Thursday 27 June 2013

Malam Jerebu di Kota Rawan*(ALBDSM)

Malam jerebu semakin menebal
mimpi-mimpi tergilas
wajahmu kabur dan suaramu
bagaikan tergenggam.

Di kota rawan ini
janji-janji cendawan tumbuh
tercium bau lautan
perjalanan tak bertepi
Samudera menunggu
datangnya hujan malam.

Angin telah lama berhenti
berdesir. Rembulan menyisip
di celah-celah jerebu.
sendiri. Kota rawan ini,
nafasnya bagaikan terhisap
dan lumpuh. Matamu, merah
saga dan mulutmu adalah
mulut ikan yang tercunggap
di air kabut dan berlumpur.

Aku mencium bau hujan
bukan dalam mimpi
bunyi hujan dari jauh
lalu mendekat.
Malam jerebu
di kota rawan ini pun
berakhir.

UMS
Labuan
28 Jun 2013

*Antologi Puisi, 'Lirik Bulan Di Sukma Malam', Sabahuddin Senin dan Kamaria Buang, Borneo Top Publishing House, 2013


Saturday 22 June 2013

Hujan Jerebu di Langitmu*(UB) (Cemar)

Di wajahmu yang murni
kini menjadi kabut.
Udara menekan
jerebu dalam diam
memasuki ruang langitmu.

Di kotaraya berjatuhan
sekawan burung
sukmanya rawan
tak dapat melawan
kabus gelap yang
mengurung rongga dadanya.

Ini adalah musim jerebu
buatanmu
membakar hutan
merentas jalan pendek
serakah tanpa sempadan.

Di tengah malam
kau terbangun
dan melihat rembulan
menjadi gelap lalu
kelihatan seperti warna
gerhana menyeliputi
cahaya rembulan.

Aku menatap wajahmu
pucat dan matamu tak bermaya.
Ada yang masih berani dan
tak ambil kisah.
Bermain sembunyi
di tanah pribumi
terbakar hanggus.

Nusantara
hawamu khatulistiwa
tapi masih diciptakan orang
musim jerebu
siapakah membakar hutan
dan masih tak peduli.

Tenang-tenanglah langit
kau selalu menjadi saksi
sabar-sabarlah bumi
kau melihat kerakusan
dan ketamakan
bermaharajalela di
belantaramu.

Meskipun suara ini
seperti orang berbisik
tapi gemanya menusuk-nusuk
gendang telinga
dan merayau-rayau dalam
igau mimpi tengah malammu.

Aduhai, belantara rimba jati
ruh dari samudera lautan teduh
hujan dari langit samawi
turun dan menghapuskan
api petualang di malam durjana.

Aku tak akan berhenti bersuara
atau diam tanpa memperingatkanmu
kesabaran belantara rimba jati
kini telah bergolak.

Kota Kinabalu
22 Jun 2013


*Antologi Puisi, 'Lirik Bulan Di Sukma Malam', Sabahuddin Senin dan Kamaria Buang, Borneo Top Publishing House, 2013
*Tersiar Di Utusan Borneo 30 Jun 2013

Wednesday 19 June 2013

Darah*(ALDSM)

Aku menunggu dengan degup
tiap arah memandang seperti
memandang dada lautan turun
naik dalam tenang.

Tiap pintu yang dilangkahi
tiap peti kupangkah.

Malaria?  Pertanyaanmu selamba
Dah lama, dulu. Sepuluh tahun?
Diam.

Harapan masih rembulan penuh
sukma ini seperti danau di waktu
pagi beriak kecil. Perahu meluncur
pulang.

Tasmania, namamu disebut
kerana di pulau ini pernah
aku mendakapmu dan kerana
kasih di bumimu aku menitiskan
darah.

Sekarang di bumi pribumi ini
aku kembali menggembur tanah
di sini aku memeras kata-kalimat
untuk mendapatkan sari santan.

