Saturday 2 March 2013

Suara-Suara Halus Itu, Pesan Kedamaian*(ATOT) (Jendela)

Tidakkah mereka tau ada suara-suara halus tinggal di hutan jati,
lembah gunung, sungai, teluk, danau, banjaran dan laut biru.
Di situ, mereka telah lama bermukim sejak ribuan tahun.
Lautnya penuh dengan legenda dan mitos, hutan jatinya
tak pernah sunyi. Mereka punya telinga dan mata melihat.
Langit biru tak pernah menjauh dan buminya tetap siap-siaga.

Di waktu malam suara-suara  itu menuruni gaung ke lembah,
menipis di langit malam dan berhanyut-hanyut di samudera.
Tiap suara-suara halus itu ada sukma. Dan bahasanya
indah dan menyerap sampai ke dalam kalbu.

Ada suara berpadu dan berkasih-kasihan. Getarannya
sampai melewati ke cakerawala. Mendekat dan menjauh.

Mereka berjanji akan dijodohkan dalam impian itu.
Demi kebahagian ini, mereka akan sanggup berkorban.
Lalu darahnya menyerap bahasa perang. Sekalipun di-
beri amaran, mereka telah meniup nafiri dan membuka
pintu neraka. Bunga-bunga api meletus, jerebu belerang
telah menyendat ke dalam rongga dada.

Mentarimu luluh di atas lantai bumi.
Semboyan dan genderang perang telah pun dipalu
dalam waktu begini kita pun terlupa berpatah balik.
Keterlanjuran itu menghanyutkan diri ke tengah
samudera lautan tanpa pulau tanpa pantai tempat
berlindung.

Ayuh! Padamkan api sengketa. Suara-suara halus
dari sukmamu itu adalah jalan pulang yang selamat.
Kalau malam ini rembulan tak muncul, esok, fajar
mengirimkan mentari kedamaian. Dan salam pun terucap.

Kota Kinabalu
3 March 2013

*Antologi Langit Sukma di Malam Kemerdekaan
*Diterbitkan oleh Jendela, Bil.36/Ogos 2013, DBPS
*Antologi  Tanduo Oh Tanduo! diselenggarkan oleh Talib Samat dan Ghazali Din, Penerbit Mentari, 2013.

No comments:

Post a Comment