Wednesday 21 May 2014

Rindu Dan Menunggu Ramadan Al Mubarak 2014

Aku mengintip pada siang dan putaran malam
melihat bulan di bumbung langit  dan lampias cahayanya
tiap malam tiba mendekatkan diriku kepadamu
Ramadan Al Mubarak.

Kerinduan ini  ternyata melangkah jauh
ke dalam sukma.
aku mencium bau udara memang kau
semakin dekat.
Alam maya pun bergerak ke arahmu.

Aku telah siap sebagai khadim di Tanah harapan.
Bagaimana aku dapat melupakan
ketika kau datang aku berada jauh
di tengah samudera atau di Tanah Asing
berkhemah sendirian di hujung desa
di Tanah Pesisir atau di Tanah Medan.

Ketika hujan turun menyentuh tendamu
dan angin laut mengheret dingin malam
kau hanya dapat berkata
'Ya Rabbi, Kuatkanlah tekad sukmaku,
jangan kerana kedinginan yang tak tertahan ini
aku menyerah.'

Suatu hari, langit malam bagai membuka
panggungnya menghibur musafir
aku merenung hamparan bintang
di langit Ramadan di Tanah Kanak.

Seperti aku mendengar suara-suara Kanak
dari Tanah Bukit dan desa-desa Hienghene
bergema di lembah Kanak,
nyanyi kemerdekaan makin surut dan sunyi.

Suatu malam, masih di bulan Ramadan
Tribute de Ware masih berdekur
aku keluar tenda
Gereja Katholik, bangunan tua
merelakan aku, rumah paderi yang
kosong dan tanah dataran
di situ, aku memanggil nama-Mu.

Ramadan Al Mubarak, dalam keadaan apa
aku selalu siap sekalipun aku di kepulauan
atau dataran Tanah Merah Aborigine.

Kini aku datang padamu, Ramadan Al Mubarak
di bumi Pribumi yang kukenal, lautnya yang tenang
lembah gunung mengirimkan firasat
di Tanah Gembur airmu  mengalir ke dalam sukma.











No comments:

Post a Comment