Kutatap mata doktor
menunggu jawaban.
Tiap puisi mengalir dari sukma
dan aku tak akan pernah lelah
membacakan kepadamu
tiap kata-kalimat ditulis
dengan merah pekat
nadi sebuah perjuangan
dalam perjuangan ada  pengorbanan.

Masih kutatap mata doktor
langit kabus perak
Bukan sekarang. Kamu masih
kurang sihat, penyair.

Tasmania oh Tasmania
aku mengenangmu
kerana aku begitu rindu
padamu, gunung Wellington.

Kota Kinabalu
20 Jun 2013

*Antologi Puisi, 'Lirik Bulan Di Sukma Malam', Sabahuddin Senin dan Kamaria Buang, Borneo Top Publishing House, 2013



Tuesday 18 June 2013

Derma Darah**(UB)(ALBDSM)

Bacalah puisi biar kami mendengar
aku melihat orang berdatangan dari pintu
lalu berpergian entah ke mana. Masihkah
kau ingin aku membaca puisi ini, meskipun
mereka memandang sekilas tanpa berhenti.

Aku mulai membaca puisi, tenang seperti
sentuhan gerimis ke dalam sukmamu. Kata
demi kata dilafazkan, suara orang kecil
membawa amanat kecil, bergema di dalam
plaza. Sesekali meninggi dan menurun dan
mencari tempat untuk hinggap.

Puisi telah dibaca entah yang ke berapa
kerut dahimu mencuba-cuba memahami
tiap kata yang melayang. Langitmu tak
mengharapkan gumpalan mendung atau
cahaya rembulan. Aku baca puisi dan
kau terpanggil.

Kota Kinabalu
17 Jun 2013
*Disiarkan dalam akhbar Utusan Borneo, 30 Jun 2013
*Antologi Puisi, 'Lirik Bulan Di Sukma Malam', Sabahuddin Senin dan Kamaria Buang, Borneo Top Publishing House, 2013

Friday 14 June 2013

Puisi Renung (Puisi)(Metamorposis) (LBDSM)

Aku tak lagi menegurmu
bait-bait puisi ini yang tertulis
di dinding zaman telah ditumbuhi lumut
kau pun tak mengindahkan
sekadar puisi seperti barang
yang tersorok
sesekali dikeluarkan dari
simpanan di pelosok gelap
berdebu.

Perlambangan yang tak terjangkau
kerana bahasammu adalah bahasa sukma
yang turun sebagai hujan
yang tumbuh sebagai pohon jati.

Kalau kata dan kalimat
dapat menggerakkan semangat
hidupmu, itu telah cukup.

Kita selalu berharap
supaya penantian itu
akhirnya menggerakkanmu bertahan.

Sebuah puisi bukan barisan kata-kata
yang dimolekkan di tanah bohong.
Kata-katamu
telah hanyut di samudera lautan
dan berkepak ke langit malam
kau pun mulai menyepi
di dalam guamu.

Kota Kinabalu
15 Jun 2013

*Antologi Puisi, 'Lirik Bulan Di Sukma Malam', Sabahuddin Senin dan Kamaria Buang, Borneo Top Publishing House, 2013

Wednesday 12 June 2013

Salam Terakhir *(ALBDSM)

Kau berdiri seperti pohon tirus
sedang meditasi
Semalam kapal ini belayar
dalam ribut angin samudera
bergelora. Kini laut telah tenang
langit kembali damai
kapalmu telah melabuhkan sauh
kali terakhir.

Aku mengenangkanmu
kau telah membawa malammu
yang tinggal adalah 
puisi-puisi sukmamu
yang berserakan belum
terkumpul.

Pentas telah lama sepi
labah-labah bersarang aman
di pojokan. Suatu ketika
suaramu bergema dan kelakarmu
menggelitik penonton dan sahabat
Aduhai, di lantai ini tubuhmu
dingin dan diam.

Kita pernah mengikut jalan ini
kini telah tumbuh lalang dan semak
belukar. Ketika  sampai di benteng
curam aku berkata, lihatlah Lautan
Cina Selatan, di sebelah sana ada
tanah semenanjung. Hanya selangkah
kau akan berada di tebing tanah itu.
Langit siang itu memandang tepat
ke dalam matamu,'selangkah.' Laut
bersahabat dan mengiyakan.

