Tuesday 2 April 2013

Penceroboh Lahad Datu dan Semporna (Merdeka)

Dalam senyap kau telah masuk menyisip ke dalam
gelombang di malam hari menelur sengketa. Mereka
turun bagai komet, calar-calar di langit impian.
Lumpur di kasut dari kepulauan yang menyimpan
kegelisahan ratusan tahun lekang di pantai pasir
desa Tandou yang khayal dalam mimpi yang tak
akan menetas. Ketibaan telah mengganggu penyu
yang sedang bertelur. Rembulan terkurung. Ombak
laut meminggir, pulang sepantas kilat laut Taganak.

Ketenangan Lahad Datu dan Semporna seperti
tersiram air mendidih di siang benderang. Mereka
datang berslogan perang. Dari mulut dan nafasnya
api gunung belerang. Kata-kata kekerasan tak akan
dapat menakluki sejengkal tanah hijau di lembah dan
pesisir. Langkahmu terseliuh baru turun dari laut ke
daratan. Nafasmu pendek, larimu pun tak seberapa.
Mengapa?  Membiarkan segelincir orang hempas
impianmu.

Ketika kau memasuki ketenangan langit dan bumi
aku tak menyangka kau datang sebagai musuh.
Kedamaian tanah ini telah terganggu buat kali
pertama dalam waktu yang panjang. Langit bertukar
menjadi gelap dan kau melepaskan raksasa ke medan
perang. Gegap gempita, kau mainkan lagu perang,
kegilaaan Rawana tak dapat ditahan. Bagaikan
pintu neraka terbuka. Drama pun mula. Kau tak
ikut peraturan perang, semua jalan halal demi
janji-janji kemenangan yang tak mungkin. Tapi
masih kau bersikeras, mengerah balatenteramu,
mengeruhkan jalan damai dan persaudaraan Ummah.

Kau merosakkan mimpimu dan mempergok impianmu
ke longkang yang berbau. Dan menjolok mentari
dan menconteng wajahmu dengan kegelapan. Sekarang
kau tak dapat melihat rembulan dan udara di tempat
kau berpijak menjadi tipis dan rongga dadamu tersendat.
Tak dapat aku membayangkan kau datang bukan
sebagai tamu, tapi membawa grenade dan senjata.
Mengapa mengorbankan diri pada satu tujuan yang tak
jelas dengan retorika yang basi. Tidakkah kau kesal
dan sedar membunuh dan menganiaya mayat-mayat
lawan adalah  'Crime against Humanity.'

Dengarkan anak bangsa, bumi ini adalah
anugerah dari langit sampai qiyamat. Setiap
generasi akan memperlakukan tanah dan laut
leluhur ini dengan semangat bangsa, menjaga
dan melindunginya dengan semangat pengorbanan
dan jati diri. Keamanan dan ketenangan di tanah
kasih sayang ini adalah lambang sukma yang
tak akan terkalah dengan kekejaman, penganiayaan
dan perang. Kau, anak bangsa hari ini sampaikan salam
kami dari satu generasi ke satu generasi. Bumi pertiwi
ini tak akan kami lepaskan walau sejengkal pun.
Tumbang satu, seratus ribu akan siap siaga
maju ke medan juang.

Kota Kinabalu
3 April 2013








No comments:

Post a Comment