Wednesday 28 May 2014

Laut Sulu Tenang (Suasana)

Laut Sulu, kau mengasingkan diri
langitmu telah berhenti bercerita
kepulauan bagaikan ditinggalkan
gelombangmu melemah seketika
tapi firasatmu sampai di Tanah Sukma.

Lama aku tak mendengar lagumu
kerana lirik yang kudengar telah
kehilangan makna dan gemanya
mati dalam badai taufan semalam
anak-anakmu telah berpergian dan
tak kembali sejak kembang purnama.

Perjalanan zaman telah bertukar rentak
suara-suara keras dan mendatar telah
kehilangan dinding dan landasan rata
ingin menakluki sukmamu malam gerhana
ribut badai telah meredah di laut sempadan.

Usah kau lupakan isi pada pengorbanan
bukan bersandarkan pada kulit luaran
tapi pada isi akar tunjang yang menjunam
dalam ke pusara bumi leluhur bangsa beradab
sekalipun mengambil masa ribuan tahun.
Biarkan kasih-sayang ini hidup dalam sukma
dan menjadi fitratmu ini adalah tekad
yang menggerakan tiap nadi yang berdenyut.

Tiap musuhmu melihat seekor singa dengan curiga
walaupun di tangan ini tak ada senjata membunuh
hanya suara kedamaian yang meniup bara apimu
yang akhirnya menjadi unggun api menyala.

Betapa aku merasa bulanmu bagai tersayat luka
melihatmu terdampar dan kehilangan wajahmu
di daratan ilusi tanpa ada tangan menghulur kasih
apa lagi meniup udara ke dalam rongga nafasmu.

Matarimu mengirim pelangi di tanah meranti merah
cahayanya telah melimpah-ruah sampai ke pelosok
membongkar rimba tahyul dan daerah-daerah rawan
di tanah peribumi ini melangkahlah dengan terhormat
tak ada lagi yang ditinggalkan apalagi diketepikan.

Aduhai, ketenanganmu ini adalah kerinduan abadi
saksi zaman dan pembawa obor kedamaian dan
keselamatan dan cinta mengalir dari sukmamu
akan merubah langit dan bumi  dalam wajah baru.

Kau dan aku tak akan berhenti di tengah jalan ini
Tajalli-Mu  telah menguatkan keyakinan dan iman
kedamaian ini bukan suatu mimpi pura-pura
tapi adalah penyempurnaan kebenaran yang tulus.

No comments:

Post a Comment