Friday 8 March 2013

Tidak Mustahil Kita Dapat Berjabat Tangan (Kemerdekaan)

Sebenarnya kau ada pilihan menongkat langitmu
atau membiarkan, menghadang tofan samudera.
sayang kau masih melihat ke dalam dunia silam
penuh dengan jin, mentera dan talian yang kacau.

Ketika kau memilih malam panjang
dan menggali sejarah yang tertimbus
lalu berpegang pada angin dan melaung kepada
dunia di malam gelap dan hujan berguruh.

Setiap kali jatuh korban di tanah pribumi
sukmaku bagai tersayat dan tersiksa
dan bertanya, barangkali ada yang kusendiri
tak mengerti dan jauh dari jangkauan.

Permasalahan ini rupanya jauh sebelum
aku lahir di negara merdeka ini.
Lalu aku jadi pewaris permasalahan ini
sedang  aku sendiri melihatnya
dalam sejarah bangsaku yang merdeka.

Sejarah tragik akan selalu mengundang
air mata dan pengorbanan. Tiap pihak
menafsirkan fakta dan dunia khayalan.
Kita pun berpihak dan memihak.

Aku ingin kedamaian di atas meja
selamanya. Biar kami dapat membaca
tanpa curiga dan wasangka. Tanah dan
lautmu adalah Nusantara Melayu Raya.

Tidak mustahil kita dapat berjabat
tangan dan duduk bersama. Tiada etnik
dan bangsa yang lebih keji dari yang
lain. Semuanya adalah Anak Bangsa
Nusantara.

Kalau pintu sukmamu tertutup, bukalah
biar sedikit angin masuk. Alaf 21,
sepatutnya kita lebih berhati-hati dan
tidak membiarkanmu jadi terasing
di kepulauan Nusantara dan ummatan
Wahidah.

Kemarahanmu tak akan membawamu
ke orbit dan galaksi baru. Ya Rabbi,
jangan kami terjerumus ke jurang tak
akan kembali. Dan bicara dan
bahasamu masih tetap kasih sayang
dan Melayu.

Mengapa harus aku membencimu
kerana keduanya pemegang amanat
bangsa dan kedamaian Nusantara,
langit dan buminya tetap aman.

Kota Kinabalu
9 March 2013

*Antologi Kemerdekaan
















No comments:

Post a Comment