Sunday 16 December 2012

Aku Melihat Diri (Ketuhanan)

Ya Rabbi, maafkan aku, memang padamu aku datang
telinga yang mendengar tak akan ingin mendengar
suaraku tak sampai menjangkaumu kerana kau jauh
mataku dan lambaian tanganku cuba memanggilnya
tapi ia telah berada di hujung jalan, ke kanan menjauh.
Sukmaku, aku tak pernah berdusta dan tak akan ingin,
langkah ini mulai terasa berat di bumi sendiri walaupun
aku masih tersenyum, dan menyembunyikan hempasan
badai musim tengkujuh. Kau, yang melontar api arang
atau diam-diam mengutuk dengan lidahmu kalau tidak
catatanmu. Ayuh, lontarkan, mau meludah ke mukaku,
silakan, langit tak akan berpura-pura, hujan akan turun.

Ya Rabbi, bukan aku tak datang padamu. Bagaimana?
Aku ingin berteriak sekuatnya, melepaskannya isi perut,
ingin melepaskannya. Tak mungkin aku berkata keras-
keras ketika bersujud.  Aku malu. Aku tak membiarkan
keadaan yang aku tak dapat kuasai. Kini telah redah
aku kembali kepada-Mu. Ya Rabbi, aku belum tewas,
aku masih di sini. Nafasku masih berdeyut. Langkahku
tetap walau melemah sedikit. Wahai sukma, tenanglah.

Ya Rabbi, aku tak dapat menyatakan semuanya
Gazel, Kuda Semberaniku, kamu pendamping.
Aku di sini dan di bumi kelahiran. Aku melihat
pintu itu. Sepi. Siapakah yang datang? Seorang
teman atau seorang musuh. Oh gunungku dan
banjaran Crocker, aku masih bertahan. Suaraku
adalah suara seorang penyair yang pulang. Aku
tak ingin langitku tercemar. Aku pulang padamu.
Ya Rabbi, sekarang sukmaku tenang, kepada-Mu,
aku datang seperti anak kecil baru belajar berlari.

Kota Kinabalu
17 Disember 2012
*AP Volume 1, 2013

No comments:

Post a Comment