Friday 5 April 2013

Ketika Suara Orang Kecil Menjadi Korus*(AKL)

Inilah masanya kau mau jadi orang terpilih atau dipilih
sekarang ini, masa yang paling penting
bila dikhabarkan bukan rahsia lagi
di dalam demokrasi, orang kecil juga bisa!

Soalnya sekarang aku mau jadi batang ubi kayu
yang ditanam di tanah gembur di kebun di belakang
desa. Ketika waktunya sampai aku tumbuh
dan cepat berisi. Jadi, makanan orang kecil.
Apakah mereka memilih nasi dihidang
buat makan malam? Bukankah nasi lebih
enak dari ubi rebus?

Kalau begitu, biarlah aku jadi kuda laut
jantan yang pandai bunting sampai melahirkan
anak, penerus generasi masa depan. Pengorbanan
begini adalah teladan buat generasi mendatang.
Tanpa pengorbanan, impian tak akan dapat
dicapai. Jadi, kuda jantan di zaman begini,
pengorbanan tak bererti apa-apa. Fenomena
merah masih merayau di lautmu. Orang masih
mengotorkan laut. Perangainya tak berubah sejak
dulu.

Aku jadi gunung saja. Indah dipandang. Semua
orang mengkagumi pemandangan gunung di waktu
pagi. Kesayangan semua orang. Pelancung akan
datang mengambil foto dan memuji-muji
keindahanmu sampai dalam mimpi. Anak-anakmu
mendabik dada bangga  tentang gunungnya. Memandang
tanpa berbuat apa-apa tak cukup. Apa lagi orang
masih suka menebang dan membakar hutan jati. Lalu
kabus jerebu tebal berlinggar-linggar di gunungmu.
Apa akan jadi pada gunungmu? Kau tak akan boleh
melihat gunung, keindahannya ditimbus kabus jerebu.
Matamu pedih dan bernanah.

Burung-burung di pohon tinggi, kau lebih aman.
Berkicau di waktu pagi, lagumu menghibur
atau nyanyi duka lara yang menekan di pundak.
Tiap hari kau penghibur yang tak pernah bosan.
Ketika orang kecil bermasyghul, kaulah penghiburnya.
Tapi burung-burung telah berhijrah jauh ke hutan jati.
Kerana di sini telah diumumkan daerah perang,
daerah rawan dan daerah merah. Dan orang masih 
turun menggetah burung.

Kalau sudah sampai begitu, biarlah aku memilih 
menulis puisi buat orang kecil. Orang kecil tetap
orang kecil, suaranya kecil tapi ketika menjadi
korus, akan bergema  di dalam gendang telingamu
dan terpelihara di dalam sukma. Selagi hidup 
orang kecil dipinggirkan, selagi itu mereka tak 
akan diam menurut tapi bersuara lantang. Tatkala
suara korus itu menjadi semboyan, langkahnya 
berani dan tak peduli mati.

Kota Kinabalu
5 April 2013
*AP 10 Penyair,'Kembang Langit', Qamaruddin Assa'adah, 25 April 2013 (Mei 10)




 






No comments:

Post a Comment