Aku mendekatimu
lalu menyebak kain menutup
wajahmu. Dan mencium dahi
dan berlalu.

Kau tak melangkah
seperti burung merpati
kau pulang senja ke sarangmu.
Pulang ke asalmu.

Kota Kinabalu
13 Jun 2013

*Antologi Puisi, 'Lirik Bulan Di Sukma Malam', Sabahuddin Senin dan Kamaria Buang, Borneo Top Publishing House, 2013

Sunday 9 June 2013

Puisi-Puisi Dalam Almari*(ALBDSM)

Telah bertahun-tahun
kau menghimpun
kata-kata sukmamu
yang diperas dan
titiskan di atas kertas.
Kesabaranmu
adalah gunung
yang bertahan.

Di dalam kata-kata
tersirat impian dan harapan
Kau telah mencapai puncak
kini menuruni lembah begitu
cepat dan nekad.

Kau melantangkan
suaramu, bergema dan
bersayap di pergunungan
jauh di lembah dan samudera lautan. 
Kaulah perindu pada kebenaran

Kebenaran adalah suatu yang abadi
tak hapus ditelan musim dan waktu.
Apapun demi kebenaran, perjuangan
kebenaran hakiki, manis sekalipun didera
atau dihukum dari musuh-musuh durjana.
Kebenaran, suara langit turun ke bumi
dan kembali ke langit.

Kau, petualangan kebenaran
membelakang segala hukum dan
martabat manusia.
Deralah tubuh ini sepuasmu,
kelentang-kelentung rangka tengkorak
maut mengintip senyap di sebalik daun pintu

Kau telah membaca puisi-puisi
tentang orang kecil yang didiamkan
suara yang terpinggir dan dipotong lidah
dan dipaku ke dinding sebagai peringatan.
Kegusaranmu dan ketidakadilan
yang ditimpakan ke atasmu mengganggu
tidur seorang penyair dan menjadi
bayangan raksasa yang menyiksa
lalu sukmamu siap turun ke medan.
Puisi-puisi pun mengalir sebagai tongkat
dan fir'aun-fir'aun gegabah, kehilangan akal
dan sukmanya tertebok.

Berdiri di depan almari, kau melihat
tenang puisi-puisimu dalam almari buku
lalu memandang keluar ke langit khatulistiwa
dan tanah pribumi.

Kota Kinabalu
10 Jun 2013

*Antologi Puisi, 'Lirik Bulan Di Sukma Malam', Sabahuddin Senin dan Kamaria Buang, Borneo Top Publishing House, 2013




Saturday 8 June 2013

Kunci Rumahmu*(ALBSM)

Kau telah melafazkan suaramu ke gaung
gemanya sampai ke seluruh penjuru
tak ada yang disembunyikan, jelas
seperti kaca kristal.

Kau telah menutup pintu dan menguncinya.
Dan anak kunci telah kau berikan pada orang
lain.

Langit tetap langit sekalipun kau melontar
kata amarah. Ketika kau bicara malammu tanpa
rembulan. Dalam mimpimu, komet hanggus
berjatuhan di langitmu.

Tapi, dalam diam, kau menghias
rumahmu menunggu kedatangan
tapak kaki dalam senyap membuka pintu.

Yang masuk dengan anak kunci
bukan lagi pendatang asing atau
tamu yang datang terlambat.
Bukan pula musafir yang kelelahan
dan tersesat jalan. Bukan pula
orang tua datang kerana rindu-
rinduan.

Yang jelas kau bukan sendiri
kamarmu menjadi saksi.
Siapakah yang menyelinap
dalam gelap dan kau berpura-pura
memejamkan mata?

