Friday 30 May 2014

Nyanyi Anak Sulu (Suasana)

Dapatkah aku pinjam masa silam
sebagai pacutan mencipta
purnama di langit malam.
seperti peti panodora
rahsia di sebaliknya.

Kalau kau
memilih senjata kebohongan
sebagai fakta sejarah
aku tak di dalam daftarmu.

Kau telah melihat negeri kesiangan
langitmu tersayat seribu
masa silam menjelma
dalam mimpi ngerimu.

Kutatap matamu pada suatu siang
penuh penyesalan kemarahan gunung berapi
malam panjang celaka telah menggeruti
rahsia bangsamu
menyedut darah manis menjadi cuka.

Mengapa kau harus malu pada legasi
melihat sejarah bangsa didera
adalah penderhakaan ribuan tahun.

Dalam kepekatan malam majnun
mahkotamu yang tercampak
tiap bangsa ada petualang
hanya sepotong daging
mereka berbunuhan.

Kau tak pernah mewarisi sebidang tanah
darah merah tak lain isyarat pengorbanan
armada kekuatan mereka
terpukul mundur ke dalam laut.

Laut Sulu, dengarkanlah gurindammu
irama perang sabil.
Lihatlah dastar dipakai
gerak-gerak kaki dan tangan menggalai.

Pukulkan gong mainkan kulintangan
melihatmu anak Sulu, gerak pahlawan
wajahmu setenang langit dan sukmamu
sedamai lautan di waktu malam.

Keluarlah dari persembunyianmu
katombe-katombe buatanmu sendiri
kumpulkan cahayamu
purnama yang tak akan pudar
sampai kiamat mendatang.

Sinar matamu pemegang amanat
kata-katamu seperti udara Kundasang
yang menawan gunungmu
nafasmu sampai ke samawi
sukmamu adalah tajalli
dan tawajuh pada-Mu.

*10 puisi dikirimkan paa 27 April 2015

No comments:

Post a Comment