Saturday 30 November 2013

Serah Keris* (Mama)

Malam itu
kau bersembunyi
penantian yang gelisah.

Remang bulan
kau muncul
dari kembang
bunga di taman

Menyelinap
ke dalam malam
rembulan sarat
dan terpanah.

Kedua mempelai
datang menghadap
bapa mertua
dengan keris bersampul
sapu tangan putih.

Kota Kinabalu
1 Disember 2013




Kata Batu* (Kata)(Metamorposis)

Kau yang bilang,
aku batu di lereng bukit
bergolek ke tepian jalan
kau terus memanggil
aku batu di tepian
kekadang terbawa
ke seberang.

Bacalah menteramu di-
seluruh pintu hingga ke-
halaman mimpi

Permainan ini masih
belum berakhir
sekalipun anginmu
kehilangan kuasa.

Sekarang kata-kata ini
bertukar wajah menjadi batu
lalu menjadi gunung.

Lalu impianmu dimakan bulan
gemuruhmu, gema sebentar.

Kota Kinabalu
1 Disember 2013

*Puisi ini dikirimkan untuk antologi  pertama Kosas yang dikumpulkan oleh Shirley, Disember 2013

Friday 29 November 2013

Kekuatan Kata* (UB)(Kata)(Metamorposis)(Terbit)

Kau bilang sekarang musim gugur
dinginnya bukan main sampai ke hulu hati
pergi carikan kayu api menjadi bahan bakar
menyempurnakan suatu siang yang gemilang.

Bayangkan bahan api telah hanggus dan
menjadi debu. Tapi kau masih meminta.
Hutan telah hanggus, gunung masih berdenyut
dan melontarkan belerang ke langitmu. Burung-
burung sukma merontah terbang melayang
cuba membebaskan belenggu graviti dari
kedua kaki.

Lalu kau bilang tiada apa-apa yang tinggal
selain pohon-pohon kata yang telah tumbang
ke bumi. Kau pun mulai membakar kata-kata.
Tiap kali kehabisan udara, dihirupmu supaya
paru-paru penuh. Dari mulut, kau muntahkan
kata-kata menjadi bahan api yang bukan-
kepalang panasnya.

Herannya, ketika panasnya hampir-hampir
seperti matari, kata-katamu mencair menjadi
air dingin yang mendinginkan tanpa musim.
Lalu keramaian hutan kembali dan langit penuh
dengan burung-burung terbang.

Kota Kinabalu
30 November 2013

*Tersiar Di Utusan Borneo 30 November 2013





Kata-kata sebuah anugerah*(UB) (Kata)(Metamorposis)(Terbit)

Kau telah tidur menguliti kata-kata
menanggalkan kulitnya.

Kau menunggu bunyi hujan turun
sepanjang hari.

Dengan kata-kata kau menciptakan
rembulan, pelangi, angin, ombak dan
kapal dan satelit dan senjata bisa
menembak tepat ke sukma cakerawala.

Dengan kata-kata, anugerah memartabat
bangsa dan menawan bintang kejora.
Kau masih merasakan seperti orang
berjalan dalam gerak perlahan sedang
bunga merah ditabur berjatuhan di atas
kepala dan seluruh tubuhmu. Kau puas.

Yang herannya, kata-kata dalam  lakaran
memorimu makin kecil dan kurang.
Walaupun begitu kau masih boleh
bertanya dan menerangkan. Sekalipun
esok, kata-katamu sirna tenggelam ke-
dalam samudera lautan sukmamu.

Sejak itu kau diam, melihat gerak dan
perubahan musim tanpa berkata-kata.
Lalu suaramu mengiyang-ngiyang
dan gemanya naik ke atas. Hujan
pun turun sebagai jawaban. Kalau
kau benih yang bercambah yang
kehausan tepat pada takaran air
yang turun, matari mengirim salam,
cahaya bersambut. Kau dibebaskan,
gerhana telah beralih.

