Tuesday 28 August 2012

Nusantara (Boat People)


Masa silam itu telah tenggelam ke dasar lautan
Pulau Bidung, bualan terserempak dan sindiran
Lautan China Selatan, Lautan Pasifik atau laut
Afrika, jalan masuk ke benua Southern Cross
dan Eropah raya memburu impian dunia baru.
Ketika orang politik berhujah, mengirim armada
dan menembak tepat ke jantung pendatang malam.
Tiap hari mereka bergembar-gembor menabur
benci menjolok kedamaian langit dan samudera
lautan. Datang berita di lautan akan didirikan
rumah kaca, Pusat Penahanan baru, kerana perang
masih, regim diktator bergayut pada dahan dan
tanah sejengkal di hari-hari terakhir. Malam makin
panjang, Nusantara, pintu-pintu masuk ke benua
baru. Kau telah diberinama Pendatang haram,
Boat People, pendatang malam tanpa dokumen.
Ketika taufan lautan menenggelamkanmu, biru
laut menjadi kain kafanmu. Kau tumbuh sebagai
bunga Carol. Nusantara menjadi tebingmu berpaut.


Canberra
Ogos, 2012



Monday 27 August 2012

Mimpi (Boat People)

Ada berita dari kejauhan
samudera masih bergelora
langit tenang cepat bertukar
wajahmu Pasifik tetap ramah
desir angin masa silam lembut
pulau-pulau dan pantaimu
menggoda masa silam dan
penumpang malam mencari
benua baru sekalipun ia harus
menantang maut dan akal licik.
Perang masih meletus di daerah-
daerah jauh di pusat bumi.
Angin kering datang membawa
ratusan dan malah ribuan kaki-
kaki longlai dan rambut kusut
mencari suaka. Di pulau ini,
penduduknya sibuk mengganti
atap sekolah lama, membongkar
dan mendirikan Pusat Penahanan
yang baru, kayu dari hutan jati
kepulauan Pasifik. Dulu, ia adalah
sekolah dalam serba kekurangan.
Penumpang malam yang pernah
bermukim di situ  gelisah setiap
malam tiba. Jelas, mereka tak
pernah bermimpi dan harapannya
selalu terperoyok dan mati akal.
Sekarang akan dibuat sedemikian
hingga penumpang malam bisa
bermimpi dan menembus harapan.

Canberra
2012

Wednesday 22 August 2012

Pertanyaan di Pusat Penahanan (Boat People)

"Tabik Ofsir,
pertanyaanmu begitu terus terang
dan sangat sistematik."

Sehina dan semiskin
kau masih bisa memanggil
bumi ini tanah lelohormu.
Di sini, kau dilahirkan dan beri nama
dari bangsa yang beradab.

"Negaraku, ofsir, hanya sekeping kertas
telah hanggus
daftar namaku ikut menjadi abu."

"Dulu, sungai itu penuh air
sepotong kegembiraan kami.
Sekarang tohor dan berlumpur."

"Lihat,

ikan-ikan bergeseran dan menggelepar
mencari alir keluar, terperangkap.
Itulah kami.
Maut meloncat di sana sini."

Segala bukan rahsia:
penyataan kami ikut meminggir
dari mulut-mulut mereka keluar
raksasa: tak terkawal
memuntahkan api belerang.

Inferno.
Itulah negaraku
terlalu berat mengaku
kebiadapan yang nyata.

"Tabik ofsir, sekarang, aku
tanpa negara, tanpa wajah.
Kotaku telah ranap
udara menuba.
Jasad dan sukma ini,
kehormatan yang tinggal."

Canberra
23 Ogos, 2012




Tuesday 21 August 2012

Banyak Hal Tak terduga (Boat People)

Banyak hal tak terduga
datang dalam diam dan senyap
tanpa sedar terasa terhukum.

Tanah kasih sayang ini
berubah menjadi kubu-kubu
dalam peralihan waktu.

Ketenanganmu telah
mengepul hilang
dalam udara kering.

Ketika terpulas
ia membanting terus
bualnya: dari degung lalat
menjadi letusan api
menyala
dan tak dapat dipadam.

