Sunday 2 September 2018

Merdeka*

Merdeka, merdeka
Negaraku merdeka
Gema merdeka
Dari jiwa merdeka.

Merdeka, merdeka
Salam merdeka
Kotaku merdeka
Kami pun merdeka.

Merdeka, merdeka
Bicara merdeka
Bangsa merdeka
Kemenangan kita bersama.

Merdeka, merdeka
Merdeka dari khianat
Merdeka dari dendam kesumat
Harmoni, hidup harmoni.

Merdeka, merdeka
Ke mana kau menoleh
Merdeka pada kata
Merdeka pada tindakan.

Merdeka, merdeka
Damai pada jiwa
Kasih merata
Merdeka bangsaku, Malaysia.

Kota Kinabalu
Ogos 2018

Salam Merdeka*


Gema kemerdekaan di ambang pintu
Benderaku Malaysia Raya berkibar
Gemilang negara bangsa merdeka
Hidup, hidup bumi merdeka.

Inilah hari kemenangan sejarah
Dapatkah kau rasa saudaraku
Doa-doa dan perjuangan lebih sekurun
Ini kejayaan Negara bangsa.

Di bawah langit terbuka dan dataran hijau
Pacu, pacu  kuda semberani
Jaya, jaya, Negara berdaulat
Toleransi pemacu Negara bangsa.

Jiwaku berkumandang tujuh petala langit
Suaraku menggembara empat penjuru bumi
Demi waktu, ketika  kau ucapkan takbir
Sayang Malaysia, negaraku tercinta.

Kota Marudu
Ogos 2018

Pidato Kemerdekaan*


Kau bertanya tentang makna kemerdekaan
Aku menjawab kemerdekaan hakiki itu
Membebaskanmu dari panah-panah derhaka
dari segala penjuru tujuan membunuh.

Kau bertanya tentang makna kemerdekaan
Aku menjawab kemerdekaan hakiki itu
Kedamaian dan kesejasteraan bangsa
bertunjang pada bumi Tuhan Rahman.

Kau bertanya tentang makna kemerdekaan
Aku menjawab kemerdekaan hakiki itu
Jaya Negara bangsa warisan turun-temurun
Tahan diuji zaman padu seperti gunung.

Kau bertanya tentang makna kemerdekaan
Aku menjawab kemerdekaan hakiki
Kasih-sayang adalah senjata ummah
Dendam kesumat adalah api durjana.

Kau bertanya tentang makna kemerdekaan
Aku menjawab kemerdekaan hakiki
Ketika lapar dan kemalaratan bangsa
Kau berada di situ tangan pelindung.

Kau bertanya tenang makna kemerdekaan
Aku menjawab kemerdekaan hakiki
Seperti alam raya dengan hawa khatulistewa
Tak disentuh oleh tangan-tangan serakah.

Kau bertanya tentang makna kemerdekaan
Aku menjawab kemerdekaan hakiki
Amanat yang kau diamanahkan
Saksi dan kebenaran sejarah bangsa.

Ya Rabbi, biarlah kemerdekaan ini
Perjuangan bangsa sepanjang zaman
Khazanah warisan bangsa terlindung 
Tiap tindakanm adalah kurnia-Nya.

Kota Marudu
30 Ogos 2018

Merdeka Kotaku*

Kotaku aman dan damai
Tidakkah kau rasakan gema merdeka
Wajah-wajahmu matahari pagi
Kicaumu burung pagi.

Merdeka kotaku, cinta dan kasih
Lambaian pulau dan sungai perkasa
Mengalir dari sungai hayatmu
Tamu-tamu yang singgah berteduh.

Di sini langit biru gemilang
Hutan hujan Khatulistiwa
Menyegarkan mimpi musafir
Airmu pelepas dahaga.

Merdeka kotaku, merdeka
Salam yang terucap
Tanganmu disambut
Aku khadim yang siap.

Merdeka, kotaku merdeka
Merdeka sepanjang zaman
Merdeka, kotaku merdeka
Merdeka, Malaysia merdeka.

Kota Kinabalu
30 Ogos 2018

Firasat Kemerdekaan*

Langkahmu biar berani
kata-katamu amanat
Citrasamu langit terbuka
azammu bahasa indah dan hidup.

Lidahku yang berkata-kata
Biar bersih dari noda-noda
Dirimu adalah sungai mengalir
Di tanah kasih dari jiwa merdeka.

Ya Rabbi, ini bukan tangan yang derhaka
Ia telah merdeka dari belenggu kezaliman
Di sini, cahaya damai di menara tinggi
Makmur, makmur negara bangsa.

Di dinding kalbu bumi leluhur
Kemerdekaan ini adalah amanat bangsa
Firasatmu bagai air terjun di bumi merdeka.
Seribu tahun tak akan hilang jiwa terbilang.

Kota Marudu
30 Ogos 2018

Saturday 1 September 2018

Gema Merdeka*

Gema merdeka hidup sepanjang zaman
Inilah hari kemenangan bangsa gemilang
Tindakan dan kata bersatu menjadi harapan
Dan bulan purnama mimpi sempurna.

Melajulah bathera di lautan kasih
salam persaudaraan bangsa merdeka
Inilah hari kemenangan bangsa gemilang
Doa-doa terhimpun kurnia turun.

Damailah bumiku tercinta
Harummu kembang bunga di tanam
khazanah turun-temurun
jati rimbamu, jati bangsamu merdeka.

Kemerdekaan ini nadi yang berdenyut
Mega gunungmu yang bertahan
Inilah hari kemenangan bangsa gemilang
Sayang bumi, lindung-lindungi.

Ya Rabbi, berikan kami kekuatan samawi
Inilah hari kemenagnan bangsa gemilang
Memandang siang derap kuda semberani
Memandang malam tanpa curiga dan durjana.

Kota Kinabalu
Ogos 2018

*Puisi ini dibacakan oleh YB Azhar Matusin, Malam Puisi Di Ambang Kemerdekaan,
Hotel Shangrilla, 30 Ogos 2018, dianjurkan oleh Pekesan, Ahmadiyya Muslim, Persatuan
Tallesaemia Sabah, Persatuan Penderma Darah Sabah.



Friday 10 August 2018

Damailah Malaysia Raya*


Damailah Malaysia raya
rahmat turun di negara tercinta
kasih semua dalam kalbumu
hidup harmoni sepanjang zaman.

Indah permai bangsa makmur
jiwa merdeka turun-temurun
semangat juang nikmat berkurun
pengorbanan tunjang kejayaan bangsa.

Bahasamu kaya dan menawan
pandangan mata firasat melahirkan ilham
budayamu dari bangsa yang besar
cinta Tuhan dan kasih Rasul.

