Tuesday 15 March 2011

Belacan* (OZ)



Malam di Burton Hall. leggang. musim dingin.
aku akan makan berselera, banquet seorang raja
kalau tidak di kamar mesti di dewan makan
closed the door, masuk ke dalam berhenti sejenak
memandang tersenyum. mahasiswa di hujung dunia pun ada
kuning, merah, putih, hitam, sawo matang,
rambut keriting, ikal mayang, pirang, hitam lurus dan botak
muslim, kristian, buddhis, pagan, atheis dan agnostik
inilah pbb, toleransi dan saling-menghormati.

kuselak menu malam ini, kari ayam, ikan bilis pedas,
kangkong tumis belacan dan nasi, ah kerinduan makanan sendiri
seribu resepi berlingkar di dalam kepala, bigung
kalau ada cocktail party pbb, di sini dewan makan ini
berkumpul para chief berbakat dari utara selatan
aku berjalan masuk. bangga. senyum, greeting every one
bau tumis, bawang, daging, ayam, ikan, spagetti
voila, rempah dan aromi mengelus ke dalam hidung
Bon appetit, silakan makan, inilah malam berselera.

Sudah kutanak nasi dan menggoreng ikan. air liur menitis
kupanaskan kuali, masuk bawang, sepotong belacan
makan kampung bisik hati, sederhana, boleh tambah
ah, sambil melirik mata seperti membuat pengumunan
akan kuundang semuanya biar mereka tau resepi ini
kucium bau belacan digoreng, kupejam mata
membongkar selera anak perantau
kangkong sudah kubasuh siap untuk ditumis
tonight is the night, mr nobody.

'what awful bloody smell is that.'

esoknya, surat edaran pada mahasiswa
dilarang pakai belacan di dewan makan.

ANU,
Canberra
1983

*Terasi dalam Bahasa Indonesia

No comments:

Post a Comment