Kota Kinabalu
9 Jun 2013

*Antologi Puisi, 'Lirik Bulan Di Sukma Malam', Sabahuddin Senin dan Kamaria Buang, Borneo Top Publishing House, 2013



Friday 7 June 2013

Tanah Berkat*(ALBDSM)

Aku pun tak akan menghitung hari,
minggu dan bulan. Di sini bukan
langit yang dibualkan. Tapi impianmu
yang tak menjadi.

Tiap hari kau menginjak dada bumi
di bawah telapak kakimu walaupun
begitu benih masih bercambah dan
tumbuh menjadi rimba.

Kesabaran bumi
menyingkap sukmamu
sekalipun jasad seorang raja zalim
terroris atau seorang Utusan Tuhan
sahabi dan mutaki.

Aku membisik padamu
tapi kau tak ingin mendengar
angin datang dan menjauh
berhenti dan mati di hujung tanjung.

Kota Kinabalu
8 Jun 2013

*Antologi Puisi, 'Lirik Bulan Di Sukma Malam', Sabahuddin Senin dan Kamaria Buang, Borneo Top Publishing House, 2013

Thursday 6 June 2013

Harapan*(ALBDSM)

Sejak aku menerimamu sebagai hadiah dari langit
tak pernah sedikitpun aku gusar sekalipun langit
tetap langit, ke manapun kau pergi di situ ada langit.
Aku cinta padamu seperti cinta pada langit dan bumi,
mentari, rembulan, bintang dan cakrewala.

Langit, Kau selalu menggenapkan harapan
kepadamu malam gelap menjadi terang
sedang kaki ini masih berdiri di atas bumi.
Pergelutan ini dipengaruhi waktu
keinsafan ini setelah ada kesedaran
perjuangan ini menjanakan kebenaran
di bumi merdeka.

Kota Kinabalu
7 Jun 2013

*Antologi Puisi, 'Lirik Bulan Di Sukma Malam', Sabahuddin Senin dan Kamaria Buang, Borneo Top Publishing House, 2013
*Antologi Puisi Kemerdekaan

Wednesday 5 June 2013

Kedamaian*(ALBDSM)

Kedamaian langitmu selalu teruji
kau bertahan hingga urat-uratmu
putus seribu, dan otot-ototmu
kejang dan meletus. Kau merontah
seperti gunung berapi
memuntah jerebu di langitmu
tapi kau tak pernah menyerah.

Kau tak akan tewas, sekalipun
hanya kau sendiri yang tinggal
dan terkepung oleh musuh-musuh
durjana. Sekalipun ini pertahananmu
terakhir.

Aku tak pernah iri padamu
yang mencapai kesempurnaan
tanpa melewati lorong gelap
yang sepi. Atau ke dalam hutan
dengan hewan buas berkeliaran
dan siap untuk menerkam.

Kota Kinabalu
5 Jun 2013

*Antologi Puisi, 'Lirik Bulan Di Sukma Malam', Sabahuddin Senin dan Kamaria Buang, Borneo Top Publishing House, 2013

Terbanglah Burung Terbang*(ALBDM)

Terbanglah burung terbang,
aku telah melepaskanmu
dengan kasih sayang dan
terbanglah, burung terbang,
kerinduan padamu adalah
seperti menunggu siang
bertukar malam dan malam
pula bertukar menjadi siang.
Ingin kupercepatkan waktu
dari siang ke malam
malam ke siang.

Terbanglah burung terbang
kau pasti pulang langit luas,
kerana setelah langit ada langit
setelah itu masih ada langit
dan langit itu tak akan pernah
kehilangan langit dan langit atas
langit.

Di belantara sepi itu kau
datang bukan membawa
kematian. Hutan jati itu
telah bernafas, berdenyut semula.
Terbanglah burung terbang
pedulikan musim silih berganti.
aku telah melepaskanmu dengan
redha.

Kota Kinabalu
5 Jun 2013

*Antologi Puisi, 'Lirik Bulan Di Sukma Malam', Sabahuddin Senin dan Kamaria Buang, Borneo Top Publishing House, 2013

Tuesday 4 June 2013

Penumpang Sukma*(ALBDSM)

Mentari masih mendakap kotaraya
belum ingin melepaskan
Pemandu bus masih mengejar
penumpang pinggir jalan
ke kota. Sesekali membunyikan hon.
Pembantunya memberi isyarat
tempat duduk masih ada.