Kota Kinabalu
30 November 2013
*Tersiar Utusan Borneo 30 November 2013



Thursday 28 November 2013

Menafsir dan terlepas dari graviti*(UB)(Terbit)

Senja menggulung siang
malam turun bagai maharaja
ketika taufan angin, pecah gelombang
gemuruh hutan
suara tersekat di halkum.

Selepas fajar,
siang bagai telur menetas
buat sehari ia kumpulkan
kata-kata secukupnya
lalu diam.

Menjelang senja
musafir di tanah gurun
perlahan-lahan terangkat
ke atas, terlepas dari graviti.

Kota Kinabalu
28 November 2013

*Tersiar Di Utusan Borneo 30 November 2013





Wednesday 27 November 2013

Totok Ugai (Mengajat budak-budak)*(mama)

Tok tok ugai
ugai si duyung duyung
mana ambok ba ugai
atas kepala duyung.

Umpu umpu bulan
natuk ke tailand
minjam kupedang
pa natak buku bulu.

Kanapa buku bulu
titian ke seberang
kenapa ke seberang
menangkap ayam tukong.

Kanapa ayam tukong
kan ubat dayang pingai.
kanapa dayang pingai
terhantuk bibir perahu
di mana ta antoknya
ditundun sua-sua
berapa banyak darahnya
saipang ngarah-ngarah.

Unja-unja papan
papan tak ngiu-ngiu
nenekmu lambat datang
membawa salai hiu.

Unja-unja papan
belapik daun bulu
lakinya dua lapan
binimu dua pulu.

Sikiang angkang-angkang 2X
pianai merah mata.

Bit-bit uting
uting tak ngiak-ngiak
siapa kepedasan
naik di rumah tinggi
rumah siapa
rumah pianai merah mata.

Kota Kinabalu
28 November 2013

Angin Dari Gurun*(UB) (Indah)(Terbit)

Mari mengorek lubang
dalam-dalam sampai ke pusar bumi
tempat kita bermain sembunyi.

Gelap langit, gelap rimba, lautan
samudera dan halaman bermain.
masuk ke dalam, dalam lagi dari
perigi buta.

Gelap, gelap kita bermain
kita buat langit di dalam gelap
dengan bintang-bintang gemerlapan,
ada bintang Kejora dan bulan Purnama.

Di sini aman, ular-ular telah
membuang bisa dan kalajengking
dan lipan dapat dibawa bermain.

Di luar sana, langit terbakar
matari ditelan gerhana, angin dari
gurun membawa
bau hanggus dan sukmamu
warna kelabu debu.

Kota Kinabalu
28 November 2013
*Tersiar Di Utusan Borneo 30 November 2013



Sunday 24 November 2013

Penyataan Tulus Seorang Pelukis*(Suasana)

Gong dipalu rentak iramamu bergema
di lembah ini,
Kundasang
bagai gadis peribumi dalam barisan
selamat datang tamu dari jauh.

Langitmu bagai sapuan tangan seorang pelukis
di atas kanvas lembut dan wajah Nabalu
bagai seorang Emperor berdiri di beranda istana
mengangkat tangannya padamu.

Garis dan bentuk pada lanskapmu anggun
tanah peribumi ini ada gema masa silam
tragedi sebuah destinasi, perjalanan maut,
penderaan dan kezaliman.

Leluhurmu, memberikan tanganmu
tepat saat dan kebutuhan didambakan
perlakuanmu langit sejagat tersentuh
kemanusiaan dan hak asasi
mendambakan perlindungan.

Kau, adalah
lambang dan warnamu kehidupan
tak akan dikalahkan oleh awan mendung
kerakusan dan suara-suara tamak
tanpa mempedulikan esok.

Nabalu, langit dan lembahmu
kehijauan dan tanah gembur
mitos dan legenda, banjaran Crocker
kepulauan mutiara dan dirimu
adalah saksi dan harapan pada
generasimu mendatang.

Aku melihatmu, bagai seorang kekasih
terlantang di bumimu, memandang Nabalu
langit Lazuardi, dan membiarkanmu
terserap sampai ke dalam sukma.

Dalam warna majnun dan coretan pensil
aku melakarkan sukmamu, Laila
Manisku, biarlah kegilaan ini
kegilaan tulus dan sentuhan ini
artifak dan grafiti di lorong-lorong sukma.

