Noumea sekilas
selepas gerimis
kaligrafi pada hati yang terusik.
Di sini aku menemukan calar
calar siangmu, siksa yang ranap
kaligrafi pada hati yang terusik.
Di sini aku menemukan calar
calar siangmu, siksa yang ranap
memeluk mimpi tanah lelohor
menjadi buruh paksa di lahan baru.
Di kedai ia bercanda. “Bonjour.”
Salam dari wanita Kanak, gelak
dalam bual mencari pengertian.
Bus tiba di perhentian terakhir
Bus tiba di perhentian terakhir
Hienghene, malam salak anjing
denyut nafas debur ombak laut.
denyut nafas debur ombak laut.
Di sini kami mengenangkanmu
Hienghene Massacre, tattoo hitam
berdarah pada Kanak. Di dinding
hati ada grafiti peringatan kejam
Gerhana berkopak gelisah resah.
Mimpi dan impian kemerdekaan.
Noumea
20 April 2010
**telah terbit Antologi puisi Kuntum Kasih, diselenggara oleh Kathirina SusannaTati, Metro Media Publications & Services, 2013.
**telah terbit Antologi puisi Kuntum Kasih, diselenggara oleh Kathirina SusannaTati, Metro Media Publications & Services, 2013.
No comments:
Post a Comment