Thursday 15 May 2014

Keretapi Tenom/Kota Kinabalu*(Suasana)

Tadi aku baru minum kopi Tenom
kopi pilihan pada sarapan pagi
matari masih lembut dan Tenom baru
tersedar dari mimpinya.

Aku masuk ke dalam gerabak
dan penumpang lain mulai ramai
di stesyen. Bau tembakau pribumi
tercium dalam udara pagi. Mataku
mencari-cari orang menghisap rokok kirai.

Tak lama setelah itu gerabak keretapi
mulai bertolak. Tenom mulai jauh ke belakang
Hutan rimbunan hijau masih bertahan
di Tanah Lamunan ini.

Sungai Padas mulai hinggap pada
bola mata. Tak banyak perubahan
beberapa hari ini, mengalir tenang
Dalam kelembutan itu aku dapat
merasakan sukma dan nafasmu
dari zaman silam.

Dalam ilusi dari kejauhan aku
melihat dari sebuah noktah hitam
datang ke arah keretapi. Mulanya
penumpang tak sedar kehadiran
mahkluk ini, ia menerpa maju
ke depan dengan derap langkah perwira
Penumpang terasa kehebatan
dan keperkasaannya.

Dan penumpang dan aku berteriak
Kuda Semberani, hitam berkilat dan gagah
'Hidup Kuda Semberani.'
Derap larinya memercik air Sungai Padas
aku berteriak lagi 'Kuda Semberani'
kau datang tepat pada waktunya
Aku rindu padamu. Tak jauh ke belakang
Gazelku, melompat dan menerjang
ke udara, hilang sebentar dalam cahaya
matari pagi lalu muncul lagi.

Terima kasih pada langit samawi
kau selalu memberikan aku harapan
dan keyakinan. Ketika dunia melupakan
Kau datang memberi khabar.

Dalam tenang aku kembali redah
sukmaku puas, Kuda Semberani dan Gazelku
dalam keadaan apapun selalu mendampingku
Ketika mereka mendahului dunia dan angan-angan
aku berkata dengan yakin aku telah memilih
langit samawi.

Penumpang-penumpang lain telah kembali
dari lamunan mereka membiarkan aku
dengan Kuda Semberani dan Gazelku
menerja udara dan terbang dalam dunia ilusi.

*dikirimkan 16 Mei 2014 pada Sifu Art untuk projek antologi Puisi Kereta Api.

No comments:

Post a Comment