Kundasang, Ranau
25 November 2013











Tuesday 19 November 2013

Seteru Dan Sekutu* (Indah)

Kau ingin dilihat
punya halaman luas
dan kepakmu
seluas lautan dan
jangkaumu
sampai ke sukma samawi.

Asal bumi tentu merindukan
bumi
biar berpisah hanya sejenak.

Kau datang kembali
mimpi dan impian.

Kau dan seterumu
ingin segumpal tanah
lalu mendiamkan mulut ini
menuduh suara derhaka

Kau mengaku sekutu
sekalipun bila
malam tiba
dari tempurung kepala
keluar kalajenking
telah bersarang di situ.

Kota Kinabalu
20 November 2013




Khabar Dari Kampung (Mesapol)(Mama)

Ada khabar dari kampung, sekarang musim penghujan
sungai terus naik arusnya semakin deras, tanah waris
digenangi air. Kebun buah tak menjadi. Jagung muda
tak sempat ranum.

Lama sudah tak berbual. Sekali bertelefon banyak yang
ingin dibualkan. Tentang kebun, buah-buahnya dimakan
monyet. Mesra alam masih belum dimengerti. Semua
dilihat hitam dan putih.

Nenek tua duduk di anak tangga, melihat cucunya
balik dari sekolah. Ia masih boleh menjawab cuma
tangan terketar dan jalannya lambat. Kekadang
suaminya turun berkebun, cuma jantungnya tak selincah
dulu.

Kota Kinabalu
20 November 2013










Saturday 16 November 2013

Taufan Haiyan* (Cemar)

Taufan Haiyan
malam kencana
tanah tak pernah lelah
senyap digulung air
ketika taufan melanda
tanah harapan lumat
pemukim daratan
hancur meninggalkan
mimpi.
Dataranmu karam
tangan ibu memegang
tangan anak
antara hidup dan mati
tapi tangan itu terlepas
yang dicintai
digulung dan hilang
ke dalam rahang air.
Taufan Haiyan
adalah kekuasaan
dan kekuatan angin
bagai raksasa berang
datang memusnahkan.
Taufan Haiyan
Matari di langit lesu
tangismu telah lama kering
suaramu tenggelam
dalam nafas lumpur.
tapi kau cuba
menarik tangan itu
ke tepian.

Kota Kinabalu
19 November 2013

**Dikirimkan ke Sabah Times pada 24 April 2015

Thursday 14 November 2013

Hitam dan Putih* (Indah)


Mata penamu patah

tapi kau masih belum kalah
suaramu
terserap, pada langit
dan bumi.

Malam telah luntur
katamu lumat.

hilang bentuk dan makna

Hitam merindukan putih
yang melenting tak kembali
bagai burung dilambung
angin.

Siang yang luka
kau menjilat kulitmu.

Kota Kinabalu
15 November 2013
















Wednesday 13 November 2013

Nenek dan Bayi*(Mama)

aku melihat seorang nenek
mendokong bayi
membawanya masuk
ke dalam kamar.

nenek tua berbual
sendiri
bayi berguling
ke kanan dan kiri
seperti menatap
mata nenek
sedang gusinya
belum tumbuh gigi.

suasana tenang
pada langit
tak
ada kelihatan
noda hitam
biru bersih
nenek tua
menyanyi.

nenek tua
memangku bayi
baru enam bulan
ingatannya kembali
setengah abad lalu
pernah seorang bayi
lelaki
duduk di ribanya.

ditelitinya
raut muka, rambut,
tangan dan kaki
bayi dalam pangkuan
lalu tersenyum sendiri.

Kota Kinabalu
14 November 2013



Pohon Sukma* (Indah)

Berkatalah sebatang pohon
selama ini
hakisan hujan dan pertukaran musim
sukmanya tak pernah gusar
akarnya tetap menjunam sampai ke
bumi.

Nafasnya
seluas langit siang dan malam
ketika terjadi gempa
atau taufan samudera
kesabaran itu teruji
bagai gunung yang bertahan.

