Tuesday 15 March 2011

Muezza (OZ)


Bakar setanggi hamparkan bunga melor, sebakkan kuntum-kuntum malam
mewangi, biarkan malam kembang semangkuk ini menjadi baris-baris sajak yang indah.
Kupanggil namamu kerana ia terlalu indah pada telinga yang mengerti
kekadang dalam rindu yang tergetar kusebut namamu dalam lagu
kau terlalu manis, sayang, untuk satu kata yang dapat menyampaikan yang terpendam.
Muezza, kau bintang kejora lekat pada setiap bibir yang mengenal sebuah kasih
kaulah telaga, langit, bintang, bulan, matahari, laut, rimba, bunga dan melodi
hanya melihatmu saja berbaring tenang di taman bunga telah mengusik naluri penyair
rerumput yang kauinjak itu terasa seperti sapuan seni khat pada mata hati.

Muezza, kaulah jenismu merangsang kisah silam menghantar diri kepada kekasih
walaupun sekali hanya dalam mimpi akan terubat seperti seribu tahun lamanya
biar hanya menyentuhmu aku pun terasa puas, seperti minum air dingin tabaruk yang mengalir
di musim kemarau. Bagaimana dapat kulupakan, aku kagum, Muezza, satu dari jutaan bintang,
ketika kau tidur, azan berkumandang kekasih pun tak mengganggumu. Kau, zamrud, pilihan.
ketika kekasih pulang kau tiga kali dielus-elus manja dari tangan suci
ketika kekasih mulakat dengan para sahabat kau baring di atas ribanya
ketika bekas air yang kau minum kekasih tak merasa bimbang memakai airmu berwudhu
Oh Muezza, begitu kisahmu menambat air mata berkurun bila mengenangkan kekasih.

Sore tadi ketika aku membawa muezzaku ini ke hutan kecil, dekat sungai
seorang wanita berhenti dan bertanya, 'apa yang kamu nak buat dengan kucing ini,
kamu jangan menyiksa dia, aku sudah melihatmu.' Kemudian berlalu pergi.

Ya Allah, Rabul Alamen, bagaimana aku bisa
berlaku kasar pada muezzaku,
kalau saja dia tau kisah-kisah itu!'

Canberra.


No comments:

Post a Comment