Tangismu
seperti mericah
di anak mata.

Bencana
tercium di udara
langkahmu
makin kendur
sempadan menjauh.

Gerbang kota purba itu
teruji sekali lagi
oleh ribut angin.

Bagai bumimu
kehilangan mentari
malam pula kehilangan
rembulan.

Kau hanyut
bagai debu diterbangkan
angin
menjadi penumpang malam
mencari suaka
terdampar di Pusat Penahanan.

Honiara
22 Ogos 2012







Aid Mubarak Dalam Sederhana. (Ramadan)

Tahun ini
seperti tahun sebelumnya
tak ada foto, yang ada
segulung kenangan
hidangan sederhana
tanpa resepi
cuma ada teman
dapat berbual lama
dan diajak makan.

Di langit petang
ada anak bulan
menitip salam
Eid Mubarak.

Alam tenang,
seadanya,
tanpa ada kejutan
atau kelebihan
pada warna
dan kelip cahaya.

Kesederhanaan
dalam langkah
dan perbualan.
Kesederhanaan
dalam kata
dan kalimat.

Honiara
Solomon Islands
22 Ogos 2012

Monday 20 August 2012

Mimpi Isteri (Boat People)

Dari udara ia seperti pohon mati kelabu
yang hanggus dan mimpi-mimpnya tersepak
seperti bola di kaki anak-anak jalanan.

Di pinggir kota, tiap rembulan penuh
matanya selalu tertuju ke arah pintu
menunggu salam pendatang malam pembawa rahmat.
Anaknya telah tumbuh ikut menempel kota purba
ketika kota berubah ia ikut bersama longgokan sampah.

Ia melihat suaminya dalam mimpi, berdiri dan melambai
di atas sejengkal tanah di sekelilingi air
suaranya tengggelam timbul tak jelas.
Sebelum bual mereka habis sebuah gelombang
setinggi bukit bergulung ke arahnya. Terlalu besar.

Canberra








Sunday 19 August 2012

Pulang (Boat People)


Berapa musim telah berlalu
awal syawal di langit 
sungai Tigris dan Euphrates 
tak berubah cuma airnya kurang.

Terasa hujan menitis
pada siang jerebu
aku pulang dan 
menciummu, Mesopotamia.

Semalam aku telah berlari 
menyongsong angin
-sepantas kuda 
menerjang ke depan
tanpa sempadan, 
menerobos ke dalam lautan
menipis ke samudera langit
berteduh di rembulan
turun dalam cahaya
di kepulauan pasifik.

Tak perlu keramaian 
di lapangan terbang.
Dari telefon lalu turun
ke mulut sampai 
ke gerbang kota purba.

Gazelku, 
kesabaranmu, 
telah hijau
dalam matamu
mata yang tak pernah meminta.
Aku telah membunuh 
raksasa itu
dan sekarang,
aku pulang kepadamu.

Canberra
20 Ogos, 2012











Thursday 16 August 2012

Burung Serindit Terbang Dua Arah (Boat people)

Dua sahabat menunggu malam tiba
telah berhari mereka mengurung niat
melihat saja gunung berbatu curam
Ramadhan sarat menunggu anak bulan
kota kelahirannya telah menjadi angin
kekadang datang berbisik ke daun telinga
burung serindit terbang dua arah
maut menerja di lorong-lorong kota
perintah berkurung telah diumumkan
Timur Tengah dalam pecah ribuan Krsytal
jalan-jalan ke sempadan telah ditutup
penumpang malam masih mencuba nasib
bulan suci Ramadhan pengabulan doa.
Dua sahabat menunggu malam tiba
berlari sambil menangkis desing peluru
mata awas: periuk api di telapak kaki
igau mimpi mereka semakin panjang
mencium bau lautan dan angin benua.