Tumbuh pohon sebatang ini
dalam sukma
akar-akarnya telah menjadi urat-
urat menjalar
ke seluruh tubuh ini
sampai ke serambi paling halus
pada tempurung
kepala.

Suatu hari ia terpanggil
pulang
bermula dari akar perlahan-lahan
tunjangnya reput
dan daun terakhir luruh
melucut dari rantingnya
kini
ia sebatang pohon tanpa daun
lalu malam itu ia rebah
kembali ke bumi sukma.

Kota Kinabalu
13 November 2013


Sunday 10 November 2013

Hutan Serigala dan Sukma Lipan*(Indah)

Di hutan ini kau telah diberi amaran
menjelang malam serigala berkeliaran
sahut-menyahut sampai jauh malam
kau bisa menutup telinga tak mendengar.

Hutan resah dalam kegelapan
mengirimkan firasat dalam diam
sukmamu pula di situ bersarang lipan
lalu menguliti fikirmu.

Kota Kinabalu
11 November 2013


Saturday 9 November 2013

Malam Kalajenking*(ITBM)

Malam kalajenking
di daerah terkepung
sidang bara api membakar
hujah menjadi arang
mereka yang berkumpul
telah lama pulang
kegelapan menyerap
dan melangkahi sempadan
suaramu bergetar
lalu menutup pintu malam
dalam satu malam
Tsunami di tanah sukma
lenggang kapal mengharung
samudera.

Kota Kinabalu
10 November 2013

*ITBM Jun 2015

Komet dan Hujan*(ITBM)

Katakanlah berulang-ulang
ke telinga sukmamu
biar kata-kata itu bukan
pisau menghiris-hiris
pertanyaanmu bagaikan
letusan gunung dan gempa
komet-komet berjatuhan
di langitmu dan
membakar hanggus
tapi, sekarang
peralihan musim
pertembungan
komet dan hujan air batu
adalah satu peringatan.

Kota Kinabalu
9 November 2013

*ITBM Jun 2015





Friday 8 November 2013

Catatan Sebelum Tidur* (Puisi)(Metamorposis)


Kedatanganmu membawa gerhana di kaki langit
Kelicikanmu meruntuhkan gunung bertahan
semakin aku memburumu
hanya kegelapan pekat dan bau mayat

Kedamaian telah lama rapuh dan
terkubur tanpa upacara
matamu adalah mata musuh
mencari sasaran dan melepaskan
das tembakan.

Di sini tak ada sempadan
ketika kemenangan gema suaramu
bagai pembalasan dendam
dan kekejaman, udara menuba.

Di daerah-daerah perang
keadilan itu seperti mencari tuannya
tanah tanpa kasih sayang ini
jatuh korban
orang kecil di tengah kemarahan
dua saudara.

Malam gerhana
di langit sukma
segerombolan serigala
telah mencium bau bangkai
dan mereka telah berkejar ke situ.

Sumur langit bergenang
bukankah telah tiba kau terpanggil
dalam kanca permainan
keselamatan dan kedamaian sukmamu
adalah kerinduan di jalan pulang.

Kota Kinabalu
9 November 2013



Thursday 7 November 2013

Gerimis Langit*(ITBM)

Langkahmu
seperti mengheret sebuah pulau
ke dalam lautan
sukmamu adalah
matahari bersiap-siap pulang
di tanah merah
yang menggenggam tapak-tapak
masa silam telah diterbangkan
angin  ke benua lain.

Kau telah pulang
tapi halaman pun entah di mana
senandung malam
rumpun bambu selalu bernyanyi
kini senyap dan angin mati.

Aduhai manisku, udara
dari pergunungan masih menitip salam
tidurmu masih melahirkan mimpi
dari debur lautan hingga pada
ketenangan langit.

Ada lagenda masa silam
mendatangimu
hinggap sebentar di pepohonan sukma.

Gerimis samawi menitis
ke dalam bola mata
kata-kata, telah lama
terbunuh di hujung lidah.

Kota Kinabalu
8 November 2013

*TBM Jun 2015