Thursday 22 May 2014

Di Persimpangan Jalan Maut Mengembangkan Sayapnya (Ketuhanan)

Malam itu Kapal Terbang MH370 seperti kehilangan kompas
berkejar ke destinasi yang tak mungkin sampai dan tergapai
keindahan bintang-bintang di langit tenang samasekali
tak menyentuh sukma penumpang, anak kapal dan juruterbang.

Penumpang-penumpang ini bukanlah sekawan burung
yang terbang berhijrah dari langit selatan ke benua utara
sudah lama kapal ini terapong di udara langit malam
kerinduan pada tanah berpijak mulai terasa dan
kelelahan musafir tak terubat kerana mata yang binggung
tak berdaya untuk memburu mimpi Kejora.

Sesekali kapal terhempas atau terlambung ke atas
penumpang panik, suasana cemas dan tersiksa sukmanya.
Tiap penumpang mencari kekuatan dalam keadaan tertekan
Tiada yang rahsia lagi semuanya jelas mereka menuju
ke jalan tak ada pulang, ataupun mengucapkan
Selamat Tinggal dan Salam.

Di saat-saat cemas begini, mereka ingin hanya satu
kalau ada perundingan atau jual beli, mereka akan menyerah
apa saja sekalipun apa yang mereka cintai kerana
hidup dan mati, tentu mereka memilih hidup
supaya dapat dipanjangkan lagi tak kira apa cara
Tapi malam ini, malam tak ada jual beli apa lagi berunding
Di persimpangan jalan, maut telah mengembangkan sayapnya.

Ada yang berdoa sangat tekun dan mata mereka tak kendur
dalam kecemasan masing-masing berdoa dengan caranya sendiri
mereka tau, ini adalah jalan sehala dan firasat mereka pun benar
malam ini, halaman sejarah tercatat kehilangan MH370
bukan sandiwara atau permainan, gelombang lautan
membuka rahangnya di malam gelap Lautan Hindi.

Di dalam mimpimu kau melihat wajah-wajah bersih
berdoa satu sama lain dalam kata dan kalimat bahasa
mereka sendiri dalam korus dan irama yang harmoni
Ketika mereka mengucapkan doa-doa itu serentak
dan mengalir dari lidah yang tulus dan dari sukma musafir.



No comments:

Post a Comment