Tuesday 12 December 2017

Malam di Baitul Maqdis*


Kau berjalan dalam terowong gelap
laluan ini makin menguji sabar
malammu tergangu
komet meletus dan hadir dalam mimpimu.

Tiap kezaliman kauhadapi
bintangmu tidak akan pudar
malam digenggam dengan tawajuh
doamu menembusi pintu samawi.

Gunungmu tetap bertahan
suaramu tidak akan dapat dihalang
sekalipun mereka mendirikan tembuk
dalam kekurangan Dia akan mengenapkan
kau tidak akan  merampas
tanah leluhur
kekerasan samasekali tidak akan
mendiamkan kami
kebijaksanaan akan membawa
siangmu sampai datangnya fajar.

Baitul Maqdis
kalau tidurmu kurang
sejak hari-hari belakangan ini
kau tidak akan gusar dan bimbang
kemenanganmu adalah membebaskan diri
dari nafsu amarah musuh.
Damailah, tiap langkahmu
penuh hikmah dan
kau makin kebal dengan
siasah di tengah malam.

Demi kemenangan hari-hari
esok pasti datang dengan cahaya .





Friday 8 December 2017

Baitul Maqdis, Engkau tidak sendiri*

Duka laramu telah sampai ke puncak
malam telah turun
kau seperti terkurung dalam gua tertutup
bila ribut  ini akan berakhir
Ya Rabbi, segala kekuatan dan kekuasaan
pada-Mu
Baitul Maqdis,
kami tak akan melupakanmu
kami tak akan meninggalkanmu
mendung sementara ini akan beralih
angin dingin samawi akan turun
tiap kalbu akan teruja
engkau bukan sendiri
dan terasing di tanah leluhur.

Duka laramu, bersamamu ratus tahun
bumimu menyimpan rahsia
kesakitan melampau yang ditimpakan
Suci adalah Dia yang melindungimu
kedamaian adalah mimpi abadi
kemerdekaan itu menamatkan siasat buruk
musuh-musuh yang bersembunyi
dalam kegelapan malam
siang yang derhaka.

Baitul Maqdis
engkau tidak akan sendiri
gema suaramu berbalas
api dendam tak akan dapat
membunuh kasih sayang
kekuatan doa-doamu
semakin ampuh dan hebat
duka lara ini akan berakhir
kemenangan pasti pada kebenaran
kami akan membebaskanmu
Baitul Maqdis
dengan cinta dan kasih sayang
musuh-musuhmu diam dan panik
seperti benang kusut yang tak berhujung

Salam, salam Baitul Maqdis
Salam salam Baitul Maqdis

Nilai
Disember 2017

Thursday 7 December 2017

Doa buat Baitul Maqdis*


Engkau masih tak berhenti mencipta
kegelapan malam panjang
samasekali tak mempedulikan
kedamaian.

Mimpi buruk turun dan gerhana
pada langit Baitul Maqdis
kekuatan samawi dalam seribu daya
rahang bumi bergerak.

Saudaraku, air samawi turun di pergunungan
dan nubuwatan telah sempurna
Baitul Maqdis
akan bebas dari tangan-tangan kasar
purnama kembali di langitmu
burung-burung kedamaian
membawa pesan kemenangan.

Usah putus berdoa di malam-malam tahajud
perjuangan ini akan berputik
dan kekuatanmu bukan pada tubuh
tapi, pada keyakinan dan keesaan-Nya
akan menyingkap tabir kepalsuan
dan kecemburuan musuh kebenaran.

Nilai
Disember 2017

*disiarkan Utusan Borneo 10 Disember 2017





Jerusalem*

Engkau telah mengumumkan
kami tak akan diam 
kekerasan bukan pilihan
kedamaian, senjata ampuh
mengalahkan musuh-musuh durjana.

Hari demi hari 
kelancanganmu  tidak akan mendiamkan
ummat
kebenaran samawi berakhir dengan jaya
ini zaman kekuatan doa dan hikmah
melumpuhkan siasah mereka.

Kekuatan ini dimulai dari kalbu
panah-panah api amarah akan padam
di kaki langit karavan telah bergerak
pintu samawi telah terbuka.

Jerusalem, kota aman
Jerusalem, kota aman

Kesedihanmu adalah  kesedaran kami
di bawah langit terbuka
kami berkata, Jerusalem, kami tidak 
membiarkan keserakahan mereka
membunuh dirimu.

Nilai
Disember 2017

*disiarkan Utusan Borneo 10 Disember 2017










Baitul Maqdis*

Cinta pada damai
perjuangan abadi
tanpa mengira waktu
tanpa sempadan

Bersuara atas kesedaran
bertindak dengan hikmah
kemenangan menawan amarah
membunuh kezaliman

Kata-kata, senjata lawan
impian sepanjang zaman
semuanya terkumpul dalam
himpunan doa-doa mutaki.

Menyerah hanya pada-Mu
kepunyaan-Mu, tiada dapat menuntut
kekuasaan  abadi tak tertakluk
dalam takaran waktu.

Baitul Maqdis, Baitul Maqdis
cinta kami hidup
tak akan pernah padam
hidup abadi sampai kiamat.

