Thursday 22 May 2014

Maut Dan Doa (Ketuhanan)

Kau menanyakan diri apa yang aku fikirkan seminit
atau kurang dari pengiraanku yang sebenar
apakah ada masa lagi buat aku menghirup
udara biar dadaku kembang dan nafasku lancar
dan denyut jantungku bergerak seperti biasa.

Saat-saat begitu mungkin aku dalam keadaan
binggung meredahkan degup jantung yang berlari
seperti melepaskan diri dari perangkap maut
menyerah tanpa perlawanan sampai terakhir.
Melihat yang lain, tangan gigil, suaranya tertahan
di batang leher.

Aku anak seorang muslim, ayahku muslim dan
dato nenek moyangku juga muslim. Aku yakin
Laillah ha illallah Muhammad  Rasulullah. Jika
yang datang sebentar nanti adalah Malaikul Maut,
Aku telah siap. Datanglah dengan tangan terbuka
aku akan memelukmu dengan zikir kepulanganku.

Singkapkan tabir langit, aku datang kepada-Mu
tanpa ada sedikit pun ketakutan dan terhukum
Ketika waktu itu datang aku adalah musafir yang
telah menyempurnakan perjalanan ini  sampai
ke garis terakhir  tak akan berubah Engkaulah
Tuhan Yang Maha Esa dan Muhammad itu,
Kekasih-Mu, purnama penuh dan syafaat
sampai akhir zaman.

Tiada keraguan dan bimbang ketika aku
penumpang terakhir memasuki Kapal terbang MH370
aku melihat kasyaf, akan meninggalkan Tanah Air
dan tak akan kembali, aku seperti mencium bau
bunga Kemboja, Melati dan Kenanga.
Di depan, seakan berjalan dalam terowong gelap
di penghabisannya pula cahaya terang-benderang.

Ya Rabbi, aku manusia lemah. Di saat dharurat begini
berikan aku kekuatan untuk berdoa supaya setiap
pemilihan kata kulafazkan dari sukma yang tulus.
Ketika air mata menitis biarlah datangnya kesedaran.
Kepada kalian yang kutinggalkan, ujian di malam
gelap ini akan mendewasakanmu dalam berdoa.

No comments:

Post a Comment