Tuesday 15 March 2011

Penjara (Pasifik)

Bagaimana pun kau menjadi gusar dan tersiksa dalam kilatan petir
malam pun menyembunyikan amarah yang ingin meledak seperti gunung berapi
perdamaian yang tertembak hiba yang merudung menjadi dendam yang lumat
pecah gelas yang terhambur di lantai sebuah kebahagian yang terluka
darah hitam pun menyeruduk ke urat-urat menjadi racun dan nanah
aku berdiri antara dua teman sedang mereka melepaskan panah
pintu rumah yang terhempas dari sepasang mata yang curiga
pada saksi pepohonan malam dan sepak terjangmu pada dinding
kerana kau seorang lelaki dan tanganmu memang penyiksa yang biadap!

Bagaimana aku bisa tenang melihat badai yang mencabut sebuah cinta
lalu menghumban sebuah harapan dalam sel lokap yang gerun
tapi aku masih mendatangimu saban akhir minggu menghiburmu
mengumpul sebuah ingatan bersanggul yang terselit bunga kemboja
waktu berinsut doa terbidik dalam insaf dan ketenangan yang melangit
suatu malam tiba giliranmu membaca al fatiha dalam samar-samar lampu
mereka pula mendengar suara malaikatmu seperti air dingin yang menyapu
pada wajah-wajah yang mengharap bilakah pintu itu terbuka?
ketika kau kutinggalkan tergantung sebuah harapan.

Benarkah percintaan itu dari pertemuan sungai dan laut yang bersahabat
ketika haluan berubah menjadi malam penyiksa yang khianat
lalu menjauh ke sebuah pulau dan untuk kembali bukan lagi satu pilihan
di penjara ini aku menatap gejolak rasa dan kebebasan terlucut!

Rove Prison
Honiara
26 Mei 2010

No comments:

Post a Comment