Rukun hidup berjiran tetangga
tiap tindakan dan pengucapan kata
tak akan melukakan hati saudaramu
kesedaran disemai jenarasi mendatang.

Ya Rabbi, lindungilah kami ketika teruji
pelihara kami dari musuh durjana
api sengketa dan pepecahan sendiri
biar damai dan kasih sayang jadi pegangan.

Majulah, Malaysia raya
kurnia-Nya turun bagai hujan musim semi
di tanah air tercinta, dan bangsa merdeka
lahan subur lahirnya tokoh dan pemimpin gemilang.

Gemilang, Malaysia raya
kesatuan ke arah kekuatan bangsa merdeka
tiap bangsa di dalamnya mata rantai yang kukuh
saling menguat antara satu sama lain.

Hidup, Malaysia raya
lambang kegemilangan kejayaan bangsa
langkahmu berani bukan dari rasa takabur
tapi atas landasan kebenaran yang hakiki.

Kota Marudu
9 Ogos 2018













Lombok, Namamu Disebut

Lombok, namamu disebut lagi
gempamu meninggalkan korban
gelisahmu melangkah sempadan
luka-laramu menjadi deritaku.

Lombok, kejutan hari itu
menggoncang pulaumu
sepi di penjuru kalbumu
bimbang terlukis di langitmu

Lombok, pulau seribu daya
bangunlah tanah leluhurmu
keperihan ini tak akan lama
damai kembali di menaramu.

Kota Marudu
9 Ogos 2018




Sayang, Malaysiaku*

Ya Rabbi, sayang, Malaysiaku
negara damai membawa harapan
pada langitmu tiap mata memandang
tertawan pada biru langitmu
cahaya kasih terpancar tiap wajahmu
bagai air dari gunung mengalir
manis menyejukkan kalbu.

Ya Rabbi, di bumimu, ikatan kasih hidup
saling terima, menjauhkan dendam
tiap kata dilafaz lahir dari cinta damai
tanpa sempadan ia benih masa depan
akarnya  menjunam pada tanah leluhur
jadi pohon rimbun yang berbuah manis.

Laillah ha Illallah, Muhammad Rasulullah

Ya Rabbi, Tiap kebaikan akan menjadi khazanah
tiap kesatuan akan menjadi kekuatan
derhaka itu api yang merosak
memusnahkan cinta dan kasih sayang
kemerdekaan ini bukan dari tipu muslihat gelojoh
tapi, pengorbanan dan perjuangan yang gigih.

Ya Rabbi,
Sayang, Malaysiaku
burung-burung hayat
tak akan pernah diam dalam lingkungan sendiri
terbang jauh melewati sempadan,
kau tak akan berhenti terbang dan jelajahi
cakerawala dan orbit baru.

Ya Rabbi, Kalau kau memang yakin dan tulus
kekasih, tiada yang akan membiarkan kegelapan masuk
tiada yang akan membiarkan dirimu dalam kanca sengketa
tiada yang akan merosak taman negara bangsa tercinta.

Jayalah, negaraku, Malaysia raya
Jayalah, negaraku, Malaysia raya

Ya Rabbi, kedamaian itu selama, arah tuju kemenangan
paculah, kuda semberani, pada lahan baru
purnama pada langitmu, matahari telah terbit di menara tinggi
saksikan bangsa ini tak akan pernah kalah
dari bumi leluhurmu cahaya kasih sayang pada wajah anak-anakmu
Seratus tahun lagi tidak terlalu lama kedaulatanmu abadi.

Ya Rabbi,
kemenangan menjadi sempurna
cinta menjadi buah yang manis
Sayang, Malaysiaku.

Kota Marudu
9 Ogos 2018

*Dideklamasikan pada Malam Puisi Di Ambang Merdeka, 30 Ogos 2018, Hotel Shangrilla anjuran Pekesan, Ahmadiyya Muslim Malaysia, Persatuan Tallesaemia Sabah dan Persatuan Penderma Darah Sabah.




Wednesday 8 August 2018

Gempa, Gempa Di Pulau Kekasih

Gempa, gempa di pulau kekasih
gema doa di langit yang resah
rahang bumimu telah bergerak
setelah itu sepi panjang di dinding kalbu.

Gempa, gempa di pulau kekasih
kasih sayang di malam lara
suara-suara hilang tertimbus
tak sempat memanggilmu pulang.

Gempa, gempa di pulau kekasih
datangnya begitu cepat
kau tak sempat meraih
tangan lesu di ranjang mimpi.

Gempa, gempa di pulau kekasih
wajah-wajah bagai mendung langit
menafsir kembali malam semalam
di halaman sendiri.

Kota Marudu
8 Ogos 2018




Apakah Ini Suatu Isyarat

Apakah ini suatu isyarat
gerak langit bersatu dengan lenggang bumi
gelisahmu melenyap mimpi-mimpi gundah
kedamaian berubah menjadi bukit runtuh.

Apakah ini suatu isyarat
gempa itu telah mengirim gelombang
tiap kalbu teruji sekali lagi
gerangan apa dari terang menjadi gelap.

Apakah ini suatu isyarat
pulau ini seperti medan pertarungan
matamu tunduk mencari pegangan
di pulau ini kau kehilangan.

Apakah ini suatu isyarat
kembali ke pangkal jalan
setelah ini pintu fikirmu tersingkap
tiap kata dan tindakan ada padanya.

Apakah ini suatu isyarat
membuka rahsia suatu siang
dan mengheret pulang
kedamaian yang hilang.

Kota Marudu
8 Ogos 2018





Tuesday 7 August 2018

Gempa Di Pulau

Gempa datang kau kehilangan landasan
tanah di bawah ranjangmu bergoncang
doa-doa terhimpun pada anak-anak kata
bertengger pada dahan pohon samawi.

Kegelapan tercipta mencari pintu selamat
isyarat telah turun dengan tafsiran
tiap kejadian ada rahsia yang terungkap
samawi telah memberi peringatan.

Resah yang menggulung mimpi
suara-suaramu tertekan pada halkum
kebigungan pada hari-hari gerhana
telah menyingkap tabir sebuah harapan.


Kota Marudu
Ogos 2018

Saturday 4 August 2018

Salam Ukhuwah*

Pintu langit telah terbuka
bumi telah terbongkar rahasianya
suara itu telah memanggilmu
jalan ke puncak selepas fajar
persaudaraan yang tulus
dijabat dan salam terucap.

Kata-kata adalah bunga-bunga tawajuh
berakar pada kemuliaan bangsa merdeka
di lembah ini tumbuh pohon asal samawi
bertahan dalam segala musim
Nusantara bumi berdaulat.

