Thursday 13 December 2012

Hanya Sentuhan Di Sukmamu*(ALBDSM)

Aku menatapmu dalam diam tanpa kata
seperti menatap alam di waktu pagi
tiap hari aku memberi salam padamu
dan menulis puisi kerana kau masih
membacanya. Sebenarnya kata-kata
dan bait-bait puisi ini lahir dari serambi
urat darah dan dari sukma yang masih denyut.
Tiap siang mendatang adalah kesyukuran
tiap malam pula bermimpikan esok.
Suatu siang kau menjemput kami
duduk minum petang di jalan pulang.
Temanmu pembual kosong dan bangga
kerana akal liciknya. Katanya tiap
langkah dan gerak tangannya akan
meluruhkan hutan dan buah rimba
jatuh berguguran di atas bumi. Lalu
seorang teman berkata,"Nah, ini
karya-karya puisi, sumbangan tidak
terlalu mahal." Ia memotong cepat,
"Oh aku tak boleh, kamu seperti
perempuan Jawa yang menjual
obat." Aku segaja tak dengar
percakapan mereka. Lalu ia
bersuara seperti pecah guntur. Ia
sebenarnya melihat tanjung terdekat
dan pulau yang jauh hanya dari
jendela politik dan menuai untungnya.
Rupanya, ada orang seperti ini, ikan buntal
di tengah laut. Puisi-puisi yang
terkumpul dan dipersembahkan
kepadamu. Itu adalah suara-suara
naluri yang turun dari langit Cakerawala.
Ia bukan barang murahan atau sampah
di pinggir jalan. Ia adalah warisan yang
sekarang mungkin kau persendahkan.
Tapi ingat, esok kau akan mencarinya
ke mana-mana sampai ke gua gelap
hanya untuk melihat artefak dan grafiti
dan bait-bait puisi dari penyairmu
yang dulu kau bawahkan dan tertawakan.
Kata-kata dalam puisi ini masih bernafas.
Kau masih melihat aku mundar-mandir
membacakan puisi padamu. Ku persembahkan
pada Gazelku, dan generasi muda kalian lupakan.
Aku telah menyiapkan buku ini, dengan cinta.
Ke mana kau, menghilang. Ia adalah masih
pengucapan sukma, dan impian kita bersama.
Jangan, jangan biarkan antologimu
ini menjadi komet yang hanggus di langitmu.
Kalau kau memang sayangkan bait-bait
puisi ini, dengarkanlah kata yang tak
terucap. Hanya sentuhan di sukmamu.
Aku mendambakanmu, kau mendambakanku
atau ribuan kata-kata barangkali supaya
kau memahami tiap isyarat di kaki langit
atau di langit cakerawala di waktu malam.
Aku akan membawamu ke sana, ke tanah
penyair dan tanah kata di orbit baru.

Kota Kinabalu
13 Disember 2012

*Antologi Puisi, 'Lirik Bulan Di Sukma Malam', Sabahuddin Senin dan Kamaria Buang, Borneo Top Publishing House, 2013
*AP Volume I, 2013

No comments:

Post a Comment