Seperti membongkar sebuah peti lama
dan menemukan sebuah album
adalah ia anak yang dihanyutkan
berdiri di tebing sungai
tak berdaya seperti anak burung
dari tangan seorang ibu rajin
tangannya lincah mengulit tepung
menina bobo sesekali mengurut
perutnya,
Ia menuju selatan.
ii
Pagi itu ia berbaju putih
seluar pendek warna biru
stokin dan kasut putih
hari pertama
matanya selalu awas
melihat ma berdiri dekat
jendela. Yang tinggi
lampai selalu ramah
itu adalah gurunya.
Loceng pulang belum
berbunyi. Kelas gundah.
Tapi, di depan kelas, guru
mulai bercerita Sang Kancil.
Di jalan pulang
mendaki bukit ia
memegang tangan ma.
Menuju selatan.
iii
Selamat tinggal
ia melangkahi halaman
dan sempadan.
makin jauh, langit
lanskap dan bau buminya.
ia pendatang
sepasang kasut
sebatang pen
dan buku tulis
menulis syair-syairnya.
pelipur lara
gurindam jiwa
dan pantun.
Ia belajar
tentang rembulan
komet melintas hanggus
rimbunan hijau
mata angin
gelombang samudera
dan sejarah bangsa.
Laksamana Cheng Ho
dan Ibn Batuta.
Ia menunju Selatan.
iv
Musafirnya pulang
di depan pintu
membaca waktu
senja sirkah
mentari saffron
Ia duduk sendiri
membaca qasidah-Mu
memang di situ,
ada kekuatan
dan ada keindahan
kekadang angin rimba
menyapa lalu pergi.
Kota Kinabalu
8 Disember 2012
*AP Volume I, 2013
No comments:
Post a Comment