Kedatanganmu dengan salam ukhuwah
pergimu dengan kasih dan doa
suara-suara yang kau lafazkan
gemanya sampai ke hujung benua
hadirmu di sini isyarat kedamaian
warna-warna indah yang menawan.

Kau bertahan dilambung gelombang
kalimat-kalimat rindu di dinding sejarah
menjadi khazanah bangsa merdeka
dalam lumba meraih kurnia-Mu
ribuan siang terlalu pendek dan cepat
yang abadi adalah persaudaraan sejagat.

Kota Marudu
4 Ogos 2018






Thursday 28 June 2018

Permata*

Sampai bila pun ia masih
sebutir permata kilau-gemilau hijau
di jalan pulang antara dua bukit
pandang ke depan langit merah
talian nafas itu masih berdenyut
kekasih-Mu madu yang menitis.

Telah ia lepaskan beburung balam
meluncur jauh ke dalam malam
air yang diminum di kolam oasis
masih bening dan manis
panggil nama-Mu selaksa zikir
hening di langit tawajuh.

Canberra
20 April 2011

*masuk dalam ANTOLOGI PUISI WANGIAN KEMBANG (KONPEN 2018)

Saturday 23 June 2018

Nikmat Ramadan*

Tilawat Al Qur'an sepanjang Ramadan
firman Allah direnung dan tafsir
damai pada kalbu-kalbu tawajuh
nikmat kembang mewangi.

Tenang air di danau kasih-Mu
malam-malam tafakur tahajud
samawi dekat tanpa sempadan
falah dan najat kemenangan rohani.

Pertembungan langit dan bumi
kau memilih pelabuhan abadi
seribu malam terlalu pendek
untuk menyempurnakan perjuangan.

Purnama di menara putih
membaca bintang di langit malam
gerak bumi isyarat di lembah gunung
kebenaran nubuwat tak akan berubah.

Kota Marudu
Jun 2018








Tuesday 19 June 2018

Catatan Aidil Fitri*

Aidl Fitri
terkabulnya doa
kurnia turun
kita berkumpul.

Seusai solat
kita berdakapan
kasih yang diraih
kemenangan rohani.

Ramadan, membawa harapan
anak bulan menjadi nur samawi
sepanjang zaman
kejuitaan-Mu, abadi.

Kota Marudu
Mei 15 2018




Sunday 17 June 2018

Ramadan, Kubawamu*

Aku masih melambaimu
Ramadan, berangkat tenang
kalbu yang memelukmu
akhirnya melepaskan dari genggaman.

Dapat dirasakan rindu
yang mengeser tebing kasih
menyerah dengan tawajuh
Ramadan telah genap.

Tiap waktu yang mengalir
aku memandang samawi
terasa makin kecil
senja di horizon.

Ramadan, kubawamu
pada kembara hayat
sepanjang zaman
ruhmu senantiasa hidup.

Kota Marudu
Mei 2018

Monday 11 June 2018

Ramadan, Penyerahan Kasih*

Ketika plastik berisi makanan
kau terima sedangkan anak-anak
memandang ghairah kedatangan tamu
syukurmu tak henti terlafaz dari mulutmu.

Di rumah warga tua
salam dilafazkan
ketika kau menjawab
kami serahkan kasih padamu.

Tiap tangan yang menerima
tak berhenti berdoa kebaikan si pemberi
menjelang Aidil Fitri
sepuluh hari terakhir.

Nikmat memberi mengundang harapan
bulan khalis di menara putih
purnama dalam kalbu
kemenangan mengalahkan amarah.

Kota Marudu
11 Jun 2-18

Sunday 10 June 2018

Sepanjang Ramadan Di Tanah Palestine*

Tiap malam sepanjang Ramadan
kau larut dalam kata-kata
mengirimkan doa-doa
berdamai sendiri dalam kalbumu.

Tiap siang sepanjang Ramadan
makin banyak sempadan dibuat
bertambahnya operasi tentera
di sini belum ada kedamaian.

Tiap kalbu berfirasat
tentang pembebasan
mimpi yang belum sempurna
darurat di sepanjang jalan pulang.

Demi hidup kau berjuang
apalah erti sebuah kata
yang kau tau tak ada tunjang
yang maksudnya terkurung dan terkepung.

Kota Marudu
Jun 2018

Saturday 9 June 2018

Pohon Zaitun Masih Berbuah*

Tak selamanya gerhana
di langit bumimu
ketenangan lautmu  kembali
damai.

Kekuatan doa
menawan musuhmu
keyakinan pada  samawi
tak akan melunturkan perjuangan.

Tanah Palestine
pohon Zaitun dari
zaman silam
dan Pohon kurma
masih berbuah
seribu tahun mendatang.

Kesabaranmu
adalah kekuatan yang terpilih
anak-anak Palestine
melihat purnama
pada langit Palestine.

Kekerasan bukan tindakan
keindahan dari pengucapan kebenaran
akan mengalahkan kezaliman
sepanjang zaman.

Kota Marudu
Jun 2018


Friday 8 June 2018

Palestine, Ladang Subur Pejuang*

Malam datang sekalipun perlahan
siang datang sekalipun perlahan
impian menjadi kenyataan
harapan menjadi tujuan perjuangan.

Suaramu bergema tiap zaman
tak akan pernah menyerah
tak akan pernah merayu lawanmu
Palestine, ladang subur pejuang.

Kata-katamu menjadi penghibur
purnama turun di atas pundakmu
kau akan menawan kalbu
lambat cepat pembebasan Palestine terjadi.

Duka-laramu hidup ratus tahun
jadi iktibar dalam takaran waktu
akhirnya, kau sampai di garis penamat
tak pernah undur dalam pengorbanan.

Kota Marudu
Jun 2018

Thursday 7 June 2018

Doa Ibu Palestine*

Doa ibu Palestine
pohon zaitun tumbuh berbuah
di tanah leluhur
anak-anak girang bermain
di halaman luas
tanpa takut dan cedera.

Doa ibu Palestine
damai di desa damai di kota
kemerdekaan itu adalah perjuangan
belum selesai
anak-anak Palestine menyempurnakan
mimpi menjadi revolusi sejati.

Doa ibu Palestine
kemenangan itu telah terjadi
Pembebasan Palestine
tiap kalbu di tanah Palestine
tidak akan berhenti
hingga menjadi kenyataan.

Doa ibu Palestine
kepada anak-anaknya
tiada seorang ibu
inginkan anak-anak Palestine
masa depannya gelap dan kehilangan arah.