Lampu isyarat, satu lepas satu.
Jalan ke kota tak semestinya
langsung ke terminal. Baru
saja menekan minyak harus
berhenti, kalau bukan
penumpang di belakang menekan
isyarat berhenti, ada penumpang
menunggu di depan stesyen bus.

Ada
lagu-lagu, menghibur penumpang.
Ketika dalam bus
boleh menunggang mimpi
jauh ke kaki langit.


Bus berhenti, di jalan panjang
sekumpulan penumpang masuk
9 wanita, bayi dan anak lelaki
dan anak perempuan, bukan
berdiri, duduk di tengah bus.

Kulitnya terbakar matahari
baunya, bau lautan. Gerak-geraknya
hati-hati. Dan waspada. Mulut mereka
kering dan lapar.

Bus terus
menyerbu kotaraya. Tanpa bertanya
dan peduli, penumpang baru masuk.

Tiap mata memandang
dan tak berkata apa-apa.
Aku pun hanya memandang
seperti memandang alam dalam
sesaat. Sosok-sosok tubuh ini
adalah orang kecil yang
mencari dinding untuk menempel.

Mereka ingin menempel pada langit
terlalu tinggi dan luas untuk dijangkau
mereka ingin menempel pada lautan
terlalu memabukkan dan berhempas
pulas mencari daratan. Mereka ingin
berteduh pada sukmamu walau sebentar
lalu meneruskan perjalanan nanti.

Adakah kau akan berhenti di tepi jalan
membiarkan penumpang sukma masuk
sebagai penumpangmu?

Kota Kinabalu
5 Jun 2013

*Antologi Puisi, 'Lirik Bulan Di Sukma Malam', Sabahuddin Senin dan Kamaria Buang, Borneo Top Publishing House, 2013



Monday 3 June 2013

Merayau di Langit-Mu*(AZB)

Aku duduk seperti di puncak Nabalu
memandang jauh ke dalam sumur waktu
melihat bulu-bulu sayapku jatuh satu
demi satu ditiup angin jauh ke belantara
hutan jati.

Selama ini apakah aku berkira-kira?
Aku pernah menjadi burung merayau
di langit-Mu. Dan turun di atas batu
kerikil dan lahan tanah gembur dan
lautan tanah sepi.

Aku melihat ranting-ranting di pohon
tumbuh tunas muda dan daun kering
terlepas dari gagangnya, melayang-
melayang dan akhirnya menjunam ke
bumi.

Kota Kinabalu
3 Jun 2013
*AP Puisi Religi (Grup Sanggar Kembang Langit), Qomaruddin Assa'adah, 4 Jun 2013. telah diterbitkan dalam antologi bersama  'Ziarah Batin', 250 halaman.

Tamu di Depan Tenda*(ALBDSM)

Tamu di depan tenda
mengucapkan salam.

Kau mendongak siapa yang
datang?

Tamumu tersenyum
membawa khabar suka.

Tamu di depan tenda
kini duduk makan sajian.

Nubuat langit  turun
kau mendengar tekun.

Tamu di depan tenda telah pergi
kau mengurut janggut seakan tak percaya.

Kota Kinabalu
3 Jun 2013

*Antologi Puisi, 'Lirik Bulan Di Sukma Malam', Sabahuddin Senin dan Kamaria Buang, Borneo Top Publishing House, 2013

Tujuh Ekor Burung Bangau (Suasana)*

Tujuh ekor burung bangau
di tepi tebing muara sungai.
Hujan baru berhenti
seorang ibu menutup
kepala bayinya
menyeberangi jembatan.
Aku berlari kecil
ke stesyen Bus.

Senja cepat mencair
kini masuk ke ambang malam
anak-anak ikan bergegas
pulang ke laut pasang.

Kota Kinabalu
3 Jun 2013