Friday 27 October 2017

Khemah Rohingya*

Khemah Rohingya
di lereng bukit
jalan lumpur
tanah basah
hujan belum berhenti.

Kepulanganmu
masih tak menentu
mungkin selamanya
di tanah asing
pelarian yang diburu
kini hidup mati
Rohingya tak melihat
tanah leluhur.

Mereka masih mengosongkan
jiwamu sebagai Rohingya
membakar sejarah dan
membunuh kedamaian
tiap sudut dan persimpangan
bulan gerhana di langit Rohingya.

Kekerasan bukan jalan pilihan
Rohingya, cinta damai
ketenanganmu telah
dirampas dan menjadi debu
di depan mata kau
telah kau saksikan
kezaliman ke atas Rohingya.

Pada burung-burung
melintasi benua baru
sampaikan salam kedamaian
dari khemah Rohingya
di lereng bukit
tanah asing.

Nilai
Oktober 2017


Tuesday 24 October 2017

Lafaz di Musim Hujan* (Puisi Suasana)

Banyak pohon tumbang
dibawa arus sungai ke laut
siang yang pudar dan basah
malam datang mimpimu
hanyut tanpa tepian.

Tangan kasih menjabat
ketika kau hilang tempat berpijak
hujan khatulistiwa masih
lebat di gunung
gemanya sampai pada
tiap lembah.

Di dewan himpun
anak-anak ketiduran
membiarkan di luar
bercerita sendiri
dari tanah leluhur.

Pada lidah melafazkan
himpunan kata dan kalimat
lalu mengirimkan
pada langit
turun sebagai rahmat
selalu menyejukkan kalbu.

Nilai
Oktober 2017

Monday 23 October 2017

Memori Rohingya*

Makin jauh dari bumi Arakan
anak-anak Rohingya kehilangan halaman
dan kehilangan jejak
di khemah pelarian
waktu bergerak lambat
tiap siang tiba
seperti menunggu datang
berita yang tak mungkin
akan sampai
tapi, di sini tiap kalbu
Rohingya masih bertahan.

Kau telah tinggalkan
langit Arakan
dan bumi leluhur
yang kau bawa
adalah mimpi
dan tubuh ini.

Rimba Arakan telah sunyi
kau adalah saksi kekejaman
kini terhimpun menjadi
khazanah bangsa Rohingya
sejarah yang akan kau
ceritakan pada anak bangsamu.

Pada tiap rimba Arakan
dan desa yang hanggus
tak akan hilang dalam
ingatanmu
kerana di situ
semua cerita-cerita
penderaan bangsa Rohingya
telah menjadi monumen
ingatan yang tak dapat
dihapuskan dalam
memori Rohingya.

Nilai
Oktober 2017

Suasana Hujan* (Puisi suasana)

Suatu siang
musim hujan
gunungmu runtuh
gemanya seperti jeritan
orang sakit
kau merakamnya
dalam hp
segala berlaku terlalu cepat.

Memandang ke lembah
jelapang air
desa-desa hampir tenggelam
pohon-pohon lesu
air sungaimu
masih deras
membawa hanyut
khazanah tanah
menumbangkan segala
penghalang.

Tapi kau masih bertahan
ini bukan kekalahan
yang musnah kau bangunkan
semula
kesabaran itu
adalah lanjutan
perjuangan hidup.

Ini rahsia langit
kau menaksirkan dengan
kalbu tawajuh
tiap gerak alam
adalah isyarat
penemuan diri.

Nilai
Oktober 2017


Sunday 22 October 2017

Tangan Memberi* (Puisi Suasana)

Hujan masih turun
bumi menyerah sekian kali
kau menghitung hari
kesabaran itu adalah
tebing yang teruji.

Dalam kedinginan malam
suaramu bergema
melayang-layang
dalam udara lembah
sampai ke halaman.

Resah dan gelisahmu
terbawa ke dalam mimpi
air bergenang di anak tangga
rumah-rumah sepi
penghuni sabar
tak pernah memaksamu
riuh anak seperti berpesta
keramaian di sebuah dewan.

Ketika kau terpanggil
hadirnya kasih dan harapan
membebaskanmu
dari malam duka
dan siang yang panjang.
doa-doa
dan tangan  memberi
paling tidak mententeramkan
duka lara  di daerah-daerah rawan.

Nilai
Oktober 2017







Saturday 21 October 2017

Hujan Oh Hujan (Puisi Suasana)*

Tari air  turun dari gunung
lembah pasrah pada musim
dingin meresap ke hujung kaki
suaramu tenggelam
dalam irama hujan.

Adakah ini ujian
ketahanan seorang wira
di medan juang
tak akan berganjak
walaupun ketenangan
sebuah desa dan sawah padi
di kaki gunung telah terusik.

Kau lihat langit
seperti seorang musafir
bertafakur memandang
kedamaian itu berubah
menjadi doa-doa yang
bertahan dan gundah.

Tiap pintu
di sepanjang jalan
menunggu sempurna
pengabulan doa
dalam kerinduan ini
sekawan burung terbang
melintasi langitmu
siang telah
menyingkap rahsia
kilas cahaya dari gunung
telah sampai di lembahmu.

Nilai
2017



Langit Rohingya Merah*

Langit Rohingya
bumimu hanggus
burung-burung meninggalkan
sarang.

Tiap langkah
menghampiri sempadan
malam gundah
kedamaianmu
menjadi debu.

Perjalanan Rohingya
makin jauh
bintang-bintang berguguran
gerhana pada kalbumu
kisah belum selesai

Myanmar
kamu tak dapat membutakan
mata yang memandang
jalan di permatang
di situ kamu menunggu
segala telah hanggus
desa-desa telah kosong dan sepi.

Yang tinggal hanya
dua anak kecil
saksi pada langit dan bumi leluhur
kezaliman telah menggosongkan
mimpi-mimpi sebuah bangsa
Rohingya
matahari pudar
siang menyimpan cerita-cerita
dari bumi Arakan
bakal diceritakan nanti
kegelapan  telah mengurung
Rohingya pada malam panjang.

Jalan pulang
makin panjang
Rohingya tak akan melupakan
kematian yang dirancang
api dendam terus menyala
Rohingya
kesabaranmu pada tebing runtuh
terus diuji
usah pernah merasa sendiri
derita yang kau bawa
menjadikanmu bangsa
yang tak terpisah dari-Nya
kemenangan kalbu Rohingya
adalah kasih sayangmu.

Nilai
2017