Doa ibu Palestine
kesakitanmu tak akan terbiar
dan selama ini kau
sudah tak merasa pedihnya
kalbumu telah berani
menundukkan api kezalliman
dengan kesungguhan berdoa.


Kota Marudu
Jun 2018

Wednesday 6 June 2018

Hari-Hari Terakhir Ramadan Al-Mubarak*

Hari-hari terakhir Ramadan Al Mubarak
kau masih mengharapkan syawal datang
ibu dan anak-anak menunggu siang datang
kalau malam berlalu mimpimu jadi sempurna.

Hari-hari terakhir Ramadan Al Mubarak
di wilayah perang tiada satu hari langit biru
Palestine, kau masih berdarah
raya ini datang dengan kekuatan samawi.

Hari-hari terakhir Ramadan Al Mubarak
kemenangan sepanjang bulan
Jaya Palestine impian kebebasan
hidup dalam impian anak Palestine.

Hari-hari terakhir Ramadan Al Mubarak
tiap keluarga punya cerita
tiap mata ibu Palestine terkandung duka lara
peluru yang menembusi tubuhmu tak terasa.

Kota Marudu
Jun 2018


Jantung Waktu Bergerak Di Tanah Palestine*

Di bumi ini mangsa kezaliman
telah menjadi tanah
doa-doa terus mengalir
kejahatan yang dirancang.

Di tanah Palestine
api perang masih belum meredah
dendam masih dipalu
kalah menang
permainan di lapangan.

Tiap siang halaman sejarahmu
merakam perjalanan riwayat hidup
kepahitan yang pekat
penderaan tak berhenti
alasan perang.

Pada samawi
lanjutan perjuangan doa
yang terkorban
tak akan luntur
di bumi Zaitun.

Bukan kekeliruan
ketika kau membidik
maksudnya adalah kematian
jantung waktu bergerak perlahan
kemanusiaan sejagat
masih di bukit tinggi.

Kota Marudu
Jun 2018



Monday 4 June 2018

Pohon Zaitun Berbuah Di Tanah Palestine*

di tanah Palestine
bersembunyi penembak sembunyi
mencari mangsa
melontarkan maut.

Kebencian itu telah menjadi api
membakar bumi
memusnahkan harapan
mata pembunuhmu
tak peduli cinta dan kasih sayang.

Pelurumu
menusuk  ke dalam tisu
pohon zaiton ribuan tahun
kau tak akan tumbang sendiri
bagai bumi meratap
kepulanganmu
siasah musuhmu.

Kau telah melakukan yang terbaik
hadirmu demi kemanusiaan sejagat
tangan yang memberi
bumimu tak akan pernah diam
kemelut ini api yang menjulang.

Tinggallah bumi leluhur
Palestine, hidup ribuan tahun
kemenangan itu pasti
membebaskan dirimu
dari belenggu kezaliman
dari dendam kesumat
bunga bangsa telah gugur
pohon zaitun akan terus berbuah!

Kota Marudu
Jun 2018

Sunday 3 June 2018

Doa Malam-Malam Ramadan*

Doa
malam-malam Ramadan
seperti bintang bertebaran
tiap kelip cahaya
pada dinding kalbu.

Pertarungan mengalahkan
amarah yang menyelinap
di pelosok kalbu
istighafar air mengalir
pengorbanan tak tertunda.

tiap langkah adalah ishla
muzijat, kemenangan
membebaskan diri
dari kanca kemunduran.

Kota Marudu
June 2018







Monday 21 May 2018

Ramadan Turun, Menyentuh Kerajaan Hati*

Ramadan turun
menyentuh Kerajaan hati
membongkar akar kebohongan
membongkar akar kesombongan
damai seperti air samawi bergenang
dan mengalir menuju kemenangan.

Ramadan turun
malam mekar solat tarawih
malam mekar manis berdoa
seluruh nadi pasrah tawajuh
seluruh minda hanya pada-Mu.

Ramadan turun
meraih Lailatul Qadr
kelazatan amal dan ibadah
kurnia pada golongan akhirin
kurnia bermunasabah
qurub pada-Mu.

Ramadan turun
Ia adalah cahaya
menerangi  malam panjang
kembali pada jalan pulang selamat
purnama dalam kalbu
perubahan hakiki
sentuhan pada kerajaan hati
isyarat itu telah sempurna
jaya, jaya kemenangan rohani.

Kota Marudu
Mei 2018





Sunday 20 May 2018

Ramadan, Hidup Dalam, Kalbu*

Ramadan, ia hidup dalam kalbu
kami mencicip air serbat-Mu
melepaskan haus di musim kemarau
musafir yang pulang.

Ramadan, hadirmu kedamaian
kami, pendoa yang tekun
kedatanganmu telah bersambut
seperti air dingin turun dari gunung.

Ramadan, tiap waktu menitis
adalah kurnia dan syukur
kami, beristighafar dan berzikir
lidah dan jiwa tak akan pernah puas.

Ramadan, siapa yang berani
bertindak algojo dan membakar
menguncang tangan dan menuding
kebenaran itu turun dari samawi.

Samawi tak akan terconteng
pelaku cemar yang merosak
hanya ingin menghiris tubuh
berlagak seperti tukang hukum.

Ramadan yang damai
ketenangan padamu
membumikan amarah
melafazkan salam dan salawat.

Kota Marudu
Mei 2018



Anak Bulan Ramadan*

Anak bulan mulai berkembang
sehari melangkah dalam orbit-Mu
damai, damai lautan kalbu
damai, damai, mekar siang
gema tilawat sepanjang hari
perlumbaan meraih kemenangan.

Tiap malam dan siang datang
langitmu bersih dan indah
tiada kata bandingan pada Ramadan
inilah kelazatan pendamba-Mu
inilah serbat madu penghilang dahaga
lahir dari cinta hakiki dan tawajuh.

Ramadan, Ramadan Al-Mubarak
Ramadan, Ramadan Al- Mubarak
siapakah yang ingin menodai
siapakah yang ingin derhaka
Ramadan, Ramadan Al-Mubarak
Bulan suci, Bulan suci
Ramadan ada dalam kalbu tiap mukmin.

Mengapa ada yang berani
meniup api kebencian
membuat noda dan kezaliman
Sucilah bulan Ramadan
Sucilah bulan Ramadan
Air samawi turun akan
memadamkan bara-bara durjana.

Damai, damailah Bulan Ramadan
Kedamaian itu bermula dari kalbu
raihlah kemenangan
raihlah kurnia-Nya
syafaat hanya pada
kekasih-Mu, Muhammad
di pelabohan ini kami bukan
penumpang yang tertinggal
salam, salam Ramadan
Ramadan Al-Mubarak.

