Sunday 30 December 2012

Sukma Rawana* (Cinta)

Langit Rawana berdentam-dentum, gelap dan berpetir
jiwa Rawana meraung dari kepulauan sepinya sampai
ke rimba dan gunung yang jauh. Nafsu serakah Rawana
menggoda mimpinya. Rawana kini terkepung oleh
kegelapan raksasa yang terus menjulur lidahnya.
Istana Rawana di atas gelombang, bangunan purbanya
yang dipanggilnya cinta itu tak lain adalah
nanah busuk yang menjadi dahak dan dimuntahkan
dalam kalimat-kalimat yang tak berjiwa dan kosong
belaka. Dirinya ingin memiliki Sita, dan bermimpi
menatah istana dengan sekutunya, matanya berahi
akan kekuasaan. Di Pulau Lanka, Rawana memanggil
sekutu-sekutunya membuat rancangan jahat ingin
mencolek Sita dari Rama. Jiwa Rawana tak puas seperti
muntah belerang di gunung berapi, Rawana ingin
mendakap Sita dan menobatnya permaisuri istananya.
Kedua mata Rawana melotot ingin merebut kekuasaan
sekalipun dari jalan seribu tipu muslihat. Kalau
Rawana itu Pendita, Rawana penyamar yang tak ada
tandingnya. Rawana mabuk cinta, bau mulut Rawana
bau longkang sekalipun Rawana boleh mencipta syair-
syair sumbang yang membuat pendengar terbuai
dalam cahaya rembulan dan igau mimpi kerasukan
dalam pesta malam yang berahi. Rawana tak peduli
yang halal dan yang haram. Rawana punya seribu
topeng, Rawana boleh jadi bandut, penghibur, pendita,
kaisar, kekasih yang mulus, jurutera pelengkap kegelapan.
Tapi tak mungkin Rawana menjadi peminta sedekah
kerana Rawana adalah raja yang tak ada tandingnya.
Kalau Rawana punya rancangan jahat, Rawana
akan menjadi penghulu dari segala kejahatan. Rawana
boleh menjadi kuman, penyakit dan wabak
menular. Rawana o Rawana, niatmu selalu tak
kesampaian. Selalu kandas dan menelur perebutan
kuasa dalam istanamu dan mendera dan menzalimi
sekutumu kerana Rawana tak ada jati diri  dan
budayanya berdiri di tanah lunsur kebohongan dan
tipu muslihat.

Kota Kinabalu
31 Disember 2012

No comments:

Post a Comment