Friday 23 September 2011

Hujan Di Guadalcanal (Pasifik)

Bau hujan dalam udara
Pulau Guadalcanal basah
aku pun bersyukur
memuji langit.

Lama hujan tak turun
tanah di telapak kaki kering
musim kemarau bisik pribumi
dan masih menunggu bertukar musim.

Kini di lembah gersang
musim kemarau telah berlalu
gerak langit menurunkan
mimpi dan kasyaf.

Aku pun kembali
bagai fakir di riba-Mu
Ya Rabbi, kasihanlah aku
yang retak seribu belahan.

Hujan telah pun turun
aku perindu
tak menunggu lagi.
Damai.

Honiara
24 September 2011

Isterinya Dari Pulau Savo (Pasifik)

Isteri itu mendokong anaknya
menuruni anak bukit hilang 
antara  pepohonan pisang
ia tak beralas kaki, mengikut
jalan kecil menuju jalan besar
tanpa menoleh.

Ya, suaminya, pemanjat kelapa
yang pantas dan terbaik di desanya.

Isteri berkulit hitam coklat
jalan cepat sedikit
laut air pasang
ia tak menghiraukan
keindahan pagi
tadi ketika melintas
daun selebar tapak tangan
jatuh melayang di depan matanya
samasekali tak ia hiraukan.

Ya, suaminya berambut keriting kembang
gempal dan tak mau kalah ketika bertengkar.

Berulang kali isteri asal Pulau Savo ini
berkata kepada dirinya sendiri
nanti anak ini dititipkan pada
ibunya duduk di Kakabuna.

Gunung  berapi Pulau Savo berasap sedikit
tapi hati lembut isteri beranak satu ini tidak sedikit pun gusar.

Wajah suaminya timbul tenggelam
fikirannya pada pasar kecil di White River
tiap hari ia ulang-alek memborong dari pasar besar
dan menjualnya untuk  untung sederhana.

Tadi mereka bertengkar hal yang remeh-temeh
anihnya, lain dari hari-hari sebelumnya
ia melihat suaminya tidur tadi, dari seluruh badannya
tumbuh perlahan-lahan bulu, ia berubah jadi seekor monyet.

Dari kelangkangnya tumbuh ekor, mulai kecil dan memanjang
meliuk-liuk dan berbulu, dekurnya juga monyet
benar-benar seekor monyet-suamiku
sejenak isteri muda ini berfikir, 'Kasihan, monyet!'

Honiara
23 September 2011

Surat Cinta pada Kekasih*(ITBM)

Tiada kata kalimat ungkapan terindah
Tiada mantera, jampi sarana
Yang ada bintang gemerlapan di langit
Selain itu tiada apa-apa.

Panahmu hanggus ke dalam laut
Memang kau bukan sekutu.

Telah kaupadamkan api amarah
noda-noda hitam melekat
malam gulita lingkaran setan.

Dicari Malam Lailatul Qadar
Serakah dunia mengapong jauh
Kini kau menatap senja sirkah
Pengembara yang berpulang.

Tilawatkan tujuh bait-bait indah
tujuh pintu maghrifat samawi
Kau datang kepada-Nya
Pada kali yang terakhir.

Honiara
22 September 2011

*ITBM Jun 2015

Masapol: Nota Kaki Dari Nenek (Mama)

Ketika melangkah pulang
nenek memandang sekilas, Masapol.
degup nafasmu masih segar
segala pesanmu sampai
segala beritamu telah dibaca.

Masapol, genggamanku semakin kendur
pelukanku semakin lemah dibawa arus menjauh
datangmu tanpa paluan kompang
pergimu tanpa selamat jalan.

Masapol, mimpiku kesiangan
telah kucuba, segalanya hanyut ke muara.
Cintamu, Masapol masih jelapang hijau
dendammu telah jadi hakisan runtuh ke laut lepas.

Honiara
20 September 2011


Tanah Liat*(ITBM)

Tanah liat
tanah peribumi
setenang lautan damai
setinggi puncak gunung
seindah samawi
agung
suci
karunia dan
kerinduan abadi.

Tanah liat ini
di tangan kasih-sayang
terpelihara dan
terus dilindungi.

Tanah liat ini
keindahan kekal abadi
wujud yang sempurna
berteduh di halaman-Nya.

Honiara
19 September 2011

*ITBM Jun 2015

Penari Bertatoo (Pasifik)

Senja
di lapangan terbuka
sekelompok penari lelaki bertatoo
melebarkan dada, mengalai
mulai berjingkit ke  kiri, ke kanan.
suara korus sebagai latar.

Penari lelaki bertatoo
sesekali menyemak diri
ketukan kayu                           
mereka berkeliling, berhenti
sambil memegang bambu.