Canberra




Aid Mubarak 2012, Mesapol (Ramadan)


Mesapol, aku berdiri di halamanmu
mentari Eidil Fitri terpencar
di atas bukit, jalan ke Weston.
Ramah alam: ‘Id Mubarak
hutan sekeliling berhias
hijau berkilat keemasan
burung terbang sekawan
lagu raya berkumandang
pokok getah cuti berkemas.
Sejak beberapa hari dapur
berasap memasak kelupis
tiap malam kunang-kunang
tersangkut di dahan-dahan
menjadi tanglung-tanglung
menerangi malam Lailatul Qadar.
Harum bunga kenanga dan melati
dalam udara menyerap ke dalam
sukma di malam-malam tarawi
Mesapol berdandan dan berinai
malam itu, sungaimu mengalir
membawa salam ke setiap pintu
rembulan dalam mimpimu.
Di sini aku masih mendengar
suara-suaramu yang hinggap
di anak bulan dan panggilanmu
titis madu di hujung lidah
sesekali kau menyebut nama
aku mendarahi lidahku.

Honiara
17 Ogos, 2012

Wednesday 15 August 2012

Renungan (Boat People)

Asalnya sebuah sekolah di pulau phosphate
kini Pusat Penahanan penumpang malam
bermimpi meraih tebing pantai benua
terdampar, dan terlantar.dalam panas lautan.

Sekalipun dikirimkan kapal perang dan satellite pengintip
dan wang saku laporan tetap gerak-gerak angin dan lautan
penumpang malam masih berdatangan
seperti kalkatu di malam kelam memburu cahaya lampu.

Suara politik didengar bagai dentum guntur
mereka bersorak dan berasa: ini tindakan tepat
dan memperingatkan mereka di benua ini
penumpang malam itu wabak dan tikus-tikus perosak.

Apalah makna sebuah doa di hujung minggu
sedang yang terlucut dari lidah bahasa keras
mendorong mereka menjadi pelampau kanan
membelakangkan bangsa berdaulat dan bermartabat.

Canberra




Tuesday 14 August 2012

Ia Menemukan Kepaknya Kembali (Boat People)


Beberapa hari ini, ia diam tak berkata walau sepatah pun
ia duduk melihat keluar jendela: jelas ia telah melayang di langit
melihat ke bawah samudera luas seperti hamparan sutera biru
berada di udara bagai malaikat: orang berkedudukan.

Ia masih tak percaya dan menduga sambil memejam mata
dirinya terbiasa dikejar-kejar dan matanya telah biasa menunduk
di pulau ini ia belajar bahasa supaya sopan dan berbudaya
dicubanya bermanis muka dan mengucap "hello".

Semuanya telah jauh dibelakang, ia meraih kemerdekaan
kapal kayu sarat penumpang malam, gelora samudera menelur doa
lenggang langit sukma terhukum: pantai kesasar jauh
tanpa monumen dan upacara selamat datang.

Nauru, kini jauh ke bawah sebagai titik: ia adalah orang terakhir
di jalan keluar ia menoleh ke kamarnya kali terakhir
seperti ia tak percaya tiap pintu dibuka: setiap langkah
menemukan kedua kepaknya kembali: Berdaulat.

Pusat Penahanan Nauru telah kosong dan sepi sementara
suara-suara penumpang malam telah pergi
tapi mereka akan terus membina 'pagar-pagar'
dan memasang loceng isyarat di setiap pelabuhan dan daratan.

Terlalu besar makna sebuah kebebasan
menemukan wajah dan terbang berkepak
berbumbung langit dan berdiri tegak menunggu tamu di rumah sendiri,
di lapangan terbang atau di pelabuhan.

Canberra

Monday 13 August 2012

Penyelesaian Pasifik (Boat People)

Ketika mereka menitih jembatan
masuk ke dalam kapal kayu
mereka tak saling menatap
dan tak saling menegur.

Penumpang malam
bergerak di dalam gelap
menurut tanpa komentar
duduk patuh tanpa disuruh
dalam diam sukmanya
berdoa kali terakhir.

Perjalanan melelahkan
dari tanah lumpur
batu kerikil tajam dan tanah curam
ranjau, lembah maut
gaung gunung
musim silih berganti
hujan panas
dingin yang menusuk
penipu dan
janji muslihat tercampak
di tengah jalan.

Di rahang lautan
kapal kayu sarat
bermain sembunyi
antara gelombang
samudera
di bawah langit
Southern Cross.

