Tuesday 15 March 2011

Demi (Antologi Kuntum Kasih diselenggarakan oleh Kathirina Susanna Tati, Metro Media Publications & Services, 2013)

Hujan gerimis di pematang padi
topeng-topeng menjelma hidup
di pentas pendita merenjis air suci
musuh kecundang dikalahkan.
Rentak tari dari perlahan cepat,
makna terkumpul dari gerak-gerik
mata, sekali menerkam, menunduk
dan berlalu. Hujan gerimis turun di
permatang padi. Aku mencicip kopi
membaca buku di pelantaran. Kata
mencari dahan berpaut. Berbaring
memejamkan mata atau menonton
tari Legong dalam irama korus Kecak.
Kata bersayap dalam pusar angin.
Pertembungan Rangda dan Barong
ada kenangan masih berpacu, dari
perbualan menjadi nasihat. Kata,
Keramaian hutan menjelang senja.
Ada puisi dalam tiap cerita. Hujan 
semi merenjis musim semi. Kau 
lukis malam dan rembulan. Kata,
sahabat penglipur lara. setiap separuh
 bulan penuh ia datang dengan keledai,
membacakan buku dan membawamu
terbang membelah anngkasa, melayari
samudera lautan dan berburu di hutan 
belantara. Mata menurut dan melayang.
Di tanah dewata ini, ketuk gamelan dan
korus. Syair Ramayana atau mahabhrata.
Aku tenang dan mengunyah bualmu.

Ubud
Bali
14 May 2010

*telah terbit dalam Antologi Puisi, Kuntum Kasih diselenggarakan oleh Kathirina Susanna Tati, Metro Media Publications & Services, 2013
*ITBM

No comments:

Post a Comment