Tuesday 15 March 2011

*Teripang (Sea-Slug) (OZ)



teripang, teripang, kekasihku, sekarang aku datang
teripang, teripang, lautmu aku dakap dan tak ingin lepaskan.

Perahu melucur ke dalam samudera
laut tenang berkilat matahari laut Capricon
pada langit seperti seledang sutera biru
pelaut Makassar berlenggang angin berlusur
pada belahan pecahan ombak.

Lambaian Pulau Maginti, Masaloka dan Kadatua
menjauh samar dan tenggelam ke dalam laut
angin seperti berlari dan bersembunyi
kekadang datang mengejut dan mengembus
Pulau Rote sehabis melambai menutup pintu.

Melihat mata juragan yang berkocak
dari raut wajahnya adalah lautan tenang
di situ kesabaran menjadi pulau kebal
ketika tofan dan badai menghempas pulas
doa juragan melucut berbisik pada langit.

Ketika langit bersahabat laut pun damai
'Nurrudin,' panggil Juragan
perahu bergerak santai dalam patah-patah angin
juragan bercerita,
'laut di sini, halaman bermain dan sebelum ini.
ratusan tahun mereka sudah di sini.'

Senja berendam
Pulau-pulau itu adalah puncak-puncak gunung
dari jauh terasa memanggil untuk mengapainya
mereka menyulapi malam yang terapong.

Siang yang murni
melihat ke dalam laut
teripang, batu karang, anak-anak ikan
dunia di dalam dunia laut
'Siap, Din,' kata Juragan.
lalu ia terjun, kepul-kepul udara melurut ke atas.

Seketika Din memandang matahari dari dalam laut berkaca
terasa damai, ringan dan kakinya menyentuh dasar
satu dua tiga empat lima, enam, tujuh teripang
terasa genggaman nafasnya mengendur
lalu perlahan-lahan ia mengapong ke atas
melihat wajah juragan senyum berkocak.


II

teripang, teripang aku mempertaruhkan harapan padamu
teripang, teripang aku bertarung dengan maut keranamu.

'Din kita telah jauh tersasar ke dalam,
pantai memanjang sampai ke ufuk itu
pepohonan dan gurun tanah memerah itu
ada pribumi sudah di sini sejak laut ketumbuhan pulau.'

Di pulau Cartier, batu karang Hibernia
atau ke pulau Ashmore
teripang menanti penyelam muna atau papeta.

Din terjun sekilas melihat batu karang
tapi matanya tertumpu pada teripang
Din tak sendiri, ada peronda, seekor jerung
berlingkar di atas, Din gundah
jauh sedikit ke sebelah kanan mengabur
ada ikan Barracuda.

Ke batu karang Din berselindung
sekilas ia berdoa maut pada mata Barracuda
maut pada jerung, raja laut yang perkasa
nafasnya mulai mengempis dan melemah
ketika itu langit menghulurkan tangannya
Juragan menarik Din ke atas
mereka tak berkata apa pun
membiarkan laut membisu.

Malam itu pusar air berkocak,
seperti langit mengirim isyarat
seperti hewan yang tercium maut,
Juragan bertafakur, layar perahu kembang berhentap
selayang langit bergumpal seakan runtuh terhempas
hujan angin merontah seperti raksasa tanpa ampun
pulau mundur dan bersembunyi dalam kabut gelap
Juragan dan Nurrudin menyusur laut
mereka terbanting di pantai pasir putih.

III

teripang, teripang jangan amarahmu membakar perahu
teripang, teripang, aku hanya pelaut datang sekilas.

Di Laut ini kami sudah di sini
sejak Matthew Flinder mundar-mandir
di pantai pasir putihmu
kami berteduh dan bertamu
di lautmu cinta kami bersemi
di situ kami terbaring dan tenggelam sirna.

Pada gua-guamu ada cerita kami
pada pantai pasir putihmu ada bekas jejak kami
pada tanah liat merah berang itu ada kubur kami.
dalam darahmu ada segumpal kami
lalu kami satukan laut dan segenggam tanah
pada sebuah harapan.

Malam itu Juragan dan Din menghitung teripang
bebayang masa silam mengetuk degup jantung.

teripang, teripang, ada kasihku masih tinggal di situ
teripang, teripang, ada esuk kupasti datang lagi bertamu.

Canberra

*Seawal abad ke 16 Pelaut Muslim asal Makassar menyelam teripang (Sea-Slugs) di laut yang sekarang menjadi laut Australia. Terdapat banyak 'artifacts' pelaut ini di gua-gua Aborigin dan juga kubur-kubur mereka. Dalam tahun 1867, Governor-General Belanda mencatat ada 17 orang Aborigine di Makassar yang ikut pulang dengan Pelaut Muslim asal Makassar.

No comments:

Post a Comment