Saturday 5 January 2013

Ini Aku (Ketuhanan)

Biarkan katamu jadi mentera, berulang-ulang diucapkan
aku tak akan datang membisikkan sebuah hajat sekalipun
terdesak. Aku telah mendengar guruhmu di langit mendung.
Tak perlu kalian, biarkan aku sendiri, aku telah melangkahi
benua dan lautan samudera. Di sini aku mencium tanah ini,
harum dan airnya manis, sedikitpun aku tak akan takut
apa lagi gusar memasuki hutan halaman tempat bermain.
Aku mengenal betul dari paras laut, ke pantai  dan kaki
banjaranmu sampai ke Kinabalu. Kau tak akan mengabui
mata dan menguris sukmaku. Keras dan kasar suaramu.
Kau mencipta hukummu sendiri. Aku bukan burung tiung
yang menurut dan meniru kalimat kotor dan sumpah sarana.
Aku lahir dari bangsa beradab. Kedua orang tuaku orang
berbangsa. Sekalipun kau melontar tombak-tombakmu
bagaikan halilintar yang turun  di dalam kegelapan malam
aku tak akan undur setapak, apa lagi berpatah semangat.

Biarkan, aku sendiri melangkah di batu-batu kerikil,
tanah bukit dan jalan berpaya. Tak perlu rasa kasihan
kalau itu dilontarkan dengan muka sinis dan menghina.
Gazelku, bukankah kita bersama pernah di tanah asing
melangkahi sempadan dan memasuki daerah keras dan
rawan? Kata-kata, kau memang saudara kandungku,
yang lahir dari sukma ini, dan kau adalah huruf-huruf
yang jadi ribuan kata-kata berdiri siap-siaga di sepanjang
serambi urat dan nadi. Takut, tak ada dalam kamus diri.
Kerana Tuhan telah meniup ke dalam huruf-huruf dan
kata-kata ini telah Kau anugerahkan sayap dan hikmah,
bermain-main di lembah kasyaf. Sekarang aku tak akan
membutuhkanmu, hanya Tuhan, Tuhan Rabiul-Alamen.

Kota Kinabalu
6 Januari 2013
*AP BBSS




No comments:

Post a Comment