Kota Marudu
Mei 2018




Monday 14 May 2018

Ramadan, Damailah Kalbumu, Ma* (UB)

Damailah kalbumu, ma
malam-malam tawajuh
zikirullah di hujung lidah
sujudmu lama di sajadah.

Doa-doamu tak pernah terhenti
tiap kata-kata dipilih hati-hati
lalu semuanya terhimpun
dalam rindu dan cinta sejati.

Ketika kita ditemukan kembali
Ramadan Al Mubarak di ambang pintu
rindu yang telah digenapkan
pengabulan harapan  di hujung hari.

Kuntum-kuntum kasihmu, ma
bintang-bintang hidup pada cakrawala
lembah pengorbanan sepanjang zaman
kemenangan sempurna.

Kota Marudu
Mei 2018
*tersiar di Utusan Borneo 27 Mei 2018





Ramadan Datang * (UB)

Ramadan datang
kasih sayang pada semua
cinta membawa rahmat
kebencian tak akan menang
kepura-puraan adalah kebohongan.

Ramadan datang
memadamkan api durjana
membongkar komplot derhaka
menyingkir kegelapan dalam rumahnya.

Ramadan datang
kezaliman tak akan jaya
siasah jahatmu kandas di air tohor
kemanusiaan juga yang menang.

Ramadan datang
persaudaraan sejagat
kemenangan golongan akhirin
akan merubah zaman selamanya.

Kota Marudu
Mei 2018
tersiar di Utusan Borneo 27 Mei 2018






Air Serbat Bulan Ramadan*

Air serbat diminum bulan Ramadan
ketika datang waktu berbuka
kelazatan yang mengalir
seperti selepas kemarau
datangnya hujan semi.

Bagaimana mengucap syukur
Ramadan turun adalah kedamaian
seperti benih-benih rohani tumbuh
keasyikan beribadah dan beramal
tiap saat adalah kekuatan menolong
menenggelamkan amarah di dasar lautan dalam
kemenangan ketika berbuka.

Hari-hari bulan Ramadan
kata-kata mengalir dari ruh pensucian
doa-doa terhimpun dalam jiwa tawajuh
noda-noda hitam hanggus dalam cahaya samawi
pada pendakian ini berakhir dengan jaya
kau tak akan menoleh pada
kota rawan yang musnah.

Salam sepanjang Ramadan hakiki
kita mulai perjuangan ini
tilawat yang kau lafazkan
anak bulan di penjuru langit
malam-malam tarawih dan Lailatul Qadar
keyakinan kalimat Tauhid
cinta Rasul dalam lafaz dan tindakan
jalan qurub-Nya menuju ketenangan kalbu.

Kota Marudu
Mei 2018






Sunday 13 May 2018

Tilawat Ramadan*

Damai lautan kalbu
menunggu hadir kasih Ramadan
bulan khalis di persada
samawi menyambut
salam sang kekasih.

Lafaz tilawat malam-malam
Ramadan datang seperti air dingin
setelah berhenti dari perjalanan jauh
kelazatan ibadah dalam takaran waktu.

Debu-debu yang terperogok
di tiap penjuru kegelapan
terusir dan bertebaran
menyingkap ruh kebenaran abadi.

Dalam perjuangan ini
pensucian kalbu yang meresap
demi kemenangan membebaskan
dari nafsu amarah.

Kota Marudu
Mei 2018

Saturday 12 May 2018

Selayang Pandang*(Tawajuh)

Selayang pandang
mataharimu terbungkus
pada siang yang rawan
tukang cerita telah menamatkan
cerita malam itu.

Tiada lagi genderang perang
dipalu
sepi datang munajat
gunung khalis lembah impian
tiap noktah di hujung kata.

Ketika kau berhenti di hujung jalan
panah-panah telah terlepas dari busur
mengarah tepat pada sasaran
terkasima dan pasrah.

Kuda semberani hilang  pada suatu malam
seperti waktumu beralih pergi
suara-suara itu terkumpul
menjadi korus yang tak bersahabat.

Apa akhir dari sebuah cerita
kalbumu seperti pertembungan
arus laut dan membawamu
makin jauh dari arah tuju.

Nubuwah telah sempurna
damai langit bumi pun tenang
di oasis ini kau berhenti
minum air manis melepaskan dahaga.

Kota Marudu
Mei 2018





Kasih-Mu Menjelang Ramadan*

Malam bercerita dengan keluh kisahnya
siang menunggu menjadikan mimpi suatu kenyataan
waktu tak berbalik langkah
rimbamu adalah saksi yang tenang.

Ribut gelombang telah meredah
kapal belayar menuju pelabuhan
kebimbangan di puncak
turun kembali ke jalan pulang.

Kau melafazkan ikrarmu
kerusi telah disediakan
tapi ini bukan persinggahan terakhir
jauh ke depan ada lagi stesyen berhenti.

Tiap mata melihat
isyarat apa yang kau akan katakan
apakah itu suatu harapan
yang pasti jalanmu sampai ke halaman.

Kasih-Mu di setiap jalan dan persimpangan
meraih kemenangan malam-malam tawajuh
beristinbat pada firman-Mu dan sabda Rasul
keindahan sepanjang Ramadan Al Mubarak.

Kota Marudu
Mei 2018

Tari Angin Ramadan*

Tari angin berputar
gelombang bergulung
mencari arah
pulau-pulau menjauh
mengharapkan pantai
hilang dari pandangan.

Gema suara itu
melantun ke mana-mana
tak menentu
kuda tunggangmu
hilang pada malam itu.

Pintu samawi terbuka
Ramadan Al Mubarak
bunga-bunga rohani
kembang mekar
kalbu tawajuh dan pasrah.

Kota Marudu
Mei 2018



Friday 11 May 2018

Pukulan Gong*(Tawajuh)

Mendung telah berlabuh
lalu hujan turun
kepala air menyergap
ketika kau tak menyangka.

Tebingmu ditenggelami air
pohon tumpang terbawa
jauh ke muara
gema tanah runtuh.

Timbul tenggelam kau
dibawa gelombang
mengharapkan terlantar
di sebuah pulau.

Pukulan gong isyarat
sekarang kau sendiri
melihat dirimu di gelanggang
bertarung dengan masa.

Kota Marudu
Mei 2018



Thursday 10 May 2018

Ramadan Tiba Amarah Hanggus*

Pertembungan arus
laut berubah
tanjung tenggelam
kebimbangan menyerap
pertanyaan tak terjawab
gerak suara hati
mengiyang mencari
bumi bertahan.

Berakhir satu
bab perjuangan
mimpimu tumpas
persoalannya
kau masih lambat
melihat siang telah datang.

