Tuesday 15 March 2011

Harry, Seekor Unta (OZ)

Di pelabuhan senja mencair
kutinggalkan tanah leluhur
tiada ucapan selamat tinggal
tiada pula keramaian malam.

Bayangan malam memanjang
aku pun tak bertanya ke mana
sebagai anak baru merangkak
menjadi perantau yang tercabar.

Tak kupeduli pada regut maut
hati mudaku sumpah jaminan
sekalipun Everest akan kudaki
apa lagi pada laut mengila.

Kalau langit tofan mengamuk
rasa kegilaanku mencuat
tiada yang sehebat aku
pada seluruh alam sejagat.

Memang aku degil yang lincah
sesekali aku melepas geram
kalau memang kelemahan diri
itu sudah menjadi fitratku.

Ketika mereka mendatangi pasar
aku pun sudah berfirasat
samasekali tak akan bertanya
pilihan telah jatuh di atas pundak.

Bilang saja mau ke mana, tuan
ke hujung dunia pun aku mau
merangkum malam dan siang
pada bumi yang entah di mana.

dari pelabuhan ke gelombang laut
dari lautan bergelora ke lautan teduh
dari pulau sepi ke hujung benua
maaf, aku pun tak mengira.

Lenggang kapal SS Appoline
meninggalkan Pulau-pulau Canari
membelah laut bersama hati
belayar pasti sarat muatan.

Matahari langit menggelap
bau kapal yang hapak dan mual
bukan main kepalaku pusing
mencengkam dada sepanjang jalan.

Langit siang dan matahari berdandan
aku bilang setelah malam memanjang
pasti ada siang yang membawa kembang
salam benua, kudatangimu bersama doa.

Bila aku tercubit rindu menggerang
tentang malam semalam menggelepar
kulaham dalam impian muda
pada sebuah benua baru.

Mereka pun tak pernah bercerita
akupun tak pernah bertanya
kan lebih baik begitu dari tahu
membawa bebayang curiga.

Kucium udara benua baru
kutantang langit matahari biru
kuminum air manis dari periginya
kurintis pada hutan dan gurunmu.

Pada hari aku bertuan John Horrocks
seakan seluruh langit memberikan isyarat
di sinilah sekarang tanah leluhurmu
di sinilah cinta dan ajalmu, oh kekasihku.

Siang yang memerah keringat
ekspedisi yang mencabar seorang jantan
menguji kekebalan pada gurun pasir
pada tasik garam, pada sungai banjir.

John pun menjadi biasa dan sayang
mula memanggilku Harry*
dan aku pun tak pernah protes
sejak itu nama ini menjadi milikku.

Aku samasekali tak merasa kesal
kerana aku seekor unta di benua baru
apa lagi rendah diri dipanggil begitu
bukankah ini penghormatan terbaik?

Semalam aku bermimpi Imam Moscat
mengirim salam dan kulihat SS Malta
di pelabuhan Sydney menggonceng turun
unta-unta, puteri manis.

Kurintis jalanmu berkali sudah
derap kakiku menghentap gurunmu
bila kesunyian datang bertamu
pada bintang langitmu kulepaskan rindu.

Anak-anak abrogine datang bermain
ini bukan kuda, kata mereka berolok
tapi lebih perkasa dari seekor kuda
sambil membosong dada berlari-lari kecil.

Matahari dipundakku
cintaku berlabuh di sini
kenakalanku kekadang
meremas John yang ramah.

Suatu pagi yang beriya
kulihat kambing jantan dekat khemah
kumarahi dan memberi amaran
tapi ia seperti mengacu satu perlawanan.

Sekali tercabar aku setangkas kilat
menyerbu mangsa sekali terkam
ia menjerit langit tersentak
lalu kulepaskan tengkuknya.

Kenakalan datang dalam fikiran
seperti anak tak mengerti
ketika mereka pergi merayau
kurobek guni tepung bekalan kami.

Kulirik mata John tanpa curiga
kau memang seorang teman yang dekat
ketika kami lanjutkan perjalanan
jalur-jalur tepung jatuh di atas jalanan.

Senja berlabuh pada gurun merah
malam memulas mencincang mimpi
John kulihat dirinya menjadi puntung api
kemudian menggelap dalam malam kelam.

Kalau kau melemparkanku ke langit
aku menjadi bintang-bintang
kalau kau melemparkanku ke lautan
aku menjadi pulau-pulau.

Kalau kau melemparkanku pada malam
aku larut dalam dreamtime
kalau kau melemparkanku pada gurun
aku menjadi uluru.

Tasik Torren yang mendidih
matahari yang mencengkam
bibit api yang meletus
hutan menjadi neraka celaka.

Malang yang mencuri ketenangan
bila punggungku menghendik John
ketika senapangnya meletus
dua jejari putus dan giginya patah-patah.

Malam mulas duka mencengkam
kulontarkan pada malam menyerigai
kumeraung merobek-robek sedu-sedan
lalu berkata, John maafkan, ini kemalangan celaka.

Siang itu seperti kiamat berdentum
bagai tulang punggung yang patah
aku seakan terbanting di penjuru
John meninggal, kerana gangrene.

Aku memandang langit, oh, benua baru
kuhirup udara pagimu sepuas-puasnya
Harry tenanglah, jelas bukan segumpal dendam
bukankah pesan John kepada orang, hanya satu bidik!

Canberra
11 May 2010

*Harry, adalah unta pertama merintis jalan dalam sejarah Australia pada pertengahan abad 19.

No comments:

Post a Comment