Friday 5 April 2013

Sukma Orang Kecil*(AKL)

Ayuh pacu kuda semberani, pacu sampai ke pusar bumi
di sana ada langit yang luas terbuka dan warna lembut
dan sejuk di mata. Gazel, menerjanglah ke dalam udara
pergunungan, burung-burung di rimba jati, kau tak kutinggalkan,
melayanglah terbang, siang masih ada, bawa sekali
sukmamu. Kita belum terlambat.

Suaraku tak akan dapat kau kurung dan menutup dalam
botol untuk ribuan tahun. Mungkin kau menakluki wilayah
tapi kau tak akan menakluki sukma ini. Mungkin kau
menganggap, 'ini orang gila yang bicara, orang kecil.'
Tapi kau harus ingat bicara orang kecil ini tak akan
dikalahkan sampai bila-bila. Orang kecil jiwanya
ikan paus, nalurinya dari khutub ke khutub. Jangan!
Kau bermimpi untuk menghapuskan orang kecil.

Sekarang di gelanggang ini permainan bertambah sengit
Tidakkah kau lihat mereka telah menukar siapa yang
masuk gelanggang dan keluar gelanggang. Kau seakan
tak boleh buka bicara, mulut terjahit dan kau terlentang
hanya melihat dengan mata. Masa kecil mama berpesan,
'kuatkan semangatmu.' Jadi, aku tak akan pernah mengaku
kalah dan berhenti dipersimpangan jalan.

Aku masih boleh menyedut udara lembah dan laut,
kuda-kudaku masih gerak seorang pendekar, nadiku
masih nadi kuda dan lincahku masih lincah Gazel.
Ketika mengharung gelombang taufan di lautan
kau masih duduk dalam kegelapan. Ketika aku
melintasi benua bertarung dengan ribut angin sahara
kau baru melihat bintang bergemerlapan dan baru
mencongak-congak.

Aku tidak menyesal lahir bukan dalam generasimu
Tanpa jembatan, generasi sekarang tak akan boleh
melenyapkan sejarah semalam. Mengosongkan
yang lalu hanya akan membohongkan maruah dan
jati diri. Aku datang bukan menghalangmu apalagi
membelenggumu dan menutup matamu dengan
sapu tangan lalu menembakmu. Tidak juga kau.

Di sini, di bumi ini kita keduanya berpijak
di atas kita melihat langit terbentang luas dan
bertingkat-tingkat. Aku tak pernah merayu
supaya kau mengasihani kami. Aku punya
impian seperti kau,  kata-kata dan kalimatku
masih terbang bersayap, sukmanya masih
berakar pada bumi.

Kalau esok aku telah tiada, aku akan meninggalkan
grafiti dan artifak di relung-relung sukmamu. Dan tiap
tanah di bawah telapak kakimu ada aku, pada hutan jati
dan sungai yang mengalir ada aku, pada gunung dan
banjaran ada aku, di laut dan pulau-pulau masih kau
lihat ada aku. Di langit malam dan siang benderang ini
ada aku. Aku ada dalam sukmamu, ribuan tahun dan
sampai kiamat.

Aku tak akan bimbang. Kalau kau cuba menghapuskan
nama dari dinding dan halaman sejarah, sungguh, kau
salah dan silap. Kudaku, kuda semberani, seputih kapas,
Gazelku, adalah sukma, tak berganjak dari kebenaran
pada kata dan tindakan.

Kota Kinabalu
5 April 2013
*AP 10 Penyair,'Kembang Langit', Qomaruddin Assa'adah, 25 April 2013 (Mei 10)







No comments:

Post a Comment