Nilai
Disember 2017

*disiarkan Utusan Borneo 10 Disember 2017

Wednesday 6 December 2017

4 Puisi Hujan dan Airmata*

1.Hujan Dan air Mata Di lembah kemarau Panah-panah api turun Membakar rimba raya Dalam satu malam Kehijauanmu hanggus jadi Debu bertebaran. Tangismu memanggil-manggil samawi Malam-malam tawajuh Kesakitan berkurun di langit terbuka Perbualan ingkar Derhaka dalam kegelapan malam. Suara-suara mencari landasan Kebingungan dalam ribut gelombang Gerhana di langit bumimu Gempa pada malam keliru Telah berhenti. Jalan pulang telah kau temui Hujan telah turun Tazkirah terkumpul dari Mimpi-mimpi benar Telah jadi sempurna. Taman-taman yang haus Hujan samawi turun Dalam takaran waktu Dan air mata yang menitis Dalam doa-doa seorang musafir. Maha suci adalah Dia Hujan dan air mata Adalah pelengkap sebuah perjuangan Adalah tanda-tanda kemenangan akan sempurna. 2. Hujan dan airmata Engkau telah melihat purnama penuh Jauh di lubuk kalbu, tiap kata-kata Mengalir dengan air mata Musim telah bertukar, Penyiksaan di malam panjang telah Jadi anak-anak kalimat sebuah nazam. Engkau telah bertahan ribuan tahun Dan berpauh pada tali samawi Dendam pada malam durjana Tak akan membunuh kalbu yang tawajuh. Di Mazbah-Mu, engkau datang dalam Jiwa Ismail. Hujan malam itu, Adalah qurub meraih pintu-Mu Air mata kasih sayang Memadamkan api dendam Ia tak berhenti di selokan Mengalir terus ke laut samudera. Kau tak akan pernah melukakan Pada pohon-pohon hayat Di lembah leluhur atau di tanah asing Hujan dan airmata Letusan komet di musim gerhana datang sebagai isyarat yang telah sempurna. Kerinduan itu, airmata seorang ibu Dan impian dari khazanah ratusan tahun Telah ditemui dan rahsia itu telah tersingkap selamanya Dan hujan di musim semi turun Membawa khabar samawi. 3. Hujan dan airmata Berapa lama kau membutakan mata Gempa gunung dan hujan ribut di benua selatan Di tanah-tanah rawan, airmata mengalir Seperti sungai lumpur yang keruh turun dari pelbagai arah Mencari sempadan dan lautan. Mereka bertahan dalam segala musim Hujan dan airmata Jadi perjuangan sampai ke baris penamat Di bumi leluhurmu Matahari luluh dalam kanca perang Siang yang zalim Kasih sayang seperti air yang tumpah Pada tanah yang kering. Ketika api menyala Membakar halaman dirimu Suara-suara air mata tak akan memadamkan Amarah dan dendam Kata-katamu yang terhimpun Mengetuk pintu samawi jadi panah-panah hujan Mengenai sasaran. Hujan dan airmata Tak akan sampai berhenti di sini Kezaliman dan hukuman Sejarah hitam cuba menguburkan Kebenaran dan keyakinan Walhasil, malam gelap panjang itu Menemukan jalan mati dan pasrah Khalis cahaya dari langit ansar. 4. Hujan dan airmata Cintamu bagaikan langit dan bumi Tak bersempadan Rindu bagai air syafaat mengalir Menuju muara laut. Tangis-tangis dalam mekar doa mutaki Hujan kurnia membawa kembang harum Kalbu tawajuh. Di pohon sena musafirmu Berteduh melepaskan lelah siang Perjalanan panjang sang kekasih Air Firasat dan kasyaf dari kolam oasis Hidup dalam ratusan tahun. Cinta dan kasih sayang Lebur dalam airmata Tiap ujian datang dalam kurnia-Mu Pengorbanan itu dari cinta kudus Tak berkarat dalam takaran waktu. Hujan dan airmata Rahmat-Mu dari kalbu yang pasrah Lafaz zikir malam-malam tahajud Terkumpul dalam khazanah doa Damai, damai suara kemenangan purnama yang telah sempurna. 5. Hujan dan airmata Hujan dan airmata Satu kekuatan turun dari jiwa tawajuh Salam dari menara Pada rimba gunung dan kepulauan sepi Kesabaran dari keluh resah kau yang dizalimi Air mata pelarian yang tak sampai melangkah Sempadan atau tenggelam di lautan dalam. Hujan dan airmata Dari daerah-daerah rawan Dalam kemelut dan kanca perang Memanggilmu Supaya kau berhenti dan menoleh Mereka yang kandas di khemah-khemah Pelarian Suara-suara itu hilang Tanpa meninggalkan pesan terakhir. Hujan dan airmata Cerita-cerita dari tanah pemburuan Mimpi-mimpi yang tertimbus Dalam rahang api jadi debu Masa silam Pada siang dan gelap malam Kau mencari laluan ke negeri-negeri pelangi Sambil mengheret duka laramu Tiap saat menarikmu ke dalam jurang maut. Hujan dan airmata Artifak dan khazanah pada dinding-dinding memori Kau bawa berlari ke mana-mana Demi masa, yang kau harapkan Impianmu jadi cahaya pada malam Dan kemerdekaan sebuah bangsa pun Jadi sempurna Dari belenggu penjajah minda dan akal.

Perempuan Rohingya di Ibukota*

Di lorong jalan ibukota
perempuan Rohingya ini
duduk sepanjang hari
tanpa peduli.

Ia tak bicara sedikitpun
matahari jadi saksi
tiap siang, adalah perjuangan
demi hidup.

Ingatannya makin pudar
malam tanpa rang bulan
siang yang kelabu
saksi di panggung sejarah
pada dinding kalbu
Rohingya
artifak tanah leluhur
khazanah suatu bangsa

Perempuan Rohingya ini
tak sedikitpun berganjak
panas khatulistiwa
mimpi di malam-malam pemburuan
telah menghanyutnya
di lautmu.

Dalam diam ia
melihat bangsanya diusir
kini tidurnya gundah
menunggu khabar dari seberang
kesabaranmu telah nipis
di kotaraya
peempuan Rohingya
menadah tangan
tanpa menghiraukan
siang yang resah
di bumi asing ini.

Nilai
2017