Hati yang terluka
masih merayau
hanya dalam satu malam
gunungnya runtuh
gempanya sampai
pada kalbu yang lara.

Cahaya turun
menggulung resah sezaman
apa yang kau tunggu
benih yang disemai
telah tumbuh
Ramadan tiba
amarah hanggus menjadi debu.

Kota Marudu
Mei 2018




Gerhana Telah Turun*(Tawajuh)

Gerhana telah turun
malam gelap
kau cari kerdip cahaya
waktu bagai menitis lambat.

Setelah lama menerja angin
pertukaran mata angin
di langit terbuka
kau mencari pohon untuk bertengger,

Siang pasti datang
perubahan pada langit
perubahan pada bumi
hijrah ini adalah peringatan.

Kau telah menyiapkan
perjalanan jauh
dari pelabuhan ini sang Nahkoda
membaca gerak laut dan isyarat langit.

Kota Marudu
Mei 2018





Suatu Pagi* (Tawajuh)

Suatu pagi  kehilangan angin
bendera yang terpacak di sepanjang jalan
tunduk dan menyerah pada alam
gunung merelakan
siang turun dan pintunya terbuka luas
air telah pasang
tebing telah berubah
bintang-bintang seperti komet
berjatuhan melintasi langitmu
hujan akan turun
mengusir debu di permukaan
akhirnya daun-daun kering
berjatuhan di halaman sendiri
kau tak menyoal
kerana kejadian hari itu
telah cukup membuka jalan
merenung dan menerima hakikat
alam
senantiasa berubah.

Kota Marudu
Mei 2018

Sunday 6 May 2018

Rohingya, Kekalahan Bukan Pilihan*

Kemelut politik bagai bara api
telah merebak  masuk jauh dalam
hutan leluhur kini dalam halaman
membakar hanggus bumbung langitmu.

Tangis Rohingya bergema
dari dinding kalbumu sampai
penjuru dataran hala ke barat
mengiyang seperti saudaranya
di Palestin dan Syria.

Kedamaian telah menjadi debu bertebaran
jalan pulang makin menjauh
daya juangmu selalu teruji
malam pemburuan yang panjang
tiap generasi
menerus langkahnya dan
menyambung ceritanya.

Dalam takaran waktu
semua diperhitungkan
penyelesaian seperti benang kusut
senjatamu yang tinggal adalah doa
Tangis Rohingya
bukan kekalahan
tapi di sini bermulanya
perjuangan yang pasti
kekalahan bukan pilihan.

Kota Marudu
2018


Doa-doa Rohingya Dalam Pengasingan*

Rohingya mencari damai dalam kalbu
Ramadan membawa redah
kau dambakan bulan
bintang berserakan
menjadikan malam-malammu
penuh kasidah cinta
jalan pulang hidup
adalah sebuah harapan.

Rohingya, sedu-sedanmu
kembali pada-Mu
perjuanganmu menghapuskan
amarah
dan meninggalkannya.

Api dendam hapus
damai pada kata-kata
dan tindakan.
Rohingya, Rohingya
meraih kelazatan Ramadan
kemalaratan anak-anak dan wanitamu
terhimpun dalam doa-doa
dalam pengasingan.

Kota Marudu
Mei 2018


Jalan Yang Ditinggalkan itu*(Tawajuh)

Jalan yang ditinggalkan itu
pohon terkerat di pinggir jalan
pulau rindu laut tenang
harapan penunggu terkabul.

Nahkoda telah siap
gelombang malam
ribut di siang hari musim tengkujuh
tak akan menghalang bathera belayar.

Engkau semakin yakin
buah kurma  manis dan lazat
mulai gugur dari pohonnya
lalu hadirnya bintang-bintang perkasa.

Kota Marudu
2018







Anak-anak Rohingya Tenang Ramadan*

Anak-anak Rohingya
memandang langit Ramadan
damai
pintu bumi masih terbuka
landasanmu berlari

Anak-anak Rohingya
masih menunggu matahari cerah
di sempadan kau masih mengintip
jalan lapang.

Anak-anak Rohingya
malam-malam renjana
yang kau kandung
tumbuh membesar.

Anak-anak Rohingya
menunggu datang
Ramadan Al Mubarak
datang
tenang dan tawajuh.

Anak-anak Rohingya
anak bulan di penjuru langit
harapan yang tersingkap
kemenangan itu pasti.

Kota Marudu
2018

Salam, Salam Rohingya Bulan Ramadan*



Menjelang Ramadan
Rohingya masih rindu
Pada Arakan, pada halaman
Sudah berapa anak bulan
Muncul di langit asing.

Gema kasihmu
Terhimpun dalam debar waktu
Melahirkankan kekuatan menolong
Janji-janji telah sempurna.

Tiada dendam
Ramadan, bulan kurnia
Kemenangan terjangkau
Di bumi ini Rohingya berteduh.

Salam, salam Ramadan
Yang memberi
Hidup sepanjang zaman
Pengorbanan, adalah langit baru.

Rohingya, Rohingya
Damai, damai
Ramadan al Mubarak
Dalam kalbumu.

Kota Marudu
Mei 2018


salam, salam Rohingya

Wednesday 25 April 2018

Merubah Langitmu*(Tawajuh)

Ketika kau berdepan dengan mata amarah
dalam kalbunya mengalir dendam
kata-katanya percikan api dan wap letupan
sentuhannya menyala dan terbakar.

Malamnya jadi kabut dan kemurungan
kedamaiannya sirna dan terperangkap
tiada keindahan dalam pengucapan
tindakan bergerak seperti lava gunung.

Tanahnya kering dan ranting patah
kemarau mencengkam sampai ke akar tunjang
islah hanya bermula pada hati tawajuh
pintu samawi sentiasa terbuka.

Malam-malam derhaka terkurung
kejahilan mencengkam mata rohani
memisahkan diri dan menjauh
selamanya kehilangan landasan berpijak.

Jalan ke puncak mendorongmu
pegang tali samawi  dan melangkah
tiap degupmu merubah langitmu
kehadiranmu merubah bumi selamanya.






Tuesday 24 April 2018

Negeri Qurub Samawi* (Tawajuh)

Negeri qurub samawi
tazkirah di malam uzlah
bintang-bintang tajalli
kembang bunga taman tawajuh
damai, pada kekuatan gunung
islah  tiap langkah
musafir minum di oasis mutaki
mengalahkan amarah.

Purnama genap
mengusir kegelapan
di sepanjang jalan hayat
panah-panah samawi
tepat pada sasaran
kembali kepada tauhid
hujan telah turun
tepat pada masa.

