sukmaku puas
ketika kau menerima kiriman
ini.

Kamu senyum malu pada langit
dan deretan rumah-rumah
setinggan tanpa rupa
sedang sukmanya masih
tidur pulas.
.
Matamu melihat ke depan
langit masih mesra
matari bergusar lembut.

Sesekali kamu membaca langit
Tidak jauh dari sempang jalan besar
kamu memperlahankan basikal
lalu berrehat, meredahkan degup
jantungmu.

Anak-anak berdatangan
berfikir kamu penjual ais krim.
Kamu menjawab tenang
"Bukan."

Sambil mengipas-ngipas
dengan taula kecil
dan kekadang mengesat
peluh di dahi dan tengkukmu.

Ya, tak terlalu jauh
kamu dapat melihat, 
sukmamu damai
Pejabat Pos
di pinggir mata.

Tenang-tenanglah 
saudara-saudara.

Kamu menurunkan kotak buku
dari basikal lalu perlahan-lahan
seperti kau menaiki anak tangga
menempelkan kepak pada buku-buku
antologi puisi pada dinding langit.

Lalu angin bertiup kencang
langit menurunkan tangannya
membawa buku-buku itu
ke tanah-tanah jiran.

Sekarang berdiri sendiri memandang
basikal dan jalan pulang. Menarik nafas
sambil melirik ke kereta besar jendela
separuh terbuka, Petrol, naik lagi!

Kota Kinabalu
3 September 2013





















Sunday 1 September 2013

Masa Kecil Lain (Malaysia)

Kecil-kecil diajar berkawan
makan bersama duduk sama rendah
kalau bergaduh cepat bertegur sapa
berbaju seragam dan bersaing sihat.

Setelah dewasa makan sendiri
jarang pulang kecuali terpaksa
duduk jauh tak suka didatangi
kurang mengucap salam dan
kurang berkorban dan bertanya.

Sanggup menjolok rembulan
dan menggantungnya sebagai
tanglung di bumbung rumah
tak peduli apa orang kata.

Bahasanya tak berlapis-lapis
marah menenking, jiwanya
keras kerana yakin dilahirkan
untuk memimpin.

Kelemahan tak suka dicabar
tak boleh dilarang dan dinasihat
kalau ada ingin ia miliki sekalipun
melangkah ke taman larangan.

Kota Kinabalu
3 September 2013






Catatan Selepas Hari Merdeka (Kemerdekaan)

Satu kata bila diucapkan
dengan ketulusan adalah
taman menyembur wangi
ke dalam sukma.

Matarimu
seakan bercanda, hiruplah
biar rongga dadamu penuh
aroma menyentuh sampai
ke alam minda.

Seluas itu harapan
pada puncak langitmu,
di situ, selalu ada
impian semekar bunga.

Kota Kinabalu
2 September 2013

*Antologi Puisi Langit Sukma Di Malam Kemerdekaan









Saturday 31 August 2013

Salam Merdeka (Kemerdekaan)

Langit merdeka
gelombang nafasmu
bagai menyentuh sukma
malam.

Kau, galaksi yang
sedang ditemukan.

Tadi, aku tak melihat matamu
degup jantungmu mengirim
pesan hari esok.

Di tanah gembur ini
aku lahir.

Aku tumbuh menjadi pohon
di bawah langit dan matari.

Ceritamu adalah nadi
Karuhai
bintang malam berkilau.

Salam merdeka
adalah rembulan penuh
pada bumi
gravitimu mulai terasa.

Kaki
yang melangkah
bau tanah matari pagi
menyentuh naluri

Puisi-puisi ini adalah
huruf-huruf vokal
yang terkepung
oleh huruf-huruf konsonan.
 
Ketika dibaca
kau adalah awan
yang bergerak.

Burungmu terbang
melintasi benua-benua
malam dan menyongsong
mata angin di sukma
lautan.

Atau hujan ais batu
yang turun
mendadak
ketika kau dirundung
mimpi.

Salam merdeka
buatmu.

Kota Kinabalu
31 Ogos 2013

*AP  Bintang Sukma di Langit Merdeka.













Monday 26 August 2013

Kaulah Bintang Sukma di Langit Merdeka*(Kemerdekaan)

Ingin aku menjadi
burung Cenderawasih
di hutan jati Khatulistiwa
sekalipun hanya dalam
mimpi Kejora
di waktu siang
aku melihat rimbunan
warna, kelembutan
pada mata dan sukma.

Aku melihat gerak
langit malam tak pernah
diam. Kaulah, bintang sukma
menjadi penglipur lara,
pada nahkoda
di tengah samudera
musafir yang merindukan 
tanah leluhur.

Dalam naluri
ada gerak
pada firasat
aku menafsirkan
isyarat
kehadiran kasyaf
selangkah mendekati-Mu.

Kota Kinabalu
27 Ogos 2013

*Dikirim kepada DE pada 12 August 2015

*Antologi Puisi Langit Sukma di Malam Kemerdekaan