Senja luntur
mereka menceduk
memori yang keruh
mengauli adat-tradisi
yang semakin kendur.

Honiara
19 September 2011

Wanita Renbel (Pasifik)

Terjangan suara itu melambung
ke dalam udara panas malam
lalu melantun ke lantai tanah pribumi
bagai gelak anak beramai
mereka menyaji nasi bersantan
ikan dan sayur berkuah
aroma yang membuka selera.

Malam itu,
mereka bercerita seperti malam sebelumnya
berkumpul dan mengurut malam sampai ke fajar
kerdip-kerdip cahaya lampu kerosen
diterjang lembut angin laut
di sini, mereka duduk menganyam daun pandana,
menganyam sepi malam ke dalam dirinya.

Honiara
17 September 2011

*Renbel itu singkatan Pulau Rennel dan Pulau Bellona di Solomon Islands. Penduduknya dari etnis Polynesian.


Lelaki Tua Guadacanal (Pasifik)


Lembut Sutera Pagi
di atas bukit menghadang ke laut
Pulau Savo dan Gela jernih tanpa kabus perak
lelaki tua Guadacanal bertongkat datang menyapa.

Raut wajahnya terhimpun
cerita-cerita yang tertimbus
ranum dalam sayat usia
sekalipun begitu ia masih bisa tersenyum
kulitnya  coklat hitam berkilat
ia bersuara ramah, tangannya bergetar sedikit.

Aku lahir dua tahun sebelum
perang dunia kedua usai.
Masa meriah kemerdekaan
aku telah berkeluarga
baru tahun tadi
isteriku pulang ke alam baka.

Lelaki tua Guadacanal
anak pribumi sarat mengilap masa depan
ketika perang etnik di hujung kurun
tidur malamnya gundah dan kacau
abu perang jadi debu beringat
yang menganggu jalur gemilang.

Pekat sisa pinang dan korokua pada celah gigi
ia masih mau mendengarkan ceritanya
sekalipun mendengarnya telinga asing
rokok, katanya. Tangannya mengambil lemah
memandang ke langit,  mentari masih ramah
rokok Pall Mall dibuang pontongnya.

Mentari senyum pudar
tembakau tadi dimasukkan ke dalam berkas plastik
perlahan dan hati-hati.
Ia mengambil secerik kertas buku
menggulung tembakau
setelah puas ia mendekatkan wajah
membedik macis pada rokok yang melekat
pada bibirnya
menghisap puas, suaranya bercerutu,
diam-diam beredar.

Ia adalah lelaki  tua Guadacanal
mentari lembut, laut Guadly berkaca
aku baru mengenalnya dalam setitis lebah madu.

Honiara
16 September 2011

*Perang Ethnik antara etnis Guadacanal dan Malaitan  dari tahun 1999-2003 meninggalkan peristiwa berdarah.

Honiara Kelabu (Pasifik)


Honiara
di pinggir jalan berdebu
deretan kedai runcit
ia duduk sabar meniti siang.
Bus White River, King George VI, Naha dan Kukum
mundar-mandir sibuk menggoda penumpang.

Honiara, sekalipun mentari mengupas kulitnya
ia tak pernah mengeluh,
kerana di kotak meja
ada rokok Pall Mall, pinang muda, serbuk kapor dan korokua
menunggu langganan merata dari atas ke bawah.

Honiara, kota pinang merah, jernih selalu langitnya
gadis berseragam, langganan baik
mengopak pinang muda, mencerca kapur
mengunyah korokua sambil meludah
langit berputar, Honiara, merah pinang
ketagih.

Honiara, selalu merah.

Honiara
16 September 2011

Apakah Ceritamu? (Pasifik)


Segumpal malam
tergantung
di bumbung langit.

Apakah ceritamu hari ini?

Merenung
butir-butir bintang
ke sasar
di hujung malam
di lantai itu
ia terbaring
memandang sepi
berlabuh.

Apakah ceritamu hari ini?

Pada malam malaikat bercanda
pelaut mencari bayangan
sebuah daratan
katamu, kelambu telah digulung
jendela dibuka
tabir hari tersingkap sudah.

Apakah ceritamu hari ini?

Honiara
13 September 2011

Detak Waktu*(ITBM)

Kulihat bulan yang gundah
bintang menjauh dalam resah waktu
melihatmu dalam mimpi kejora.

Kulihat tapak-tapak kaki
hilang dalam lembayung senja
memeluk-Mu dan sirna.

Aku masih di sini
membiarkan siang berkelana
malam saksi
kerinduan yang mekar.

Doa-doa rindumu bersayap
masih berpegang janji
aduhai kejora
Kau masih belum terlambat.

Honiara
11 September 2011

*ITBM Jun 2015