Engkau ada dalam tiap
kata dan kalimat
rindu pencinta
tak pernah padam
kekasih yang rebah
di riba malam-malam Ramadan.

Kota Marudu
April 2018



Monday 23 April 2018

Penafsiran*(Tawajuh)

Ilmu seperti sungai yang mengalir
ketika kau putuskan
suara hatimu telah sampai
di garis terakhir
lalu kau ucapkan kalimat tauhid
setenang danau di waktu malam.

Kau pegang tali samawi
hingga pelabuhan terakhir
beristinbak dengan tawajuh
tiap huruf  berdiri sendiri
dalam lautan hikmah
dan nur-Nya adalah kedamaian.

Kota Marudu
March 2018




Pintu Firasat Terbuka Ramadan*

Dari samawi turun salam
bumi menerimamu sebagai kurnia
tajalli-Mu meresap dalam kalbu
pintu firasat terbuka.

Ramadan Al Mubarak
anak bulan khalis di penjuru langit
bermula satu azam
kemenangan yang akan sempurna
perutusan yang bersambut.

Malam-malam tawajuh
doa-doa mutaki
di sajadah rindu
rahasia nubuwatan
siang yang damai
bagai buku yang terbuka.

Kota Marudu
April 2018









Sunday 22 April 2018

Ikan Kekeringan Air* (Tawajuh)

Malam tak selalu dipenuhi bintang
siang pula selalu penuh dengan kejutan
kau cari perlindungan pada rimba
dalam diam membuka halamannya.

Tidakkah kau dengar
darah yang memberkas pada tiap langkahmu
kedamaian kalbumu
telah dirampas.

Ikan kekeringan air
gempa yang mengusir mimpi-mimpimu
tapi kau masih bisa tersenyum
mengucap salam pada tetamu siang itu.

Kota Marudu
2018




Thursday 19 April 2018

Rohingya, Aku Tak Akan Bertanya Lagi*

aku tak akan bertanya lagi
luka-lukamu  telah membumi
tajalli samawi telah tersingkap
bulan tawajuh
khalis anak Rohingya

aku tak akan bertanya lagi
ribut gunung telah beralih
kancah api menjadi debu
suaramu terkumpul
jadi kekuatan gelombang lautan.

aku tak akan bertanya lagi
perang, api yang menjulang
dendam sampai ke puncaknya
adalah kegilaan tak terkawal.

aku tak akan bertanya lagi
kau pun tak akan sampai ke tepian
karam pada muatan amarahmu
Rohingya, jalan pulang masih ada.


Kota Marudu
20 April 2018




Anak Rohingya Masih Bertanya*

Anak Rohingya masih bertanya
tentang gunung khalisnya
dan lembah sungai
tapi sang ayah masih diam
dan menatap matanya.

Malam pudar
mimpi anak rohingya
melayang seperti burung
merantau di bumi asing.

Anak Rohingya masih bertanya
bila kita pulang
rindunya menyala dalam
mimpi dan harapannya
seperti igau di malam hari
tak berhenti.

Anak Rohingya masih bertanya
pada malam
dan siang
perang masih berkecamuk.

Mengapa perang
Sang ayah tak menjawab.

Kota Marudu
10 April 2018


Tuesday 17 April 2018

Rohingya, Langitmu Merah*

Apa pun tindakan dan kata-katamu
tidak ada kebenaran
samasekali siasat licik
kezaliman dan dendam.

Kejahatan di siang hari
seperti letusan belerang
dan debu racun yang menuba
pada tiap penjuru.

Hari ini kau menertawakan
dan membodohkan Rohingya
ancaman dan ugutan
mengusirnya dari bumi leluhur.

Halaman sejarah penuh
dengan darah dan amarah
gerhana penuh di langit Myanmar
langitmu merah.

Samawi tak akan membiarkan
langit Rohingya gelap di sepanjang zaman
tapi, darah yang tumpah
tak akan membunuh Rohingya.

Kota Marudu
April 2018









Getaran Rohingya*

Gemamu telah melangkahi gunung
lautan dan rimba raya
gelombang waktu telah
merubah samasekali arah tuju.

Akulah seledang di medan
api yang mengganas
padam sebelum
sempadan kalbu Rohingya.

Aku tak akan menutup mulut
biar gegendang telingamu
hanggus oleh lahar samawi
kata-kata ini turun pada anak-anak Rohingya.

Nilai pengorbanan ini
bukan perjuangan hanya satu malam
dan berhenti di pojokan manusia yang tewas
tiap mimbar terbuka kau dengar suara Rohingya.

Myanmar, api-api dustamu
tak akan bertahan lama
dalam satu malam
segala-galanya hilang kekuatan,

Rohingya, Rohingya
nazammu makin lunak didengar
kesabaranmu menjadi gunung bertahan
selamanya kau bukan bangsa yang kalah.

Kota Marudu
17 April 2018






Monday 16 April 2018

Rohingya Melangkah Sempadan Kalbunya*


Rohingya tak akan menyerah
mengikis bangsanya di halaman sejarah
kekuasaan dunia sekalipun
menutup pintu dan hadirmu.

Kau, bertahan
siasatnya tak akan mengubah
haluan sejarahmu
kemenangan yang dikorbarkan itu
pendek.

Dalam takaran waktu
Myanmar, akhirnya tunduk
dan menjilat kulitnya sendiri
dari luka-luka kezalimannya sendiri.

Rohingya, kau sabar
sekalipun harus menunggu
malam yang panjang
pasti di ufuk turun fajar kemenanganmu.


Kota Marudu
April 2018



Rohingya, Mimpimu Terus Hidup*

Matahari tak akan berhenti bersinar
sekalipun musim tengkujuh panjang
suatu masa ia berakhir
mimpi buruk itu pun berlalu.

Tiap hari di pengasingan ini
Rohingya tak akan berhenti
rindu pada tanah leluhur
dan kemerdekaan sebuah bangsa.

Biar suaramu terus didengar
biar hadirmu disedari
mimpimu terus hidup
turun-temurun.

Duka-laramu adalah peringatan
tertulis ataupun tidak
hidup dalam memori
sejarah Rohingya sepanjang zaman.

Jangan pernah berhenti
doa-doa Rohingya
pada samawi dan rimbunan hijau
perjuangan tak akan pernah bertitik.

Kota Marudu
April 2018




Wednesday 11 April 2018

Tajalli Samawi* (Tawajuh)

Aku tunggu pada kedatanganmu
pada pertukaran malam
hadirmu adalah suatu kurnia
tidak pernahkah aku menutup
pintu iradah-Mu
seribu malam, malam tawajuh
perjuangan maha hebat
tajalli samawi telah turun
air khalis meresap pada dinding kalbu.

