Tuesday 22 May 2012

Puisi Buat Wanitaku (Perempuan)

Terasa seperti salji gugur
meresap ke dalam dada
lalu kutulis puisi ini buat wanitaku
kerana aku mencintaimu.

Wanitaku, kau adalah lambang kesuburan
adalah lambang penerus perabdaban
adalah keindahan dan sumur puisi
dan genta kehidupan.

Dari rahim seorang ibu melahirkan
anak manusia,  bagaikan kain putih tanpa dosa
kelahiran dari sebuah cinta yang tulus
kelahiran dari doa-doa purnama penuh.

Ketika terpisah dari tembuni
tali pusat dipotong
tangis pertama itu adalah
bagai janji langit telah tersambut
kelahiran seorang anak manusia.

Tangisanmu adalah
lambang kehidupan bermula
degup nafasmu adalah
degup nadi alam sejagat.

Dari mata bayimu tertutup indah
wajah yang belum mengenal dosa
lalu terbuka melihat dunia pertama kali
merangkak, berdiri jatuh, melangkah dan berlari.
Kau diasuh dengan seribu janji tentang esok
tidurmu dalam dakapan dan dodoi rembulan.

Seribu malaikat turun menjagaimu
seribu malaikat menjadi perisai
seribu malaikat berdoa
buat anak manusia ini.
Kau lahir dan membesar
dan berhati kijang yang girang
menari di lembah hijau.
Sentuhanmu cahaya yang menghidupkan
di taman peradaban
kau tak diajarkan meminta
dan sayap pengorbananmu
tanpa sempadan dan melintas ke jantung cakrewala.

Wanitaku, darimu  terpencar peradaban
kau adalah anugerah yang terindah.
Suaramu lembut ketika bersatu
menjadi korus yang indah menawan langit samawi
dari tangan dan benakmu lahir karya-karya agung
musikmu menawan  tapi bukan mendarahi
puisimu menggetarkan rasa kemanusiaan yang adil
kata-kata dan gerak tangan dan  lari tari kakimu
sapuan kanvas memberikan harapan pada besok.

Aku menanyakan kepadamu
pemegang tongkat kekuasaan.
Bagaimana anak manusia lahir
dari rahim seorang ibu bisa menjadi penzalim
dan pembunuh massa tanpa ampun
kemanusiaan terperangkap dalam sejarah silam.
Seribu satu jawaban kau dapat berikan
seribu satu alasan kau dapat kumpulkan.
Di sini perlu kembali menilai kemanusiaan yang tercopot
di sini perlu kembali  meletak hak di gunung perkasa.

Wanitaku,
kau bukan pewaris dosa masa silam
kesabaranmu merangkul bumi dan langit
dari rahimmu-
tak pernah dipohon melahirkan manusia korup
tak pernah dipohon melahirkan penjahat dan pembunuh
tak pernah dipohon melahirkan manusia berkekang nafsu
tak pernah dipohon melahirkan manusia bathil
tak pernah dipohon melahirkan manusia kasar tanpa adab
tak pernah dipohon melahirkan manusia penyiksa wanita.

Wanitaku, bertapa perih dan malu
biarkan disebak rongga dada ini
melihatmu-
masih menjadi umpan kanca nafsu serakah
masih menjadi debu yang ditendang-tendang
atas nama tradisi dan budaya biadap.
Memperkosamu adalah
pencerobohan hak hidup wanita
bagai menyerang peradaban itu
menghancurkan dan meratakan ke bumi.

Wanitaku, kau mesti kuat dan gagah menangani kejahatan
kau jangan pernah tunduk bila hakmu dibawahkan.
Hujan akan turun sekalipun dicuba membojok langit
debu-debu dan noda-noda hitam merangkumi
sepanjang perabadan akan terbawa hanyut
langit sendiri akan menurunkan tangannya
bumi pun telah lama merontah kesakitan
kerana perbuatan anak manusia.

Wanitaku, aku mencintaimu
menghidupkan lebih baik dari membunuh
tangan memberi lebih baik dari meminta
keadilan dan hakmu itu adalah
amanah yang dipegang.

Canberra
22 Mei 2012

*Antologi RM & SS















No comments:

Post a Comment