Setiap kali
gelombang meninju
kapal kayu
terbanting jauh
antara gelombang,
sesaat injin mati
terasa perjalanan ini
telah berakhir
perjuangan yang kalah.

Di celah-celah gelombang
kapal kayu berlenggang
terpukul ke kiri dan ke kanan.
Pelabuhan terakhir
telah jauh ditinggalkan.
Pulau-pulau telah
bersembunyi ke dalam
kegelapan malam.

Tiap lenggang
dan bunyi injin
tangan menggenggam
yang tercapai
dan degup jantung melaju.
Pada penumpang malam ini
jauh di dalam sukma
mereka tau: "Untung sabut timbul."

Dalam kepungan bahaya
di situ timbul persaudaraan.
Terhimpun satu paduan suara
dari pergunungan
Hazara Afghanistan
angin gurun Iraq
desa perbatasan
Iran
delta Mekong
pulau Serindip
dan lagu dari Myanmar.

Kapal kayu melaju
di samudera
Pasifik.
Melihat Southern Cross
di langit malam
sekalipun terasa jauh
penumpang malam
masih bisa tersenyum.

Gelombang samudera
biar sebesar gunung
lenggangmu seluas Pasifik
pasti arusnya akan
membawa kami
ke Pulau Christmas,
Pulau Manus PNG,
Nauru
dan
ke benua impian.

Canberra

Friday 10 August 2012

Menghitung hari di Pusat Penahanan (Boat People)


menghitung hari
dalam sebuah kamar terasing
duduk melihat urat tangannya.

degup jantung
perlahan dan melemah
matanya kehilangan cahaya.

dunia terperosok
di bawah tapak kaki
berulang-ulang
ia menghitung
dari satu ke seribu
seperti menghitung
bintang di langit malam
berhenti
diam.

sesekali
telinganya menangkap
gurau senda
tapi, ia tak bereaksi.

matanya
masih lekat
melihat urat
tangannya
berakhir pada
degup jantung.

hawa
di luar panas.

ramai
adalah jumlah angka.

suara itu makin menjauh
dan ia mulai tak mengenalnya.

sebuah titik
adalah perhentian terakhir
urat ini
titiknya di jantung.

hening
kau terus memanggil
aku tak menjawab.

menghitung hari
dalam sebuah kamar terasing
duduk melihat urat tangannya.

mentari turun
menjadi gumpalan cahaya
menyerap ke dalam
urat sampai ke jantungnya.

 Honiara
11 Ogos, 2012

Tuesday 7 August 2012

Nota dari Pusat Penahanan (Boat People)

waktu memang tak pernah diam
bergerak terus ke destinasi
kekadang banyak pula berhenti
berputar dalam lingkaran
tanpa hujung
tiap siang itu
penungguan tak bersayap
pulau-pulau tenggelam
dalam tempurung memori
tapi, perang dalam hati
masih belum redah
dan tak tertawan.

setelah terlambung
dan tergulung
dalam gelora lautan
rindu pada pantai
pada tanah
sempadan makin menjauh
di kaki langit
ia sebutir batu kerikir
di samudera luas
tanpa negara
terasa tak terjangkau
dunia, sumbu api
yang padam.

ia melangkah
tanpa menoleh
bulan baru
di rahim langit
langkahnya terhenti
di depan pagar berduri.

Honiara
8 Ogos, 2012

Thursday 2 August 2012

Mengapaimu Ramadan 2012*


Cahaya Ramadan turun
ibu tua di anjung
jiwanya tetap segar
sekalipun otot-ototnya melemah
kekadang hp berbunyi
suara rindu dari jauh.

Berkali-kali
matanya mengiyakan
lidahnya bersyukur.

'aku mengapaimu.
sekalipun dengan fidiya.'

Ramadan Al Mubarak
hadir di nadinya
mengalir tenang
dalam pembuluh darahnya.

Terasa kakinya melayang
matanya semakin tak awas
dingin berselindung di pojok
paru-parunya.

Ramadan Al Mubarak
kedatanganmu
dirindukan.

Honiara
3 Ogos 2012