Kalimatmu pulang sebagai tombak
istidraj dalam takaran waktu
kekuatan ini bukan pada
pedang
kelanjutan hadir kurnia
kemenangan mengalahkan
nafsu amarah
Ramadan Al Mubarak
air dingin melegakan
dahaga seorang musafir.

Kota Marudu
April 2018


Tuesday 3 April 2018

Demo Anak Pelastine*

Matahari masih membakar di  Tanah Palestine
bulan purnamamu masih dalam mimpi gerun
dadamu seperti gunung  berapi yang akan meletus
keresahan yang belum berakhir.

Meluru ke barisan depan
tanpa peduli sasaran peluru
terasa kau tak ingin menunggu
tiap persoalan kau inginkan jawabnya.

Kau lihat korban berjatuhan
gema suaramu meraung di langit angkasa
jiwamu menjadi bumi
tak akan terkalahkan.

Nilai
4 April 2018


Thursday 8 March 2018

Gempa, gempa* (Puisi Suasana)

Gempa malam itu
kau mencari kedamaian
dalam doa-doa
pintu samawi terbuka.

Gempa malam itu
berlenggang pada
bumi
menamatkan mimpimu.

Gempa malam itu
perang dalam kalbumu
meletus dan gegarannya
di bawah telapak kaki.

Gempa malam itu
gunung seperti menghembus
nafas
dan kau meniti pada tali hidup.

Kota Marudu
9 March 2018
*disiarkan oleh Utusan Borneo 11 March 2018

Malam Gempa*(Puisi suasana)

Alammu  bercerita lagi
dari silam tak pernah selesai
halaman dan gantian siang
musafir berpulang.

Bulan khalis di malam munajat
rindu bumi menunggu air samawi
jiwa tawajuh di mehzab-Mu
kemenangan pada sebuah cinta.

Malam gerhana
gempa semalam
kegelapan tersingkap
kau pasrah dalam takaran waktu.

Kota Marudu
29 March 2018

*disiarkan oleh Utusan Borneo 11 March 2018

Gempa malam tadi* (Puisi suasana)

Ketika kau belum selesai berbual senda
datang gempa menukar suasana
tiap kalbu gundah mencari perlindungan
memandang samawi dan mengintip gegaran.

Kalau selama ini kau tak pernah
bimbang pada pertukaran musim
turun tengkujuh datang kemarau
gelombang dan angin kering.

Apakah ini  adalah tanda dan isyarat
mampukah  kau menerima ini
menukarkan malammu menjadi siang
kembali dan berpaut pada dahan harapan.

Kota Marudu
9 March 2018

*disiarkan oleh Utusan Borneo 11 March 2018








Gempa* (Puisi suasana)


Apa gerangan gempa semalam
ketika sepi berlabuh
kau datang dengan gegaran
kalbumu sarat bertanya.

Apa gerangan gempa semalam
walaupun sesaat mengundang panik
dan menggangu ketenangan
pada sebuah lembah di tepi gunung.

Apa gerangan gempa semalam
isyarat samawi menyingkap
rahsia kini menjadi jelas
keyakinan pada sebuah kebenaran.

Apa gerangan gempa semalam
di mata rohanimu
kau lihat peringatan
turunnya siang yang menawan.

Kota Marudu
9 March 2018
*disiarkan oleh Utusan Borneo 11 March 2018

Wednesday 7 March 2018

Syria Mencari Damai*

Syria, bumi menjadi lelah
debu-debu perang masih bertebaran
mimpi-mimpi damai seperti
terbawa ke lorong gelap panjang.

Syria, kau makin kosong
tiap mata mencari tempat berlindung
burung-burung telah terbang menjauh
dan tak pulang.

Syria, kesabaranmu telah teruji
sampai pada puncaknya
resahmu mengirim gelombang
sampai ke penjuru dunia baru.

Syria, tangis anak-anak belum redah
hari-hari kau mencari sempadan
tanah seberang masih terlalu jauh
suara-suaramu hilang dalam ribut pasir.

Syria, pada samawi kau tak pernah kendur
ruh dan kekuatan membawamu pulang
ketenangan dalam doa-doamu
datangnya musim semi.

Kota Marudu
March 2018

Saturday 3 March 2018

Suaramu tak berhenti di pojokan*(Puisi Suasana)


Suaramu tak berhenti di pojokan
samawi telah mengirim isyarat
dan makin dekat pada bumi
gerhana berlalu purnama pada samawi.

Bulan khalis malam tawajuh
kalammu tak pernah berhenti
khazanah abadi rahsia tersingkap
kasih sayang-Mu dalam ribuan tanda.

Aku datang dan menyerah
di Mehzab-Mu sebagai domba
dan siap dikorbankan
tanpa bertanya dan undur.

Kota Marudu
4 March 2018





Musim Bunga Syria*

apakah kata-kata buat kau mengerti
hentikan perang dan mulai rundingan damai

tiap saat bumi leluhurmu
rata menjadi runtuhan debu

mimpi gerun yang ngeri
maut berjatuhan

Syria, kota-kotamu kosong
ke mana perginya jiran dan sahabat

jalan-jalan sepi
keramaian telah bertukar kuburan

kau bertanya sendiri
apa telah terjadi

dendam meregut kasih bangsamu
tiap mata memandang curiga

tiap pintu seperti telah tertutup
jalan pulang bukan pilihan

kau masih rindukan
musim bunga tahun ini.

Kota Marudu
4 March 2018



Anak Syria*

aku telah melangkahi sempadan
tanpa menoleh ke belakang
kalian telah kutinggalkan
langit gurun musim dingin.

ma, aku telah tiba di sini
tanpa kau bersama
kakak, katamu, pelangi turun
dan doamu terkabul.

di dalam tas kertas ini
ma, dan kakak masih 
kubawa bajumu
ke mana saja belahan dunia.

Kota Marudu
4 March 2018



Friday 2 March 2018

Perang Syria*

ribut perang masih berlinggar di langitmu
korban berjatuhan di segala penjuru
tangismu telah kering dan
suaramu hilang dalam panik.

usah kau tanya anak siapa yang terkorban
di lapangan ini bergelimpangan mayat
nama dan asalnya tak ditanyakan
jumlah korban makin meningkat.

di bumi leluhurmu parah
perang tak selesai
pintu jalan keluar
seperti telah tertutup

yang membaca dan mendengar
tentangmu berdiam diri dan
tak tau hendak berbuat apa
malam gelap makin panjang.

kedamaian seperti tak terjangkau
harapan menipis dalam angan-angan
tapi kau masih berdoa
datangnya cahaya menghalau kegelapan.

Kota Marudu
March 2018